"Aku takut kita berpisah lagi dengan perasaan yang masih sama-sama saling menyayangi."
Author
"Guru killer udah datang belum?" Tanya seseorang di pojokan kelas, dan di jawab gelengan kepala oleh orang yang sedang mengintip di balik pintu melihat siapa tahu guru killer itu datang tiba-tiba.
Bel masuk sudah berbunyi. Saat ini kelas 11 IPA 3 --kelas Rival-- sedang mengerjakan PR fisika yang di berikan Bu Intan minggu lalau. Bukannya di kerjakan di rumah, justru malah membawanya ke sekolah dan di kerjakan bareng-bareng.
Mereka semua memang menyebut Bu Intan sebagai guru killer, karena Bu Intan sering memberi tugas banyak, pelit nilai, omongannya pedas, bahkan sambal yang cabainya satu kilo saja kalah, ah pokoknya sangat sangat killer.
"Val lo ngerjain belum?" Rendi menepuk pelan pundak Rival, dan di jawab gelengan oleh pria itu.
"Sultan mah bebas." Celetuk Fazar.
Rival, Rendi, dan Fazar saat ini malah asik-asikan memainkan ponselnya. Mereka tidak perduli dengan tugas itu, toh hukumannya juga tidak jauh dari keliling lapangan.
"Woi! Bu Intan, Bu Intan!!" Teriak seseorang yang sedari tadi mengintip di balik pintu.
Sedetik kemudian suasana kelas yang tadinya ricuh saat ini menjadi hening. Bu Intan itu masuk dengan tampang menyeramkan, tidak ada sedikit pun dari raut wajahnya yang memberikan ketenangan bagi murid-muridnya. "Kumpulkan tugas minggu lalu." Ucapnya datar.
Beberapa siswa kedepan mengantarkan tugasnya pada meja di depan. Bu Intan mengambil bolpoinnya, mengecek satu persatu buku kelas IPA 3. "Rival, Fazar, Rendi, mana buku kalian?!" Bentak Bu Intan pada ketiganya, otomatis membuat seisi kelas menjadi merinding mendengar bentakan Bu Intan.
Rival, Fazar, dan Rendi menggelengkan kepalanya bersamaan. Bu Intan yang melihatnya memelototkan matanya, lalu ia bangkit dari duduknya dan menggebrak meja. "Keluar kalian!"
"Elah bu, jangan di gebrak gebrak napa? Kalau rusak mau ganti?" Celetuk Fazar. Curut satu itu memang tidak tahu situasi. Di saat menegangkan seperti ini, ia masih sempat bercanda? Ya Tuhan.
"Fazar!!!"
Detik itu juga Fazar langsung terdiam, menundukkan kepalanya merasa takut melihat peletotan Bu Intan. Sedetik kemudian Rival dan Rendi bangkit dari duduknya, berjalan menuju keluar kelas dan ikuti oleh Fazar.
"Mau kemana kalian?"
Ketiganya menoleh.
"Lah tadi katanya di suruh keluar bu." Decak Rendi kesal. Memang serba salah menghadapi guru yang satu ini.
"Saya belum selesai bicara ya. Kalian tidak menghargai saya? Anak urakan seperti kalian memang tidak tahu cara bagaimana menghargai guru. Capek saya dengan kelakuan kalian bertiga. Sudah sana terserah kalian saja, saya tidak akan perduli lagi dengan nilai kalian."
Etdah tuh guru omongannya pedes bener. -Batin Fazar
Dasar guru aneh. Semaumu sajalah bu. -Batin Rendi
"Bacot." Gumam Rival pelan, setelah itu ia melangkah pergi meninggalkan kelas tanpa memperdulikan guru killer itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Fiksi RemajaDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...