14 | Yoongi : Deja Vu.

64 9 1
                                    

"Aku nggak ngerti." ujar cewek berkulit super pucat dihadapanku. Tangannya mengepal erat-erat di sisinya, matanya menatapku tanpa berkedip.

Aku malah berusaha keras untuk tidak menatap lehernya yang terus mengeluarkan darah tanpa henti.

"Seingatku aku masih ada di mobilku, kenapa sekarang aku sudah mati? Aku kan, tidak terlibat kecelakaan."

"Memang tidak." jawabku, kemudian menyeka hidungku dengan tanganku hanya untuk memudarkan bau besi khas darah yang mulai menusuk indra penciumanku. "Ada yang membunuhmu, nona Song."

Cewek bernama Victoria Song itu membelalakkan matanya. Kepalanya kembali menoleh untuk menatap mayatnya yang saat ini tengah ditangani oleh tim CSI, kemudian kembali lagi menatapku. Lalu, dengan gerakan lambat nan dramatis seperti di film-film, tangannya menyentuh lehernya yang sekarang menganga lebar.

"Ya tuhan." desisnya. "Bagaimana bisa? Siapa yang melakukan ini?"

Aku menghela napasku kemudian membuka sedikit jendela mobil untuk mengenyahkan bau besi yang semakin tajam tercium dari arwah Victoria. Well, ini satu-satunya ide yang terlintas di kepalaku ketika aku melihat arwahnya berdiri tidak jauh dari mayatnya. Sebelum arwahnya menghilang—atau dikurung, seperti yang diceritakan arwah Kim Seokjin kepadaku kemarin, aku membawanya ke mobilku supaya aku bisa bertanya-tanya dengan leluasa.

Meskipun, resikonya adalah, aku harus tahan mencium bau busuk khas arwah orang yang sudah mati seperti sekarang ini.

"Itu yang ingin kutanyakan kepadamu." kataku. "Cobalah untuk mengingatnya, nona Song. Aku perlu tahu siapa yang melakukan itu kepadamu."

Victoria memejamkan matanya, keningnya berkerut, alisnya saling bertaut.

"Aku ingat, ketika aku sedang menyetir..." cewek itu membuka matanya, kali ini tatapannya dipenuhi oleh kengerian dan emosi. "Ada sebuah motor menyalip mobilku, membuatku harus menginjak rem mendadak. Kemudian, si pengemudi motor itu turun dan membuka helmnya tepat dihadapanku...."

Hawa disekitar kami mulai memanas saat Victoria bercerita.

"Pengemudi itu, apa kamu melihat wajahnya?" tanyaku lagi.

Victoria menataku tajam kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

"Ya, dia... Tinggi, rambutnya panjang, dan dia cantik sekali." ujarnya, nada suaranya mulai bergetar, tanda bahwa dia tengah menahan amarahnya saat ini. "Dia tersenyum saat melihatku."

Aku membayangkan semua kejadian yang diceritakan Victoria, membuat reka ulang adegan sendiri didalam kepalaku. Perempuan itu, perempuan yang mengemudikan motor dan tersenyum kepada Victoria, aku yakin dialah si penyihir hitam yang menjadi dalang dibalik semua ini.

"Setelah itu, apa yang terjadi?" tanyaku.

"Setelah itu aku membunuhnya." alih-alih mendengar suara milik Victoria, aku malah mendengar suara serak dan berat yang keluar dari mulut arwah cewek itu.

Sedetik kemudian, Victoria menjerit keras-keras saat tubuhnya mulai terbakar api berwarna merah menyala yang datang secara tiba-tiba, membuatku menutup telingaku rapat-rapat sementara mataku terbelalak menatap pemandangan mengerikan dihadapanku.

Rasanya seperti deja vu. Setelah arwah Victoria menghilang dari pandanganku, si hantu berjubah hitam besar datang menggantikannya. Aku tidak yakin apakah dia duduk di kursi penumpang disampingku atau melayang, tapi yang jelas, wajahnya yang sehitam jelaga dan matanya yang semerah darah menatapku seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya.

"Kamu lagi." desisnya. "Harus berapa kali aku bilang kepadamu untuk tidak ikut campur, Min Yoongi?"

Sesuatu menahanku ketika aku hendak membuka mulutku. Bibirku terasa kaku, lidahku terasa kelu. Aku tidak dapat meneriakkan apapun, padahal begitu banyak kata-kata yang ingin aku muntahkan dihadapan hantu brengsek ini.

"Haruskah aku membunuhmu supaya kamu diam?" ujarnya, sembari mengulurkan tangannya yang keriput dan keabu-abuan, kemudian mencekik leherku dengan sekuat tenaga.

Aku tersentak, tubuhku memberontak, tanganku meronta-ronta mencari alat perlawanan. Aku berusaha meraih dashbor untuk mengambil athame-ku, tapi, dia tahu apa yang akan aku lakukan. Cekikan tangannya di leherku semakin kuat, sementara paru-paruku sudah kehabisan persediaan oksigennya. Napasku tercekat, pandanganku mulai kabur, tenagaku mulai melemah, kesadaranku mulai menipis, sementara dia semakin memperkuat cekikannya....

Tidak. Aku tidak mau mati dengan cara seperti ini.

"Yoongi!" samar-samar, aku dapat mendengar suara Joohyun.

Joohyun?

Dengan sisa tenaga yang aku punya, aku berusaha melihat keluar jendela di kursi penumpang, kemudian mendapati sosok Joohyun yang tengah berusaha membuka pintu mobil dengan kepanikan yang terlukis jelas di wajahnya yang rupawan.

Jongwoon menggantikan posisi Joohyun untuk membuka pintu mobilku, gerakannya sedikit lebih kasar dan jauh lebih bertenaga. Setelah dua kali tarikan, pintu mobil berhasil terbuka, membiarkan udara segar masuk dan menyebar ke segala penjuru mobil termasuk paru-paruku.

Tepat saat itu juga, si hantu berjubah hitam besar menghilang.

The FrightenersWhere stories live. Discover now