Goodbye -26

519 40 1
                                    

"Bukannya aku tidak ingin menjelaskan tapi keadaan belum pasti menjanjikan bahwa ketika aku jujur semuanya akan tetap baik-baik saja."

-Rival Gifari

Author

"Nara itu siapa sih Val?!" Desak Talita.

Rival menatap Talita dengan sorot mata mengintimidasi. Sebenarnya jantung pria itu saat ini sedang tidak tenang, tapi raut wajahnya menunjukkan sikap datar dan cuek saja.

"Kok Nara lagi sih Ta? Bisa nggak, nggak bahas dia?"

"Kamu selingkuh?"

"Ngaco! Udah siniin handphone aku."

"Nggak! Jelasin dulu Nara siapa."

Rival menghela nafas panjang, dan menghembuskannya dengan kasar. "Dia mantan aku."

Mendengar itu, Talita membelekkakan matanya tidak percaya. "Mantan?!" Pekik Talita. "Kok kamu nggak pernah cerita sama aku kalau kamu punya mantan?"

"So, setiap hal apapun aku harus cerita gitu sama kamu? Tentang masa lalu aku pun juga?" Nada bicara pria itu mulai naik satu oktaf.

Entah Talita memang cengeng atau apa. Tapi perkataan Rival barusan benar-benar menusuk hatinya. Matanya perlahan mulai memenas. Talita mengerti pria itu mempunyai privasi, tapi setidaknya ia ingin di hargai. Talita 'kan miliknya, milik Rival. Dan jika ada apa-apa Talita harap pria itu bercerita pada dirinya.

Apakah Talita tidak berhak mengetahui siapa yang dulu pernah berada di hati Rival? Pernah menjadi milik Rival, apakah ia tidak berhak tahu tentang itu?

Dan satu lagi, bisakah Rival menjelaskan itu secara baik-baik?

"Cewek nggak suka di bentak!" Talita memberikan ponsel Rival tepat pada dada bidang milik pria itu sembari sedikit mendorong tubuh Rival, dengan refleks pria itu menerimanya. Detik berikutnya Talita melangkah pergi bersamaan dengan air matanya melesat jatuh pada pipi gadis itu.

Cowok emang selalu salah. -Batin Rival

____

Dua hari di villa Om Bobi berlalu sudah, tentunya hari ini adalah hari terakhir Rendi dan yang lainnya berada di sana. Waktu menunjukkan pukul 9:30 pagi, Saat ini mereka semua sedang sibuk mem-packing barang-barangnya masing-masing. Rendi dan yang lainnya memutuskan  pulang pagi-pagi karena agar tidak terlalu macet tentunya dan satu hal lagi, karena Talita.

Karena Talita, maksudnya mood gadis itu semalaman sedang buruk. Rendi dan yang lainnya, apalagi Rival khawatir akan keaadaan gadis itu, jika Talita sakit? Sedangkan villa itu jauh dari rumah sakit, bagaimana? Kan repot. Jadi mereka semua memutuskan pulang pagi dan nantinya agar bisa istirahat beberapa jam di rumah mereka masing masing.

Sebentar, tadi apa? Rival khawatir? Tidak salah? Bukannya mood Talita sedang buruk karena pria itu? Ah sudahlah, Rival memang selalu bebas bertingkah seperti apa saja.

Di kamar depan, yang di tempati oleh Talita dan Dania. Mereka berdua hanya saling diam, terlalu fokus pada barang-barangnya masing-masing. Terlebih pada Talita, sedangkan Dania beberapa detik yang lalu ia bersiul siul tidak jelas. Detik berikutnya Dania menolehkan kepalanya, gadis itu memicingkan matannya. "Talita Azellia, cewek cantik yang cantiknya cantikkan gue. Lo kenapa sih? Gue liatin dari semalem muka lo nekuk mulu? Kenapa?"

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang