Aku pernah mengalami yang lebih buruk daripada ini.
Aku pernah nyaris dibunuh oleh hantu seorang tukang jagal, aku pernah mendapat luka cakaran yang cukup serius di punggungku gara-gara hantu seorang gadis yang tewas bunuh diri, aku juga pernah diteror oleh hantu sepasang suami istri yang tewas karena tenggelam di sebuah danau saat bulan madu mereka.
Intinya adalah, aku sudah sering mengalami peristiwa nyaris-mati, tapi belum pernah ada yang memperhatikanku seperti ini sebelumnya.
Maksudku, ayolah, aku hanya dicekik oleh hantu. Aku memang sudah hampir sekarat dan kondisiku masih jauh dari kata sehat untuk saat ini, tapi perhatian yang diberikan oleh Jongwoon, Joohyun, dan bahkan temannya Jongwoon yang sama-sama nyentrik si Cho Kyuhyun itu membuatku merasa seakan-akan aku ini sangat berarti bagi mereka.
Joohyun yang paling kentara, sih. Dia dengan tegas melarangku untuk pulang kerumahku dan memaksaku untuk menginap di rumahnya selama semalam, yang, omong-omong, sangat disetujui oleh Jongwoon dan Kyuhyun. Joohyun juga bersikeras agar aku tidak melakukan sesuatu yang dapat membuatku kelelahan, padahal, saat ini aku hanya ingin membantunya menebarkan garam ekstra ke sekeliling rumah dan toko Jongwoon.
“Aku nggak mau kamu tiba-tiba pingsan sewaktu menebar garam, jadi, mendingan kamu duduk di ruang tengah saja.” ujar Joohyun, saat aku sedang memegangi sekantung garam dibelakangnya sementara dia menebar garam di bawah jendela rumah.
“Taruhan, aku bisa melakukan ini dengan mata terpejam, aku jamin.” kataku, saat Joohyun membalikkan badannya kemudian membersihkan kedua tangannya dari sisa-sisa garam.
Joohyun menatapku tajam kemudian menggelengkan kepalanya.“Na-ah. Tidak ada penolakan, tidak ada penyangkalan.” tangannya kemudian merebut kantung garam dari tanganku, membuatku membelalakkan mataku.
“Joohyun, serius deh.”
“Yoongi, serius deh.” Joohyun membalas perkataanku dengan cepat, kemudian mata kami beradu.
Tepat saat itu juga, rasanya seluruh duniaku berhenti berputar.
Ada sesuatu yang aneh terjadi ketika aku menatap matanya. Sebuah perasaan bahagia, entah kenapa, seolah-olah aku pernah merasa sebahagia itu sebelumnya. Tapi, perasaan itu juga diiringi oleh sebuah perasaan sedih dan penyesalan... Hanya sekilas, tapi semuanya bercampur menjadi satu. Semuanya menyerangku seperti sebuah kenangan dari masa lalu yang sebenarnya belum pernah aku alami.
Kemudian aku bisa melihatnya tersenyum. Aku bisa melihat senyumannya, wajahnya yang berseri seiring dengan senyuman indah yang tersungging di bibirnya. Telingaku dapat mendengar suara Joohyun yang lembut, membelai setiap inci tubuhku, membuatku merasakan kehangatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Joohyun, senyumannya, suaranya, sentuhannya....
Perasaan aneh apa ini?
“Yoongi? Hei!” sebuah jentikan jemari dari Joohyun berhasil mengembalikanku ke realita. Joohyun masih menatapku, kali ini dengan sedikit cemas dan kerutan di keningnya.
"Kamu kenapa?” tanyanya. “Dari tadi kamu nggak berkedip menatapku.”
“Oh ya?” aku balik bertanya.
Joohyun menganggukkan kepalanya.
Oh, astaga. Sekarang aku malu.“Kamu nggak apa-apa kan? Ada yang kerasa sakit?” tanya Joohyun lagi, kali ini tangan kirinya meraih tangan kananku.
Aku menggelengkan kepalaku kemudian tersenyum tipis, masih belum bisa mengenyahkan semua perasaan yang menyerangku seperti sebuah deja vu dari masa lalu beberapa detik yang lalu.
YOU ARE READING
The Frighteners
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pemburu hantu. Bae Joohyun adalah seorang penyihir. Roda takdir mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak terduga. Serangkaian pembunuhan misterius disertai dengan kemunculan penampakan-penampakan hantu membuat Yoongi d...