Awalnya, aku kira cewek itu pacarnya Jongwoon.
Tapi dilihat dari cara mereka berinteraksi, tatapan mata satu sama lain, gestur badan mereka, serta kemiripan di wajah mereka, aku tahu mereka masih bersaudara.
Benar saja, tebakanku langsung terjawab begitu Jongwoon mengenalkan cewek dibelakangnya itu kepadaku saat aku baru tiba di depan meja kasir tokonya.
Dan jujur saja, saat mataku pertama kali menatap paras indah yang dimiliki cewek itu, untuk beberapa saat aku lupa akan masalahku sendiri.
"Hai, aku Joohyun. Dan kamu?" tanyanya, mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku.
Aku membalas jabatan tangannya dengan sedikit canggung. Pertama, karena aku sudah lama tidak berinteraksi segini dekatnya dengan perempuan. Kedua, karena tangan kiriku yang berada di dalam sakut jaketku masih gemetaran gara-gara mayat yang aku temukan di balkon subuh tadi.
"Yoongi." jawabku, untungnya suaraku tidak ikut-ikutan bergetar.
"Yoongi ini seorang pemburu." ujar Jongwoon. "Aku belum sempat cerita kepadamu, tapi untunglah takdir mempertemukan kalian berdua sekarang. Nah, daripada kita mengobrol di meja kasir seperti tiga pasang badut kikuk begini, mendingan kita ngobrol di dalam. Yoongi, kamu mau coklat panas?"
Sebelum aku sempat mengatakan apapun, Jongwoon malah tersenyum lebar kemudian menyeret aku dan Joohyun kedalam rumahnya. Sebenarnya sih, aku hanya sekedar ingin mampir dan menceritakan apa yang baru saja aku temukan subuh tadi kepada Jongwoon, seperti yang selalu aku lakukan kalau aku sehabis berhadapan dengan suatu kasus. Aku hanya ingin bercerita sebentar, kemudian membeli makanan sepulang dari sini lalu kembali ke rumahku untuk melanjutkan tidurku.
Itu juga kalau aku tidak bermimpi buruk lagi, sih.
Tapi, karena ternyata Jongwoon malah menahanku di rumahnya dengan coklat panas dan seorang cewek yang menarik perhatianku, sepertinya rencanaku bakal berubah.
Kami duduk di ruang tengah. Sementara Jongwoon menyiapkan coklat panas untukku, hanya ada aku dan Joohyun di sini, duduk berdua dalam suasana yang luar biasa canggung. Aku berpura-pura memainkan ponselku sementara cewek itu tampaknya tidak terlalu tahu apa yang harus dia lakukan.
"Jadi, kata Jongwoon kamu seorang pemburu?" tanyanya, memecah keheningan diantara kami berdua.
Aku berdehem pelan sebelum menjawab pertanyaannya.
"Ya, kurang lebih seperti itu."
"Keren." Joohyun bergumam. "Sudah berapa lama kamu jadi pemburu? Maksudku, aku juga punya kenalan seorang pemburu dan dia sudah melakukan itu sejak berumur delapan tahun."
Aku terkekeh pelan. "Aku baru mulai dua tahun yang lalu setelah bertemu Jongwoon."
"Begitu..." Joohyun menganggukkan kepalanya, rambutnya yang diikat ekor kuda ikut bergerak kekiri dan kekanan seiring dengan gerakan kepalanya.
"Jangan salah, Yoongi ini termasuk pemburu yang disegani di kota ini, lho." Jongwoon datang dengan sebuah mug yang mengepulkan asap di tangannya.
Aku menerima mug itu dari Jongwoon, meniupnya sebentar, kemudian menenggak isinya. Yah, setidaknya aku merasa lebih baik berkat sensasi hangat dari coklat buatan Jongwoon.
"Dia cukup terkenal, kamu tahu?" lanjutnya, sementara Joohyun menatapku dengan cukup terkesan.
"Nggak juga." sanggahku. "Dibandingkan hyung dan pemburu lain yang suka datang kesini, aku nggak ada apa-apanya."
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...