Goodbye -07

1K 58 2
                                    

"Terkadang, maaf seseorang yang pernah melukai tidak berarti apa apa untuk yang pernah dilukai."

Author

Udara pagi terkadang mampu memberikan ketenangan. Sinar mentari pagi yang cerah terkadang juga mampu membuat seseorang menjadi bersemangat.

Namun lain halnya dengan Rival, pria itu justru tidak merasakan ketenangan di pagi hari ini. Jujur saja perasaannya saat ini masih tak karuan, memikirkan bagaimana keadaan Talita sekarang, setelah kejadian kemarin. Bahkan ucapan Rere semalam masih saja terus mengiyang di telinganya.

Niatnya hari ini ia akan meminta maaf mati matian pada Talita. Jika Talita tidak mau, atau mungkin tidak akan pernah mau mendengarkan penjelasan Rival dan menerima permintaan maaf Rival, maka terpaksa Rival harus benar benar menahan Talita untuk tidak pergi saat Rival sedang menjelaskan, apapun itu caranya. Bayangkan saja seorang Rival Gifari berangkat jam 06:00 pagi untuk ke sekolah, itu sangat mustahil. Tapi hari ini? Ia melakukannya. Karena apa? Karena rasa bersalahnya yang terlalu besar kepada Talita.

Kini motor Rival terparkir rapih di parkiran SMA Rahayu. Pria itu membenarkan sedikit tasnya, lalu melangkah pergi meninggalakan parkiran. Rival berjalan menyusuri koridor dengan langkah sedikit cepat.

"Rivaalll!"

Seseorang dari belakang meneriaki Rival, pria itu berlari mengejar Rival. Merasa terpanggil Rival pun berhenti, detik berikutnya ia membalikan badan melihat siapa pria yang tengah berlari kepadanya. Ternyata itu Fazar dan juga Rendi.

"Gue manggil manggil lo bukannya berhenti." Dengan nafas tak beraturan Fazar menepuk pundak Rival kasar.

"Tau lo Val ah, jadi capek kan pagi pagi gue ngejar ngejar lo." Sewot Rendi.

"Ya sorry, lagian siapa suruh lo kejar kejar gue, kangen lo berdua sam--"

"Talita di rumah sakit." Celetuk Fazar dengan nafas yang masih tak beraturan.

Seketika Rival mematung. Ternyata benar firasatnya, akan terjadi apa apa setelah kejadian kemarin. Rasa bersalahnya semakin bertambah lagi, perasaannya juga semakin tak karuan. Detik berikutnya Rival kembali menenangkan pikirannya, mencoba berpikir hal apa yang harus ia lakukan saat ini.

"Thanks, gue kesana sekarang." Rival berlari secepat kilat, meninggalkan kedua sahabatnya yang masih melongo tak percaya dengan kelakuannya.

"Sejahat itu Rival sama kita berdua Ren? Kita masih ngos ngosan ngejar dia dan sekarang dia malah pergi lagi ninggalin kita?"

"Tau ah." Rendi berlalu pergi meninggalkan Fazar.

____

Tok tok tok . . .

Suara ketukan pintu terdengar jelas. Gadis itu awalnya masih menghiraukan, namun pada akhirnya ia menyerah karena suara ketukan pintu itu sangat mengganggu ketenangannya.

"Masuk!" Suruh Talita yang masih tetap menatap pintu kamar rumah sakit.

Detik berikutnya pintu kamar terbuka. Menampakan seseorang yang pasti membuat Talita terdiam bukan main.

"Ngapain lo kesini?" Ketus Talita

Pria itu hanya terdiam, melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan Talita. Ya benar itu adalah Rival.

"Pergi! Gue bilang pergi!" Sentak Talita pada akhirnya.

Rival menghiraukan perlakuan Talita padanya. Tidak apa apa ia di perlakukan seperti ini, ia memang pantas menerima semua ini. Detik berikutnya Rival mendekat ke arah bangkar Talita. Tanpa meminta izin ia langsung memeluk tubuh mungil Talita. Talita yang merasakan itu mematung seketika. Anehnya ia tidak berusaha melepaskan pelukan Rival. Jujur saja dalam hati kecil Talita ia juga rindu perlakuaan hangat Rival padanya.

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang