Goodbye -22

560 36 0
                                    

"Kebahagiaanku hanya cukup melihat kamu tertawa dan alasan kamu tertawa itu karena aku."

-Rival Gifari

Author Pov's

"Viewnya bagus banget sumpah." Decak Dania kagum.

Rendi yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. Ia tidak salah membawa teman-temannya berlibur di sini, lihat saja semuanya benar-benar menikmati ramainnya kota di bawah sana, hari sudah malam dan otomatis menambahkan keindahan kota karena lampu-lampu yang menyala.

Villa ini memang sudah lama tak terpakai, sudah sekitar setahun yang lalu Rendi dan Keluargannya memakai villa ini. Karena mungkin alasannya saat ini Bobi --om Rendi-- sedang sibuk bekerja. Saat Rendi meminta izin untuk berlibur di villa itu, Bobi senantiasa menginjinkannnya. Oh iya villa itu memang sudah setahun tak terpakai tapi keadaannya tetap bersih dan indah, karena ada yang mengurusnya di sana.

"Foto yuk." Ajak Dania pada semuanya dan di angguki setuju. "Lo yang megang Zar." Fazar mengangguk kepalanya berarti mengiyakan.

Rival dan Talita mereka sedari tadi terus bertatapan membuat Dania, Rendi, dan Fazar merasa tersinggung. Fazar menghembuskan nafas kasar. "Gini nih kalau bawa orang yang pacaran, tatap-tatapan terus nggak tau tempat. Udah tau banyak jomblo." Cerocos Fazar.

Refleks Rival dan Talita memutuskan kontak matanya, lalu beralih menatap Fazar. "Makanya punya pacar." Goda Rival tertawa pelan sembari menyandarkan kepalanya pada pundak Talita.

"Eh dari pada bete mending maen game." Usul Dania.

"Game apa sih lo ah. Jangan bilang maen ML." Sewot Fazar.

"Making Love?!" Pekik Rendi membelekkan matanya.

"Mobile legend anjing."

Tawa Rendi pecah begitu saja, niatnya memancing emosi Fazar akhirnya berhasil. Detik berikutnya Dania memutar bola matanya malas, menghadapi dua pria itu memang hanya menguras tenaga saja. "Mau nggak?"

"Game apa Dan?" Tanya Talita.

Dania hanya tersenyum smirk lalu menatap Talita, Rival, Rendi dan Fazar bergantian.

____

Di sisi lain,

Keheningan terjadi di kamar yang di dominasi dengan warna biru navy itu. Seorang pria menerawang ke arah kaca jendelanya, raut wajahnya mengartikan bahwa dirinya sedang dalam masalah. Pria itu memijat pelipisnya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamarnya.

Pram, pria yang tadi berada di dalam kamar itu. Saat ini pria itu tengah terduduk di ruangan keluarga. Ruang keluarga? Ah tidak, maksudnya ruang keluarga yang hanya di tempati olehnya saja.

Bagaimana tidak? Pram terlihat seperti tidak memiliki Ayah, Ibu, Kakak, atau pun Adek. Kakak, Pram memang tidak mempunyai Kakak. Adek, ia juga tidak mempunyai Adek. Sedangkan kedua kedua orang tua? Ia masih mempunyai Ayah dan Ibu. Tapi sekarang entah dimana, mereka terlalu sibuk mengurus pekerjaan sampai Pram sendiri tidak tahu sekarang keberadaan orang tuanya dimana. Luar kota kah? Luar negeri kah? Entahlah.

Nasib Pram memang sama dengan nasib Talita dulu. Apa yang Pram tidak punya? Pria itu memiliki segalanya. Mobil, uang, barang-barang mahal, rumah mewah. Namun hanya satu yang ia tidak punya, keluarga yang utuh, itu saja.

Terkadang Pram memang tidak memusingkan semua itu, justru ia merasa lebih bebas karena tidak ada larangan dari siapapun, dan otomatis itu membuatnya menjadi pria yang seenaknya melakukan apa saja tanpa tahu resiko yang telah di perbuatnya.

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang