"Karena pada dasarnya, seseorang selalu berbohong tentang perasaannya sendiri. Masih mencintai, tapi pura pura sudah mati rasa. Belum bisa melupakan, tapi pura pura bersikap tenang. Aneh."
Author
Jam menunjukan pukul 11:30 malam. Dan, Talita terbangun dari tidurnya. Ia menyapu pandangan sekelilingnya, ternyata di sana sudah ada Della dan Renal.
"Rival mana?" Gumamnya seraya melihat jam di dinding. "Pulang kali ya." Lanjutnya lagi.
Perlahan Talita mengangkat tubuhnya sendiri untuk bangun dan bersandar di bawah tumpukan bantal.
Talita meraih ponselnya yang berada di nakas sebelahnya. Ia membuka aplikasi whatsapp dan mendapatkan beberapa notif di sana.
"Udah 2 hari gue ga buka buka hp." Ucapnya seraya meng-scrooll notifikasi dari whatsapp tersebut.
Ternyata banyak sekali pesan yang masuk. Termasuk pesan dari Rival, ada di sana. Talita langsung membuka pesan dari Rival terlebih dahulu, dan tanpa sadar bibirnya mengembangkan senyum tipis.
10:00pm
Rival: Aku pulang. Mau pamit kamunya udah tidur.
Rival: Good night, mimpi indah Ta.
Talita hanya membacanya saja, tidak berniat untuk membalas pesan Rival. Karena pasti pria itu sudah tidur.
Talita mengembangkan senyumnya. "Dasar Rival." Ia tertawa pelan sembari membenarkan bantalnya dan kembali untuk tidur.
____
Bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Semua siswa masuk ke dalam kelasnya masing masing. Namun lain halnya dengan Rival. Saat ini ia tengah berjalan menyusuri koridor, dengan langkah santai, benar benar santai. Padahal bel masuk sudah berbunyi.
Ah entahlah, bebas untuk Rival.
Rival menyapu sekelilingnya, matanya tiba tiba menajam melihat siapa yang berjalan ke arahnya saat ini. Namun masih dengan sikap yang cuek, Rival tidak memperdulikan seseorang yang mendekat ke arahnya.
"Den, ada si pengecut nih di sini!" Ucap pria itu setelah berhadapan dengan Rival.
Rival menghiraukan ucapan pria itu. Namun detik berikutnya, Rival tersenyum sinis, menatap pria di hadapannya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pram dan Denis. Itu yang ada di hadapan Rival saat ini. Pram, adalah orang yang sangat membeci Rival. Dan Denis, ia salah satu pengikut Pram yang juga membenci Rival.
Sebenarnya Pram, Denis, Rival, Rendi, dan Fazar mereka dulu bersahabat. Namun, persahabatan mereka hancur dan terpisah menjadi Rival, Rendi, Fazar. Dan, Pram, Denis.
Entah apa alasannya Pram yang tiba tiba keluar dari persahabatan mereka berlima. Begitu juga Denis, ia mengikuti Pram. Sama sama keluar dari persahabatan mereka berlima itu. Dan, sampai sekarang Pram dan Denis menganggap Rival adalah musuh.
"Kemana dua sahabat lo? Udah lupa ya sama lo?" Ucap Denis dengan penuh penekanan pada kata 'sahabat', lalu ia tersenyum sinis. "Miris banget hidup lo Val." Lanjutnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Teen FictionDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...