20 | Yoongi : Conclusion

55 8 2
                                    

Setelah kecelakaan mengerikan yang membuatku menjadi seperti ini, aku sudah bersumpah aku tidak akan kembali lagi ke tempat ini, apapun alasannya.

Sekarang, aku harus melanggar sumpahku sendiri.

Rasanya aneh melihat tempat ini dengan diriku yang sekarang. Dulu, aku dapat berjalan di tempat ini dengan rasa bangga dan sedikit congkak, semua orang bahkan tahu siapa aku. Sekarang, sekalipun semua orang masih mengenaliku, aku malah merasa gugup. Tatapan yang diberikan mereka semua, entah mengapa, membuatku merasa tidak nyaman. Padahal, dulu aku menikmati semua tatapan itu.

Benar-benar perbedaan yang mencolok, kan?

"Aku senang melihatmu disini lagi, Yoongi." ujar Jungsoo hyung, yang saat ini berdiri berdampingan bersamaku di lapangan parkir kantor polisi sambil mengamati jasad Kwangsoo yang tengah ditangani oleh tim CSI.

Aku menghela napasku kemudian tertawa kecil. "Ya, aku sih, merasa sedikit aneh."

"Oh, ayolah." Jungsoo hyung menepuk pundakku. "Kami semua disini merindukanmu, si jenius Min Yoongi yang mampu memecahkan kasus pelik hanya dalam hitungan jam. Setelah kamu pergi, kami disini sedikit kerepotan, tahu?"

"Masa sih?" ujarku, membuat Jungsoo hyung tertawa keras-keras. Aku tidak mengerti kenapa dia melakukan itu. Mantan bos-ku ini memang sulit ditebak.

Dulu, aku bekerja di kepolisian kota ini sebagai detektif. Atasanku adalah Jungsoo hyung, dan berkat kami, hampir seluruh kasus kriminal di kota ini dapat kami tangani. Namaku cukup terkenal di kota ini sebagai orang yang paling disegani oleh para penjahat—setelah Jungsoo hyung, tentu saja. Tapi, setelah kecelakaan yang menimpaku, aku membuang semua popularitasku itu jauh-jauh.

Sekarang, aku malah terkenal sebagai pemburu hantu yang paling disegani oleh hantu manapun di kota ini.

Judul yang mirip, tapi dalam konteks yang berbeda.

"Jadi, menurutmu, apa yang sebenarnya terjadi dengan si Kwangsoo ini?" tanya Jungsoo hyung, dan aku tahu, dari nada bicaranya, dia mulai serius.

"Maksudku, ini nggak masuk akal. Aku jelas-jelas melihatnya dijejalkan kedalam sel, tapi sepuluh menit kemudian, dia sudah ditemukan tewas tergorok di lapangan parkir. Siapa yang bisa melakukan hal segila ini, sih?"

Kalau aku mengatakan bahwa pelakunya adalah seorang penyihir dan hantu hitam besar yang jahat, Jungsoo hyung pasti tidak akan percaya.

"Jujur saja, hyung, aku sendiri masih bertanya-tanya. Sudah ada dua kasus seperti ini sebelumnya, tapi sampai sekarang aku belum mendapatkan petunjuk yang signifikan." jawabku.

Jungsoo hyung menatapku dengan tatapan penuh selidik.

"Kamu yakin?"

"Yup." aku menganggukan kepalaku. Untung aku bisa berbohong dengan cukup baik.

Jungsoo hyung menghela napasnya kemudian melipat kedua tangannya didepan dada. "Sekarang aku mulai kebingungan menghadapi kasus ini. Seperti katamu tadi, sudah ada dua kasus sebelumnya, sekarang jadi tiga. Bagaimana jika nanti muncul kasus keempat, kelima, dan keenam?"

Diam-diam, aku membenarkan pertanyaan Jungsoo hyung. Apa jadinya jika semakin banyak korban berjatuhan gara-gara ulah si penyihir itu?

Oh. Tunggu sebentar.

Ya tuhan, aku ingat sekarang!

"Hyung, nggak keberatan kan kalau aku ikut memeriksa bersama tim CSI?" tanyaku, kali ini membuat Jungsoo hyung mengerutkan keningnya.

"Tentu saja, lakukan apa yang harus kamu lakukan, Yoongi." ujarnya, dan tanpa basa-basi, aku bergegas menuju sekelompok tim CSI yang tengah mengurus jasad Kwangsoo.

Aku berjongkok disamping mayatnya, menahan rasa mual yang mulai menguasai perutku saat mencium bau amis darah yang keluar dari luka yang menganga lebar di lehernya. Darahnya sudah mulai mengering disekitar leher dan pakaiannya, tapi, setelah aku melihat lebih teliti, ada sebuah bekas berwarna kehitaman tepat dibawah luka sayatannya. Bentuknya sedikit melengkung, dan kalau aku tidak salah tebak, hanya ada beberapa benda yang kemungkinan besar meninggalkan bekas seperti ini.

Misalnya, cawan untuk menampung darahnya.

Aku membaca buku yang dibawa Kyuhyun, temannya Jongwoon yang agak aneh itu, saat aku menginap dirumah Jongwoon semalam. Dan, berdasarkan hasil diskusi kami yang juga berlangsung semalam suntuk, sekarang aku bisa menarik sedikit kesimpulan.

Si penyihir ini membunuh orang-orang dan mengambil darah mereka berdasarkan tujuh dosa mematikan—greed, lust, wrath, envy, gluttony, sloth, dan pride. Dugaan sementaraku, Kim Seokmin, korban pertama, mewakili greed yang berarti serakah. Victoria, korban kedua, mewakili lust yang berarti nafsu. Sekarang, Kwangsoo si korban ketiga mewakili wrath yang berarti amarah.

Berarti tinggal tersisa empat orang lagi sebelum ketujuh dosa itu terkumpul. Dan itu berarti, aku hanya punya waktu empat hari lagi sebelum si penyihir itu mencapai tujuannya.

Selain itu, aku rasa kantung voodoo yang ditinggalkannya begitu saja ditempat kejadian perkara memiliki tujuan yang lebih besar daripada kelihatannya.

Sepulang dari sini aku harus membeli peta.

"Sir, anda sudah selesai? Kami akan memindahkan mayatnya ke rumah sakit untuk diautopsi." ujar salah satu petugas CSI, dan aku nyaris melonjak saat dia menyentuh bahuku.

Aku bergegas bangkit, berusaha untuk tidak terlihat canggung didepan petugas CSI itu, kemudian menjawab,

"Ya, terima kasih sudah memperbolehkanku untuk—loh, Soojung?"

Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku saat aku melihat sosok Soojung, yang tempo hari aku temui di rumahnya tengah ketakutan menghadapi hantu. Sekarang dia ada dihadapanku, lengkap dengan seragam kuning khas petugas CSI, masker yang dia kenakan hanya sampai dagu, dan rambut yang terikat. Penampilannya benar-benar berbeda, tapi, aku tahu itu dia.

"Kak Yoongi?" tanyanya, semakin menurunkan maskernya hingga kebawah dagu, menunjukan ekspresi wajahnya yang mungkin sama terkejutnya denganku.

"Ternyata benar! Ini kak Yoongi yang sering dibicarakan orang-orang!" ujar Soojung, kali ini dengan mata berbinar. "Aku sudah curiga sejak kamu datang kerumahku untuk membasmi hantu, rasanya aku pernah mendengar namamu disuatu tempat dan kamu nggak terlihat asing bagiku, ternyata...."

Mau tidak mau, aku tersenyum tipis mendengar perkataan Soojung.

Jauh dibelakangnya, diantara deretan mobil yang terparkir dan kerumunan orang-orang yang berkumpul seperti sepasukan semut, aku bisa melihatnya. Aku bisa melihat hantu itu, hantu berjubah hitam besar dengan hawa membunuh, yang, bahkan dari jarak sejauh inipun, mampu membuat bulu kudukku meremang.

Aku sama sekali tidak menghiraukan Soojung yang saat ini jelas-jelas tengah berdiri dihadapanku. Mataku tertuju pada sosok hantu itu, menatapnya tajam-tajam seolah-olah dengan begitu aku dapat membuatnya menghilang.

Tentunya, hal itu tidak benar-benar terjadi. Alih-alih menghilang, sosok hantu itu mulai mendongakkan kepalanya yang semula tertunduk.

Tepat ketika wajahnya yang sehitam jelaga dan matanya yang semerah darah menatapku, dia baru menghilang, melebur seperti sebuah kapas yang tertiup angin, raib dari pandanganku.

"Kak Yoongi, ada apa?" suara Soojung berhasil membuatku tertarik kembali ke realita.

Tetapi anehnya, ketika aku kembali menatap wajah Soojung, aku bisa melihat wajah hantu itu pada dirinya.

The FrightenersWhere stories live. Discover now