15 | Joohyun : New Plan.

58 10 0
                                    

Telat satu menit saja, aku yakin Yoongi tidak akan bisa selamat.

Untungnya, Jongwoon menyetir dengan kecepatan seperti orang gila menuju lokasi yang Yoongi berikan pada kami. Aku mulai cemas saat menyadari bahwa Yoongi tidak ada dimanapun—baik didalam kerumunan orang yang menyaksikan bagaimana tim CSI menangani mayat seorang wanita yang tewas mengenaskan ditengah jalan, maupun diantara orang-orang yang memerhatikan dari kejauhan.

Aku sudah cukup lega karena aku melihat mobil Yoongi terparkir diantara beberapa mobil lainnya yang terpaksa mengantri, tapi detik-detik berikutnya membuat seluruh inci tubuhku menegang.

Aku melihat si hantu berjubah hitam besar itu tengah mencekik Yoongi, dan aku tahu, dia akan membunuhnya.

Jadi, dengan kepanikan yang luar biasa dan tenaga seadanya, aku berusaha membuka pintu mobil Yoongi. Aku tahu usahaku sia-sia, jadi Jongwoon yang mengambil alih posisiku sementara Kyuhyun mencoba untuk membuka pintu dari sisi pengemudi.

Akhirnya, pintu berhasil terbuka, dan tepat saat itu juga, si hantu berjubah hitam besar yang brengsek itu menghilang dari hadapan kami.

Singkatnya, kami membawa Yoongi ke klinik terdekat menggunakan mobilnya dengan terburu-buru—Jongwoon memegang kemudi, Kyuhyun duduk di kursi penumpang sementara aku berusaha menjaga Yoongi agar tetap sadar di kursi penumpang belakang. Untungnya, orang-orang yang ada di tempat kejadian perkara saat itu memberi kami jalan, jadi kami bisa pergi dengan mudah.

Sekalipun Yoongi mengatakan bahwa dia baik-baik saja, aku tahu kondisinya tidak sebaik itu. Kulitnya yang sudah pucat jadi semakin pucat, bibirnya biru, tangannya dingin bukan main, dan kalau saja aku tidak memegangi tangannya aku yakin Yoongi pasti sudah menggigil.

Demi tuhan, aku belum pernah merasa secemas ini seumur hidupku.

Kalau dipikir-pikir, aneh juga. Aku baru mengenal Yoongi selama dua hari dan aku sudah secemas ini terhadapnya. Padahal, hubungan kami hanya sebatas teman—atau setidaknya, aku menganggapnya begitu. Tidak ada hal romantis yang terjadi diantara kami selama dua hari ini, tapi aku sudah mencemaskannya seakan-akan aku tidak bisa hidup tanpanya.

Kenapa ya?

"Kalian beruntung dia masih bisa diselamatkan. Telat satu menit saja, nyawa teman kalian sudah melayang." ujar dokter klinik yang saat ini tengah memeriksa kondisi Yoongi.

"Jadi, Yoongi baik-baik saja kan, dok?" kali ini Jongwoon yang bertanya. Entah kenapa, aku tidak berani untuk membuka suaraku dan memilih untuk terus menggenggam tangan Yoongi yang saat ini tengah berbaring di kasur klinik yang keras.

Aku merasa cukup aneh karena Yoongi sama sekali tidak terganggu dengan aku yang terus memegang tangannya. Malah, kalau aku tidak salah tangkap, dia membalas genggaman tanganku dengan cukup erat.

"Well," dokter muda bernama Nam Joohyuk itu menghela napasnya. "Secara keseluruhan, ya. Tapi dia butuh istirahat yang banyak, tidur yang cukup, asupan makanan yang bagus, dan puasa alkohol."

Yoongi menyunggingkan senyuman tipis, membuatku jadi ikut-ikutan tersenyum juga.

"Itu saja?" tanya Yoongi, suaranya masih serak. "Kalau gitu, aku nggak perlu dirawat, kan?"

"Kalau kamu mau, kamu bisa dirawat barang sehari atau dua hari." jawab Joohyuk, membuat Yoongi menggelengkan kepalanya pelan.

"Trims, tapi aku rasa aku bakal lebih cepat pulih kalau istirahat dirumah." ujarnya.

Setelah beberapa pengarahan dari si dokter muda yang diterima Jongwoon dengan tampang serius, dan setelah melalui beberapa pemeriksaan terakhir, akhirnya Yoongi diperbolehkan meninggalkan klinik. Aku lega bukan main karena tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Well, sebenarnya sih, dicekik hantu sampai nyaris sekarat memang bukan hal yang baik, tapi aku bersyukur Yoongi lolos dari kejadian mengerikan itu.

"Nah, sekarang, mau ceritakan kepada kami kenapa hantu jelek itu bisa mencekikmu?" tanya Kyuhyun, saat kami berempat sudah duduk didalam mobil dan siap untuk pergi.

Jongwoon terlihat mengerlingkan matanya dibalik kemudi. Yoongi sendiri terlihat agak kebingungan—mungkin karena dia belum kenal siapa cowok asing yang duduk disamping Jongwoon dan menyemprotnya dengan pertanyaan seketus itu.

Tapi pada akhirnya, dia menjawab pertanyaan Kyuhyun, walaupun suaranya belum normal betul.

"Persis seperti yang terjadi kemarin." jawab Yoongi, kali ini berhasil membuat Jongwoon jadi mencondongkan badannya menghadap kebelakang, ikut menyimak jawaban Yoongi.

"Hyung, kamu ingat kan waktu kita memanggil arwah Seokjin dan si hantu itu muncul?" pertanyaan Yoongi membuat Jongwoon menganggukkan kepalanya.

"Ya, dan dia melemparmu?" Jongwoon balik bertanya. "Apa itu yang dia lakukan tadi?"

"Kurang lebih begitu." jawab Yoongi. "Padahal aku yakin arwah Victoria sudah berhasil aku tahan, tapi si hantu sialan itu bisa merebutnya dengan mudah."

Awalnya, aku tidak tahu siapa itu Victoria, tapi begitu aku mengingat sosok mayat wanita yang tewas mengenaskan dengan leher menganga lebar di tengah jalan beberapa saat yang lalu, aku langsung tahu bahwa orang itu yang dimaksud Yoongi.

"Jadi hantu itu lebih kuat dari perkiraanku...." Kyuhyun menyibakkan poninya yang acak-acakan, memasang tampang berpikir di wajahnya.

"Hantu itu bilang kalau aku nggak boleh ikut campur." lanjut Yoongi.

"Tapi dia nggak mengatakan kita, kan?" ujarku, membuat Yoongi menatapku sekilas kemudian tersenyum miring.

"Kalau Yoongi sendirian, resikonya memang lebih besar. Tapi, kalau kita bekerja bersama-sama, mungkin resiko yang akan kita terima jauh lebih sedikit." ujar Jongwoon, diiringi oleh anggukan tanda setuju dari Kyuhyun dan aku.

Yoongi menatap kami secara bergantian kemudian menghela napasnya panjang. Aku tahu dia tidak suka dengan ide itu—kami bekerja bersama sebagai satu tim dalam kasus kali ini—karena aku bisa melihatnya dengan jelas dimatanya. Aku maklum, sih. Yoongi mungkin terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendirian, tapi kali ini, dia berhadapan dengan penyihir hitam dan hantu jahat dengan kekuatan super yang aku yakin belum pernah dia temui sebelumnya.

Dan berhubung aku bersama Jongwoon dan Kyuhyun ini adalah keturunan penyihir, aku rasa kami sudah seharusnya ikut membantunya. Lagipula, bukannya kerjasama tim diatas segalanya, ya?

"Terima kasih." akhirnya, Yoongi membuka suaranya. Aku kira Yoongi akan mengatakan kalimat penolakan setelah itu, tapi ternyata dia hanya tersenyum kepada kami.

"Jadi, sekarang apa?" tanya Kyuhyun.

"Sekarang," Jongwoon menyalakan mesin mobil sembari menjawab pertanyaan temannya itu. "Kita susun rencana baru."

The FrightenersWhere stories live. Discover now