Goodbye -30

630 35 2
                                    

"Mungkin beberapa orang memang perlu meninggalkan. Karena lama bertahan dalam kekecewaan itu menyesakkan."

Author pov's

Seketika keadaan menjadi hening, yang terdengar hanya deru nafas masing masing dari kedua manusia itu.

Nara duduk dihadapan Rival dengan rasa ragu dihatinya, sedangkan pria itu bertingkah tidak perduli dengan apa yang dilakukan Nara saat ini.

Dulu raga yang saat ini dihadapan Nara pernah ia peluk, telapak tangannya pernah ia genggam, rasanya pernah ia miliki.

Tapi sekarang?

Semuanya sudah menjadi milik gadis lain. Gadis yang ingin Nara pisahkan dari Rival. Gadis yang menjadi korban masa lalu mereka. Gadis yang ingin Nara hancurkan dengan perlahan. Tidak perduli apapun yang akan terjadi, asalkan Rival kembali.

Tapi apakah itu mungkin?

Rival menghembuskan nafasnya kasar. "Ada apa?" Tanyanya membuka suara lebih dulu.

"Maafin aku ya Val." Nara menatap intens lawan bicarannya itu.

Rival hanya tersenyum smirk, tanpa menjawabnya.

Perlahan tangan Nara terulur mengambil tangan Rival tapi dengan cepat pria itu menepisnya. "Aku tahu aku salah, tapi aku mohon sama kamu. Kasih aku kesempatan sekali lagi untuk perbaiki semuanya." Terdengar ucapannya terisak. "Aku masih sayang kamu Val, aku masih cinta sama kamu. Aku nggak bisa lupain kamu." Jelasnya panjang lebar sembari menangis.

"Baru sadar sekarang? Dulu kemana aja?" Cetus Rival dengan senyum smirknya. "Udahlah sono pergi, cowok tajir lo nungguin tuh sono." Cecar Rival lalu detik berikutnya ia pergi meninggalkan Nara sendiri.

____

Ketiga motor itu terparkir rapih di garasi rumah Rendi. Ketiganya masuk ke dalam, dan langsung menaiki anak tangga menuju kamar Rendi.

"Zar, ambil cemilan di kulkas gih sono!" Titah Rendi.

Fazar memutar bola matanya malas. "Bentar napa, capek nih gue." Jawabnya dengan nada suara yang dibuat ngos ngosan.

"Lah, capek dari mananya bambang. Orang lo nggak ngapa ngapain juga. Udah buruan sono bacot banget sih ah!"

"Iya iya, kalau bukan yang punya rumah udah gue siram lo pake adukan semen." Gerutu Fazar.

Rendi tertawa puas sedangkan Rival hanya tersenyum kecil sembari menggeleng gelengkan kepalanya.

"Gue liat liat ada yang aneh dari lo belakangan ini."

Rival menoleh sebentar, lalu kembali menatap kosong kaca jendela ruangan itu. "Gue bingung, cepat atau lambat gue bakal Kehilangan Talita."

Maksud Rival kehilangan disini, karena cepat atau lambat semua rahasia selama ini akan terbongkar dan pastinya seorang Talita Azellia bukan lagi miliknya.

Tidak, Rival belum mengetahui keberangkatan Talita ke Malaysia. Tentang itu, Talita masih tutup rapat rapat.

Rendi mengernyitkan alisnya tidak mengerti. "Maksud lo kehilangan?"

"JENG JENG JENG!!! Pesanan datang!" teriak Fazar membawakan beberapa cemilan dan minumannya.

Rendi dan Rival sama sama memutar bola matanya kesal. Memang entah kenapa manusia seperti Fazar itu sulit sekali dibawa waras dan diajak serius dalam waktu waktu tertentu. Tapi tidak apa apa juga sih, setidaknya itu cukup untuk membuat Rendi dan Rival menggelitik.

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang