11 | Joohyun : His Past.

74 11 1
                                    

Aneh.

Kenapa aku kecewa ketika aku tahu Yoongi tidak bisa ikut pergi denganku dan Jongwoon ya? Begitu dia mendapat telepon dan mengatakan kepada kami bahwa dia mendapat panggilan untuk menyelesaikan suatu kasus, entah mengapa dan tidak jelas bagaimana caranya, aku merasa kecewa. Padahal, aku sudah membayangkan menghabiskan seharian ini didekatnya, mungkin sambil membicarakan tentang hantu atau semacamnya.

Sekarang, semua bayangan itu harus aku kubur dalam-dalam.

Sepanjang perjalanan menuju rumah kenalannya Jongwoon, aku lebih banyak menyibukkan diriku dengan ponselku, sesekali mengganti channel radio di mobil untuk mencari lagu yang bagus sementara Jongwoon sibuk menyetir.

Tapi kelihatannya, Jongwoon mengerti kerisauanku.

"Tenang, kamu masih punya banyak waktu untuk berduaan sama Yoongi, kok." katanya, saat aku sedang sibuk mengganti-ganti channel.

"Siapa juga yang mau berduaan sama dia." dengusku.

"Oh, adikku yang manis, aku tahu banget kamu kecewa karena dia nggak bisa ikut." Jongwoon menggunakan tangan kanannya untuk mengacak-acak rambutku, yang, tentu saja, langsung aku respon dengan decakkan lidah.

Apa dia tahu butuh waktu berapa lama bagiku untuk merapikan rambut ini?

"Aku dengar percakapan kalian tadi, kok." katanya santai.

"Dasar tukang nguping." cibirku.

Kali ini, Jongwoon tertawa keras-keras. "Sori, kebiasaan lama. Jadi, kamu sudah tahu kan ada sesuatu yang berbeda dari Yoongi?"

Aku menghela napasku kemudian mengagguk. "Yah...aku agak kaget juga begitu tahu bahwa dia begitu..."

"Tiga tahun lalu, Yoongi terlibat kecelakaan hebat. Dia cerita padaku bahwa waktu itu dia sedang menyetir mobil, sementara adiknya duduk di kursi penumpang. Selama perjalanan mereka bertengkar gara-gara Yoongi tidak setuju jika adiknya melanjutkan kuliah ke luar negeri. Karena terlalu terlarut dalam pertengkaran, Yoongi tidak memerhatikan jalan kemudian nyaris menabrak motor yang ada di depannya. Dia banting setir ke kiri, tapi ternyata, mobilnya malah terperosok masuk kedalam jurang. Adiknya nggak selamat, dan keadaan Yoongi juga waktu itu bisa dibilang jauh dari kata baik-baik saja."

Jongwoon mengambil jeda pada kalimatnya, membuatku semakin penasaran.

"Apa yang terjadi dengannya?" tanyaku.

Jongwoon menghela napasnya panjang. "Kakinya terjepit dashbor mobil, tiga tulang rusuknya patah, dan dia mengalami gegar otak parah. Yoongi bilang, seharusnya saat itu dia mati saja. Tapi...setelah melalui berbagai perawatan dan koma selama dua minggu, Yoongi bisa selamat. Aku sih, begitu mendengar ceritanya langsung beranggapan bahwa dia diberi mukjizat yang luar biasa, tapi Yoongi bercerita seakan-akan hal yang menimpanya itu adalah malapetaka yang luar biasa buruk."

"Jadi dia kehilangan adiknya..." sekarang, aku malah membayangkan bagaimana penampilan Yoongi sebelum dia kecelakaan. Pasti dia terlihat sama gagahnya seperti sekarang, barangkali lingkaran hitam dibawah matanya itu belum terlihat. Mungkin dia juga tidak sekurus sekarang.

"Setelah itu?" tanyaku lagi.

"Setelah itu, dia mulai bisa melihat hantu." jawab Jongwoon. "Terkadang, kalau kamu melalui hal yang traumatis, hal itu bisa merubah persepsimu. Mungkin itu juga yang terjadi pada Yoongi, setelah dia bangun dari koma, indra keenamnya mulai berfungsi."

"Dia masih pakai kruk ketika kami pertama kali bertemu. Waktu itu, dia mampir ke tokoku dan aku bisa melihat dengan jelas aura yang mencolok dari dalam dirinya, tanda dia punya bakat. Apalagi waktu itu dia kelihatan benar-benar...desperate. Aku mana bisa membiarkannya begitu saja. Jadi, aku menawarkannya sebuah bantuan."

"Biar kutebak, kamu yang melatihnya mengendalikan kemampuannya kemudian kalian pergi berburu bersama?"

"Bingo." jawab Jongwoon. "Dulu kan, aku masih sering mendapat panggilan untuk berburu, jadi aku ajak saja sekalian Yoongi bersamaku. Tapi, lama kelamaan, aku sendiri sudah mulai kewalahan dalam mengurus hantu, jadi Yoongi memutuskan untuk bekerja sendiri."

"Dan sekarang, dia jadi pemburu paling disegani dikota ini. Keren." ujarku, kali ini sambil membayangkan bagaimana wajah Yoongi saat sedang serius menangani kasus.

Tunggu sebentar, kenapa aku jadi membayangkan wajahnya begini ya?

"Kesimpulannya, Joohyun-ku sayang, aku harap kamu melupakan rasa ngambek-mu itu soal athame yang aku berikan pada Yoongi. Selama dua tahun ini, belati itu aman-aman saja kok ditangannya, dan setahuku sudah membantu banyak orang. Lagipula, itu kan tujuan nenek membuatnya?"

Aku termenung mendengar perkataan Jongwoon. Kakakku itu benar, Yoongi memang pantas memegang belati itu, dia sudah melakukan banyak hal dengan athame dan seharusnya, sebagai keturunan dari nenekku aku merasa bangga. Memang sih, mulanya aku agak jengkel karena aku pikir seharusnya aku yang memegang belati itu, tapi setelah dipikir-pikir, toh, aku jarang berurusan dengan hantu, dan aku sama sekali tidak ada niatan untuk jadi pemburu hantu seperti Yoongi atau Jongwoon, jadi dapat dipastikan belati itu nyaris tidak akan berguna jika ada di tanganku.

Sepertinya aku harus meminta maaf lagi kepada Yoongi, nih.

Rupanya, kami sudah sampai di tempat tujuan. Aku sampai tidak memerhatikan jalan karena terlalu asyik melamun. Jongwoon memarkirkan mobilnya didepan sebuah pohon besar yang berada di halaman. Ketika kami baru turun dari mobil, seorang pria berbadan tinggi dengan potongan rambut yang cukup modis menghampiri kami. Wajah pria itu berseri-seri ketika melihat Jongwoon.

"Hyung!" serunya, tidak malu-malu untuk memeluk kakakku dihadapanku.

Hey, aku kira orang yang kami tuju cuman kenalannya Jongwoon saja. Aku rasa hubungan mereka lebih dari itu.

"Sudah satu tahun dan kamu masih begini saja, Cho Kyuhyun?" tanya kakakku, alisnya terangkat sebelah.

Pria bernama Cho Kyuhyun itu menyunggingkan senyuman lebarnya.

"Aku merindukanmu! Sudah lama banget kita nggak ketemu."

"Salah sendiri kenapa kamu sibuk terus." balas Jongwoon, membuat Kyuhyun malah memperlebar senyumannya, membuatku jadi agak risih karena pria itu sekarang terlihat aneh.

"Ini siapa? Pacarmu?" tanyanya, matanya menatapku yang berdiri disamping Jongwoon.

Oh, percayalah, ini bukan yang pertama kalinya orang-orang berkata begitu.

Jongwoon tertawa keras-keras. "Demi janggut merlin, dia itu adik sepupuku! Ingat kan, yang sering aku ceritakan padamu?"

Cho Kyuhyun membulatkan matanya, kali ini menatapku dengan berbinar-binar. "Oh, ini Joohyun? Wow, dia cantik banget!"

Demi menjaga sopan santunku, aku membalas perkataan Kyuhyun dengan sebuah senyuman tipis, padahal aslinya aku sudah mulai jengkel.

"Oke, to the point aja Kyuhyun, kami butuh bantuanmu."


The FrightenersWhere stories live. Discover now