Mayat itu tergeletak diantara rerumputan, teronggok begitu saja, seperti sebuah bangkai hewan yang sengaja ditinggalkan.
Aku sengaja menjaga jarakku dari tempat kejadian perkara, mengamati mayat dengan leher tergorok itu beserta Yoongi dari kejauhan. Bukan apa-apa, aku hanya belum terbiasa berhadapan dengan mayat seseorang secara langsung. Wujud mayat yang aku temukan di rumah Kwangsoo beberapa hari yang lalu saja masih menghantui pikiranku, aku tidak mau tidurku jadi tambah tidak nyenyak gara-gara ini.
Tidak banyak yang bisa aku lakukan dari sini, sebenarnya, selain mengamati Yoongi dan melirik beberapa petugas CSI beserta polisi yang hilir mudik mengamankan tempat kejadian perkara. Kata Yoongi, biasanya polisi yang datang tidak sebanyak ini, tapi berhubung TKP kali ini berlokasi di taman bermain anak-anak di perumahan warga—yang, otomatis, mengundang banyak perhatian, pengamanan yang dibutuhkan juga dua kali lipat lebih banyak dari biasanya.
Siapa sih, orang gila yang cukup sinting untuk membuang mayat di taman bermain?
Untungnya hari sudah malam, jadi tidak banyak anak-anak yang berkeliaran disekitar sini. Kasihan kalau mereka harus melihat hal yang tidak pantas seperti ini di usia muda.
Tapi, omong-omong, aku juga berhasil dibuat merinding karena ternyata dugaan Yoongi tepat. Lokasi penemuan mayat hari ini sama persis dengan apa yang dia gambar pada peta besar di dinding rumahnya, memperkuat bukti bahwa si penyihir hitam jahat itu memang merencanakan sesuatu yang buruk di kota ini.
Dan sebagai satu-satunya orang yang mengetahuinya, kami harus segera menghentikannya.
Aku menghela napasku, merapatkan jaketku sambil memeluk diriku sendiri, berusaha untuk menghalau angin dingin udara malam hari dan hawa-hawa tidak mengenakkan disekitar tempat kejadian perkara. Kulirik kembali Yoongi yang kali ini terlihat sibuk berdiskusi dengan seorang pria yang kurasa lebih tua beberapa tahun darinya—kalau tidak salah, nama pria itu Park Jungsoo, dan mereka berdua terlihat sangat serius.
"Ini gila, ya?"
Tahu-tahu saja, saat aku tengah khusyuk mengamati, sebuah suara mengejutkanku, membuatku nyaris terlonjak kaget. Untung saja aku berhasil menjaga keseimbangan badanku, kalau tidak, aku pasti sudah terjatuh dengan gaya yang cupu abis.
Ketika aku menoleh kearah kananku, aku melihat seorang perempuan, barangkali usianya tidak lebih tua dariku, dengan rambut panjang lengkap dengan seragam CSI yang dikenakannya. Aku sangat yakin dia pemilik suara yang baru saja mengejutkanku.
Barangkali ekspresi terkejutku terlalu kentara, karena begitu aku menoleh, perempuan itu langsung membelalakkan matanya dan tampak sama terkejutnya denganku.
"Oh—maaf! Aku mengejutkanmu, ya?"
Ya tuhan, aku paling tidak suka jika harus terjebak dalam situasi canggung seperti ini.
Aku tertawa garing kemudian membalas,
"Nggak, kok. Jangan khawatir."
"Sorry!" seru cewek itu lagi, kali ini sambil membungkukkan badannya, membuatku jadi semakin tidak enak saja.
"It's not a big deal, really."
Cewek itu tersenyum, kemudian melanjutkan,
"Jadi, apakah kamu seorang polisi? Maksudku, aku belum pernah melihatmu sebelumnya berada di TKP, jadi aku pikir kamu polisi atau semacamnya. Tapi, kenapa kamu malah mengamati dari jauh?"
Sekalipun aku lagi dalam mood yang kurang baik untuk berbicara banyak, akhirnya aku menjawab,
"No, aku bukan polisi. Aku hanya menemani temanku di sana itu." kataku, sambil menunjuk Yoongi yang sepertinya sudah selesai berdiskusi serius dengan Park Jungsoo.
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...