Aku dan Joohyun sama sekali tidak tidur semalaman.
Sepulang dari tempat kejadian perkara, kami bergegas menuju rumah Jongwoon kemudian berdiskusi panjang lebar menyusun rencana untuk menjebak siapapun yang menjadi musuh kami selama ini dengan begitu serius. Baik aku dan Joohyun sama-sama tidak sadar bahwa waktu telah berlalu begitu cepat. Kami terlalu larut dalam pembicaraan kami—tapi hei, sisi baiknya adalah, aku rasa kami berhasil menemukan cara yang menurutku cukup ampuh untuk menjebak si penyihir itu.
Saat ini jam enam pagi, dan berhubung kami belum makan apapun sejak kembali dari tempat kejadian perkara, Joohyun memutuskan untuk memasak apapun yang ada di kulkas untuk sarapan, sambil menunggu Jongwoon dan Kyuhyun kembali dari penyelidikan mereka.
"Menurut kamu aku harus masak untuk Jongwoon dan Kyuhyun juga, nggak?" tanya Joohyun, ketika aku tengah mencoba untuk merebahkan badanku di sofa ruang tengah. Dia terlihat lucu dengan celemek warna merah muda yang dikenakannya.
"Well, bikin saja. Siapa tahu mereka juga kelaparan setelah mengintai dan menyelinap kerumah orang semalaman."
Joohyun mengacungkan jempolnya kemudian berjalan cepat kembali menuju dapur, rambutnya yang diikat ekor kuda bergerak kekiri dan kekanan seiring dengan langkah kakinya. Ketika Joohyun benar-benar sudah menghilang dari pandanganku, aku meraih ponselku untuk menelepon Jongwoon.
Kemarin malam, kami membagi kelompok menjadi dua untuk melaksanakan dua tugas sekaligus. Aku dan Joohyun pergi ke TKP setelah Jungsoo hyung meneleponku, sementara Jongwoon dan Kyuhyun pergi ke rumah Soojung untuk mencari petunjuk. Jongwoon bilang dia hanya akan mengintai dari jauh, tapi kalau dia melihat sesuatu yang mencurigakan, dia tidak akan segan-segan untuk menyelinap masuk kedalam rumahnya.
Ide itu memang terdengar ekstrim, tapi, aku tidak bisa menyangkal bahwa kami memang harus melakukan sesuatu yang sedikit 'gila' demi mencari titik terang pada kasus ini. Apalagi setelah keanehan yang terjadi semalam, rasanya ide untuk menyelinap masuk kerumah Soojung terdengar masuk akal.
Aku membuka kontak Jongwoon di ponselku kemudian menekan tombol telepon. Nada sambung mulai terdengar beberapa detik setelahnya, tapi tidak ada jawaban dari Jongwoon. Padahal, aku yakin sekali ponselnya aktif.
Ketika sambungan telepon berakhir, aku mencoba untuk menghubunginya lagi, kali ini dengan sedikit cemas karena sekalipun ponselnya aktif, Jongwoon sama sekali tidak menjawab telepon dariku.
Aneh.
Aku mencari kontak Kyuhyun, meneleponnya, tapi yang aku dapatkan hanyalah sambungan kotak suara, tanda bahwa ponsel Kyuhyun sama sekali tidak aktif. Ini bahkan jauh lebih buruk.
Akhirnya, setelah beberapa kali percobaan yang tidak membuahkan hasil, aku memutuskan untuk mengirim pesan baik kepada Jongwoon dan Kyuhyun, menanyakan keberadaan mereka dan meminta agar mereka cepat pulang—karena jujur saja, kalau sudah seperti ini, aku jadi khawatir sendiri.
Bugsy menggonggong ketika memasuki ruangan, ekornya bergerak kekanan dan kekiri sementara lidahnya terjulur keluar. Golden retriever itu melompat naik keatas sofa kemudian duduk disampingku, wajahnya yang menggemaskan menatapku seakan-akan bisa membaca suasana hatiku.
Mungkin saja dia bisa melakukannya. Bukannya anjing adalah hewan peliharaan yang peka, ya?
"Kamu tahu kemana ayahmu pergi, hm?" tanyaku, yang langsung dijawabnya dengan sebuah gonggongan.
Aku menghela napasku kemudian mengusap-usap kepalanya pelan, membuatnya kembali menggonggong.
"Well, aku rasa kamu juga nggak tahu." lanjutku, tepat ketika Joohyun berjalan memasuki ruangan dengan dua buah piring di kedua tangannya.
"Tahu apa?" tanyanya, sembari menyimpan piring berisi telur omelet dan sosis goreng itu diatas meja. Baunya yang menggugah selera makan membuat perutku berbunyi pelan.
Aku menggeleng, tertawa garing untuk mengenyahkan rasa canggungku, kemudian menjawab,
"Ah, bukan apa-apa. Aku hanya sedang berdiskusi dengan Bugsy."
Joohyun mengangkat alisnya kemudian memilih untuk duduk dihadapanku. Dari raut wajahnya saja, aku tahu dia ragu akan jawabanku.
"Masa? Kelihatannya diskusi yang cukup serius."
Ah, sial. Aku lupa kalau Joohyun ini cewek. Biasanya, cewek selalu tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres.
Akhirnya, setelah terdiam selama beberapa detik untuk memilih jawaban yang tepat, aku membalas,
"Ini tentang Jongwoon. Kami—well, sedikit khawatir karena sampai saat ini Jongwoon belum pulang juga dan ponselnya nggak bisa dihubungi."
Joohyun mengerutkan keningnya, menatap jam dinding, kemudian beralih menatapku.
"Benarkah? Kamu sudah coba telepon Kyuhyun juga?" tanyanya.
Aku mengangguk singkat. "Ya, ponselnya malah nggak aktif sama sekali."
Sekalipun Joohyun berusaha menutupinya, aku tahu, tangannya mulai gemetaran saat dia meraih ponselnya. Joohyun terlihat mencoba untuk menelepon sementara aku memperhatikannya dengan jantung berdebar cepat, tapi saat raut wajahnya berubah menjadi lebih cemas, aku tahu Jongwoon masih tidak bisa dihubungi.
"Aneh. Biasanya dia selalu memberi kabar." gumam Joohyun.
"Apa kita susul mereka saja?"
Joohyun menggigit bibirnya, memasang pose berpikirnya yang khas yang belakangan baru aku sadari terlihat sangat menggemaskan.
"Nanti dulu, deh. Kita sudah begadang semalam suntuk dan belum makan apapun. Menurutku sebaiknya kita istirahat dulu barang satu atau dua jam, tidur sebentar, baru setelah itu bertindak. Aku yakin Jongwoon baik-baik saja."
Joohyun mengatakannya dengan nada yang penuh percaya diri, tapi aku tahu, sebenarnya dia juga khawatir membayangkan keberadaan kakaknya.
"Oke, kalau begitu."
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...