29 | Joohyun : Late

35 5 0
                                    

Aku benar-benar payah.

Seharusnya aku bisa merapalkan mantra dengan cepat dan mulai menyerang si hantu hitam besar itu, tapi dasar Joohyun cupu, aku malah terpaku ditempatku berdiri dan terbata-bata merapalkan mantra didalam hatiku ketika hantu itu muncul.

Untungnya, Yoongi datang bak ksatria berkuda putih dan langsung mengambil tempat dihadapanku, menjadikan dirinya sendiri sebagai sebuah tameng untukku. Sekalipun aku masih tegang, aku cukup lega ketika mengetahui bahwa dia melindungiku.

Selama Yoongi dan si hantu hitam besar itu berdebat, aku memanfaatkan kesempatan untuk mulai merapalkan mantra didalam hatiku, kali ini dengan sungguh-sungguh. Tapi sialnya, sebelum aku selesai melakukannya, muncul seseorang yang membuat konsentrasiku buyar seketika.

Jung Soojung tiba-tiba saja muncul dari belakang si hantu hitam besar.

Tuh, kan! Benar dugaanku selama ini!

"Hai Yoongi oppa!" serunya, dan kalau telingaku tidak salah tangkap, dia terdengar ceria ketika menyapa Yoongi.

"Hai juga, Joohyun unnie!" kali ini, cewek itu menyapaku. Aku tidak bisa lebih terkejut daripada ini, dan aku tahu, Yoongi juga merasakan hal yang sama.

"Wah, nggak nyangka kita bisa kumpul di tempat seperti ini!" ujarnya, melangkah kedepan kemudian berdiri sejajar dengan si hantu hitam besar.

"Soojung? Kamu—kenapa?" tanya Yoongi terbata-bata, tangan kanannya menggenggam athame dengan kelewat erat.

Jung Soojung tertawa, suara tawanya terdengar begitu angkuh ditelingaku.

"Kukira oppa bisa menebaknya sejak kita pertama kali bertemu, ternyata oppa nggak sehebat dugaanku. Aku kecewa, tahu?" perkataan Soojung membuat napas Yoongi memburu. Soojung berhasil membuat cowokku ini marah.

Ayo, Joohyun. Jadilah penyihir yang berguna dan mulai rapalkan mantra untuk melawan mereka!

"Tapi tenang, oppa masih bisa berguna bagiku kedepannya. Nah, untuk Joohyun unnie, dia ini cukup mengganggu."

Hei, apa katanya? Aku? Mengganggu?

"Dia harus aku singkirkan."

Sebelum otakku sempat memproses kalimat yang dilontarkan Soojung, tiba-tiba saja, buku-buku disekitar kami berjatuhan, menimpa aku dan Yoongi bak hujan. Aku buru-buru merapalkan mantra perlindungan keras-keras, menarik Yoongi supaya tidak menjauh dariku sementara tangan kananku teracung keatas.

Ketika kekuatanku sudah terkumpul sepenuhnya, aku mengarahkan tangan kananku kepada Soojung, membuat buku-buku yang semula berjatuhan dan menimpaku itu terlempar kearah Soojung dan si hantu hitam besar. Kericuhan mulai terdengar dari arah belakangku, dan tanpa perlu menoleh kebelakang, aku tahu para pengunjung perpustakaan mulai panik melihat kejadian aneh yang tengah disaksikan mereka saat ini.

Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu.

Rupanya, lemparan buku yang berhasil aku arahkan kepada Soojung dan si hantu hitam besar berpengaruh kepada rak buku disekitar kami. Rak buku yang berada didekatku mulai bergoyang, dan ketika aku mencoba untuk menstabilkannya, rak itu terjatuh kearah kiri, mengenai rak yang ada disampingnya, menimbulkan efek domino yang membuat rak lain mulai berjatuhan.

"Kita harus pergi dari sini." ujarku, tanpa sadar masih memegangi tangan Yoongi.

Yoongi menatap berkeliling, memperhatikan kepanikan disekitar kami, kemudian menjawab dengan suara agak bergetar.

"Kita harus cari Soojung dan si hantu itu dulu."

Aku bahkan baru sadar bahwa Soojung dan si hantu hitam besar itu sudah menghilang dari hadapan kami ketika Yoongi mengatakannya. Tidak ada mayat ataupun kantung voodoo yang mereka tinggalkan, jadi itu artinya, mereka masih disekitar sini.

Tanpa banyak bicara, kami bergegas menuju lantai satu, melewati rak-rak buku yang jatuh berantakan, kemudian melewati kerumunan pengunjung yang panik ketika kami tiba dilantai satu. Aku dan Yoongi mulai sedikit berlari ketika kami keluar dari gedung perpustakaan, menuruni tangga dan mulai menyusuri taman perpustakaan.

"EMF!" seruku, membuat Yoongi menghentikan langkahnya kemudian menatapku, napasnya tersengal-sengal.

Dengan terburu-buru, aku mengeluarkan EMF dari saku jaketku kemudian menyalakan alat itu, memperhatikan panel lampu LED diatasnya dengan harap-harap cemas.

"Kita ikuti sinyal yang ditangkap alat ini." jelasku.

Yoongi mengacungkan jempolnya, kemudian kami mulai berlari lagi menyusuri taman yang mengelilingi gedung perpustakaan. Aku menganggam EMF erat-erat, menatap panel lampu LED diatasnya dan berharap lampu-lampu kecil itu akan berubah warna dalam waktu dekat.

Ketika akhirnya alat itu mulai berbunyi nyaring dan seluruh panel lampu LED diatasnya menyala, aku dan Yoongi memperlambat langkah kami.

Langkah kami terhenti sepenuhnya ketika sesosok mayat tergeletak dihadapan kami. Darah merah yang terlihat masih segar mengalir dari lehernya yang tergorok. Sebuah kantung voodoo tersimpan didekat kakinya.

Saat itu, kami tahu, kami terlambat.

The FrightenersWhere stories live. Discover now