"Aku butuh waktu yang cukup lama untuk bisa melupakanmu, tapi kamu hanya butuh beberapa menit saja untuk membuatku kembali mencintaimu."
Author
Pelajaran kedua sudah berakhir, bel istirahat juga sudah berbunyi sejak tadi. Kelas 11 IPA 1 satu persatu meninggalkan kelas menuju kantin. Namun lain hal nya dengan Talita, ia justru ke perpustakaan untuk menghabiskan waktu istirahatnya disana. Hari ini Talita sangat malas untuk ke kantin, berdesak desakan, mengantri, dan apapun itu ia malas ke kantin.
Talita berjalan menyusuri koridor. Istirahat kali ini ia tidak di temani oleh Dania, karena semenjak bel istirahat berbunyi gadis itu hanya memberitahu Talita bahwa ada urusan penting. Urusan penting? Tidak, tidak lebih dari mencari cogan atau kakak kelas yang tampan.
Kelas Talita memang berada di lantai dua sedangkan perpustakaan di lantai satu. Jadi terpaksa ia harus menuruni tangga dekat kelas 11 IPA 3, ya itu adalah kelas Rival. Sebenarnya Talita malas jika ada pria itu di sana, tapi semoga saja Rival tidak ada. Tepat sekarang Talita berada di depan kelas 11 IPA 3, mata Talita menyapu sekelilingnya, tidak ada Rival di sana. Gadis itu menghela nafas bersyukur doa nya di dengar oleh Tuhan. Namun tiba tiba seseorang dari belakang menahan lengan Talita.
"Kita perlu bicara."
____
Takdir sepertinya benar benar mempermainkan mereka berdua. Talita yang mencoba menghindar, dan Rival yang terus menerus mendekat. Kali ini mereka berada di taman belakang sekolah, lumayan cukup sepi. Entah apa yang akan Rival bicarakan, namun terlihat dari wajahnya cukup serius untuk berbicara dengan Talita.
"Lepasin tangan gue." Dengus Talita, karena sedari tadi lengannya masih di genggam erat Rival. Tanpa banyak bicara Rival langsung melepaskan genggamannya dengan Talita. Talita menyapu pandangannya tanpa memperdulikan keberadaan Rival.
"Ngapain lo bawa gue kesini?" Talita menolehkan kepalanya ke arah Rival, seraya duduk di kursi berwarna putih itu. Tidak ada jawaban dari Rival, pria itu hanya menerawang kosong.
"Apa yang lo lihat beberapa bulan lalu ga seperti apa yang lo pikiran Ta." Tatapannya intens pada Talita.
"Udah Val, semuanya udah berakhir. Lo udah bahagia sama dia dan gue juga udah--." Ucapannya terhenti, ia berpikir bahwa apa yang akan di ucapkannya saat ini tidak akan menyesal di kemudian hari.
"Udah apa?" Rival mengernyitkan alisnya tidak mengerti.
"Gue juga udah bahagia, gue bahagia liat lo bahagia sama dia."
Rival tertegun dengan jawaban Talita, lagi lagi ia di bingunkan dengan apa yang Talita pikirkan. Jelas jelas apa yang dilihatnya tidak seperti apa yang ada di pikirannya. Harus berapa kali Rival menjelaskan kepada Talita, bahwa ini hanya kesalah pahaman saja.
Menurut Talita, apa yang di lihatnya waktu itu sudah cukup jelas. Ia tidak butuh penjelasan apa apa, yang terpenting ia harus bisa melupakan semua kenangannya dengan Rival.
Hening, tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Rival yang masih terdiam, hatinya tertohok dengan jawaban Talita. Sedangkan Talita ia hanya menerawang kosong, menahan agar cairan bening di kelopak matanya tidak jatuh.
"Ta."
Talita menolehkan kepalanya sekilas, lalu kembali terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Teen FictionDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...