"Terkadang merelakan yang sudah tergenggam itu bukan suatu hal yang mudah."
Author
Inilah kehidupan, semuanya memang telah diatur oleh Tuhan. Semua telah ditakdirkan masing masing untuk seperti ini dan begini. Semua memang karena takdirNya, Talita bertemu dengan Rival itu memang sudah takdir.
Mereka berdua juga harus sama sama berpisah kembali itu juga sudah takdir.Semua tidak ada yang pernah tahu bagaimana jalan kehidupan manusia kedepannya itu seperti apa. Pastinya yang hanya bisa dilakukan tetap terus berdoa dan berusaha. Termasuk Rival.
Jika Tuhan memang mentakdirkan Talita untuknya maka gadis itu akan kembali suatu saat nanti. Jikalau pun tidak, mungkin Rival akan mendapatkan yang lebih pas dengan cerminan sikapnya itu. Tapi, entah itu Talita yang terlalu baik untuk Rival, atau Rival yang justru terlalu buruk untuk Talita.
Sudah, tidak usah menebak nebak. Biar saja, semua berjalan sesuai takdirNya.
Pria itu saat ini tidak habis pikir, mengapa dulu ia bisa bisanya melampiaskan semua rasa kecewanya pada seorang gadis tulus yang benar benar berhati seperti malaikat. Sedosa inikah Rival saat ini? Sebodoh inikah Rival saat ini?
Ketahui saja, selama pria itu hidup 17 tahun ia tidak pernah mengalami fase dimana ia merasa benar benar paling tersalahkan, benar benar merasa menjadi manusia paling bodoh. Tidak pernah, tidak pernah sama sekali dan baru belakangan ini fase itu Rival alami.
Entahlah karma itu ada atau tidak tapi yang jelas, setiap perbuatan yang kita lakukan pasti akan mendapatkan balasannya. Lihat saja Rival, dulu ia mempermainkan perasaan Talita tanpa gadis itu ketahui. Tapi saat ini, Rival merasa dipermainkan oleh ulahnya sendiri.
Tiba tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya selama beberapa jam lalu.
"Masuk!" Jawabnya.
Dibalik pintu menampakkan seorang wanita paruh baya yang mengembangkan senyum ke arahnya. Wanita paruh baya itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Susan, ibu kandung Rival.
"Kenapa mah?" Tanya Rival, saat Susan sudah duduk disamping tempat tidurnya.
Susan mengangkat alisnya bingung. "Justru mama yang harusnya nanya sama kamu, kamu kenapa? Kok mukanya kayak banyak pikiran?"
Rival tersenyum singkat, lalu menggelengkan kepalanya. "Orang Rival happy happy aja ah."
Bohong.
"Yakin?"
"Hmm."
"Nggak mau cerita?"
"Apasih mah, udah ah sana sama Rere."
Susan terkekeh kecil. "Dia nggak ada, lagi ke Bandung."
"Kapan? Ngapain?" Tanya Rival.
"Tadi siang, ada tugas yang harus dikerjain disana." Jawab Susan.
Rival hanya menganggukkan kepalanya. Lalu bibirnya membentuk huruf 'o'.
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Teen FictionDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...