21 | Joohyun : Shocking Truth

48 6 0
                                    

Keesokan harinya, aku berangkat pagi-pagi sekali menuju rumah Yoongi.

Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran Jongwoon saat dia menyuruhku untuk mengantarkan sarapan untuk Yoongi, seorang diri. Maksudku, hello? Yang benar saja! Aku mungkin memang mulai menyukainya, tapi kan, hubungan kami belum sedekat itu. Aku masih berusaha untuk menjaga gengsiku dan sekarang Jongwoon merusak semuanya dengan menyuruhku mengantar sarapan pagi untuk Yoongi sendirian.

Dasar Jongwoon jelek.

Jadi, disinilah aku sekarang, berdiri diundakan depan pintu rumah Yoongi yang sebenarnya telihat minimalis tapi tidak terurus, di pagi hari yang dingin sambil membawa dua kotak bekal makan berisi sarapan yang khusus Jongwoon buatkan untuknya. Angin dingin masih berhembus dengan pelan saat aku menunggu Yoongi membuka pintu, dan aku mulai menggigil karena aku hanya mengenakan sweater tipis dengan celana jeans.

Kalau aku mati kedinginan disini, aku bersumpah aku akan menghantui Jongwoon.

Dan mungkin Yoongi juga. Ya tuhan, kenapa sih dia lama sekali membukakan pintu untukku?

Apa jangan-jangan dia tertidur?

Setelah aku mengetuk pintu itu untuk ketiga kalinya, akhirnya, pintu itu terbuka juga. Sosok Yoongi dengan mata yang agak merah, rambut acak-acakan, dan kaus oblong yang kusut menyambutku tepat ketika pintu itu terbuka lebar.

"Joohyun?" tanyanya, dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Tuh, kan. Dugaanku benar.

"Hai." sapaku, berusaha untuk tetap terdengar ramah padahal aku agak jengkel karena sudah dibiarkan menunggu terlalu lama diudara sedingin ini.

"Jongwoon memintaku untuk mengantarkan ini padamu." aku menyerahkan kotak bekal makan ditanganku kepada Yoongi.

Yoongi mengerjap-ngerjapkan matanya. "Wow—astaga, terima kasih."

"Sama-sama." balasku, kemudian menyunggingkan senyuman tipis kearahnya.

Whoa, sekalipun dengan tampang acak-acakan seperti ini, entah mengapa, Yoongi terlihat sangat tampan.

Wait, what?

"Oh, iya, karena kamu ada disini, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan." ujar Yoongi, berhasil menarikku kembali dari lamunanku.

Aku mengerutkan keningku. "Apa itu?"

Yoongi menggaruk-garuk tengkuknya, yang, aku yakin banget sama sekali tidak gatal. Dia terlihat jelas sedang menyembunyikan kecanggungannya kemudian menatapku. "Ini....menyangkut tentang kasus si penyihir itu. Lebih baik kamu masuk dulu, ya?"

Layaknya siswi SMA yang baru masuk sekolah, aku melangkah malu-malu memasuki rumah Yoongi ketika dia memperlebar bukaan pintu rumahnya untukku. Demi tuhan, atmosfernya canggung sekali, dan aku bisa merasakannya menggelitik tenggorokanku. Jantungku berdegup lebih kencang daripada biasanya saat Yoongi menutup pintu dibelakangku. Well, aku tahu sih, dia tidak akan berani macam-macam denganku dan hubungan kami juga belum sedekat itu, tapi tetap saja.... Berduaan di rumah cowok yang kamu sukai memberikanmu perasaan gugup yang menyebalkan.

Setidaknya, didalam sini lebih hangat daripada diluar sana.

Aroma lilin lavendel yang cukup menyengat menjadi hal pertama yang ditangkap indra penciumanku. Yoongi pasti sehabis menyalakan lilin itu semalam suntuk, barangkali untuk menemaninya tidur atau untuk mengenyahkan rasa paranoidnya, mengingat lingkaran hitam dibawah matanya semakin melebar dan suaranya yang terlalu serak untuk seseorang yang baru saja bangun tidur, aku yakin, Yoongi sehabis begadang semalam suntuk.

The FrightenersWhere stories live. Discover now