Goodbye -17

601 45 0
                                    

"Karena pada dasarnya semua orang memang egois. Ingin di mengerti, tapi tidak pernah mengerti perasaan orang lain."

-Talita Azellia

Talita Pov's

Pintu itu akhirnya terbuka. Menampakkan seseorang yang aku tunggu-tunggu sejak beberapa jam yang lalu.

Terimakasih Tuhan, Engkau telah mendengar doa'ku.

Beribu-ribu syukur aku ucapkan, Rival datang menyelamatkanku. Ia menatap Pram dengan kilat amarah, setelah itu ia langsung mendaratkan tonjokkan pada pipi Pram, tanpa ampun. "Berani-beraninya ya lo!"

Rival terus menerus menonjok Pram, sesekali ia benturkan tubuh Pram pada tembok. Sedangkan Pram, pria itu tidak bisa melawan Rival. Tidak bisa melawan dalam artian, ia susah bergerak karena selalu terdahulu oleh Rival.

Aku yang melihatnya hanya terus menangis, entah kenapa. Justru seharusnya aku senang, karena Rival datang tepat waktu.

Merasa sudah cukup Rival meluapkan amarahnya ia menarik kerah baju Pram. "Berani lo sakitin dia, apalagi nyentuh dia." Rival mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Pram. "Gue pastiin hidup lo nggak akan pernah tenang, ingat itu." Rival berbicara benar-benar penuh penekanan pada setiap katanya. Sedetik kemudian, ia bangkit dan menuju ke arahku, membuka tali yang terikat pada kedua tangan dan kaki ku. 

Setelah Rival berhasil membuka tali itu, aku langsung saja jatuh kepelukkannya meluapkan rasa takutku saat ini kepada Rival. Air mataku semakin menjadi ketika aku berada di dalam pelukkannya, dan Rival semakin mengeratkannya. Sesekali pria itu juga membelai rambutku, dan mengecup puncak kepalaku.

"Maaf." Rival mengatakkan itu dengan lirih, sembari terus mengeratkan pelukannya seolah-olah tidak ada hari esok untuk kita bertemu lagi.

Aku tidak bergeming, aku masih saja terdiam, pikiranku melayang entah kemana, blank. Detik berikutnya, Rival melepaskan pelukkanya lalu menangkup wajahku. "Maafin aku Ta, ini semua salah aku, aku nggak bermaksud buat kamu nunggu." Rival menatapku intens. Dan aku bisa tahu matanya terlihat sangat mengkhawatirkan keadaanku.

Aku tidak menjawab ucapan Rival, entah kenapa tapi hatiku menyimpan sedikit rasa kecewa pada pria di hadapanku saat ini. Rival mengulurkan tangannya menghapus air mataku, setelah itu ia menyunggingkan senyum.

"Udah, aku mau pulang." Aku berjalan mendahului Rival, meninggalkan Pram yang tergeletak di lantai dengan keadaan yang sangat parah. Sepertinya Rival tahu aku sedang kecewa padanya, lantas ia hanya diam saja saat ini.

____

Author

"Talita?!"

"Mamah.." Talita langsung memeluk Della dengan erat. Gadis itu lagi-lagi kembali menangis, begitupun dengan Della.

"Kamu kemana aja sayang, mamah khawatir." Della menangkup wajah Talita. Talita tidak menjawabnya.

"Terimakasih Val." Renal menepuk pelan pundak Rival sembari tersenyum, yang di jawab anggukan oleh Rival dan tak lupa juga tersenyum.

"Yasudah ayo masuk."

"Rival pulang dulu, om, tante."

Renal dan Della hanya mengangguk, ia mengerti mengapa Rival tidak mau mampir terlebih dahulu karena jam memang sudah menunjukkan pukul 11:00 malam.

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang