"Semua orang pasti mempunyai masa lalu yang buruk. Dan semestinya kita harus belajar dari masa lalu itu sendiri, agar nantinya masa depan tidak seberuk masa lalu."
-Rival Gifari
Author Pov
Waktu menunjukkan pukul 07:00 malam. Rintik hujan masih saja turun membasahi tanah. Seorang wanita paruh baya sedari tadi terus melihat jendela rumahnya, berharap anak gadisnya datang dengan selamat. Ya benar, itu adalah Della --ibu Talita--, ia benar benar mencemaskan keadaan putri tunggalnya itu.
Bagaimana tidak? Sudah jam tujuh malam gadis itu masih belum pulang ke rumahnya. Setidaknya mengirimkan pesan jika ia akan ada hal penting terlebih dahulu, dan sedangkan ini? Tidak ada sama sekali.
"Kamu kemana sih Ta." Lirih Della pelan.
Saat ini di rumah hanya ada Della saja, Renal masih belum pulang dari kantornya. Dan kalian jangan tanya bagaimana khawatirnya seorang ibu jika anak gadis satu-satunya belum pulang ke rumah dan tidak ada kabar. Della mengepal tangannya kuat-kuat, keringat dingin mulai membasahinya.
Della kembali ke meja ruang tengah mengambil ponselnya dan terus mencoba menghubungi Talita. Namun percuma, gadis itu tetap tidak bisa di hubungi. Della juga sedari tadi terus menghubungi Rival, namun sama saja hasilnya nihil.
Detik berikutnya suara mobil terdengar di halaman rumah, dengan langkah cepat Della membuka pintu utama, dan menampakkan Renal yang wajahnya terlihat sedang khawatir. "Gimana Talita udah pulang?"
"Kok papah tau Talita belum pulang?" Tanya Della heran.
"Iya, tadi Talita kirim pesan ke papah minta di jemput. Dan pas papah datang ke halte sekolahnya, Talita nggak ada." Jelas Renal dengan suara yang benar-benar terlihat khawatir.
"Ah, ya tuhan." Della menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Renal mengulurkan tangannya, membawa Della kedalam pelukkanya lalu mencium puncak kepala wanita itu. "Tenang mah."
____
Rival Gifari, pria itu saat ini sedang berada di tengah-tengah guyuran air hujan bersama motor hitam miliknya dan dengan perasaan kalut.
Flashback on
"Akhirnya lo datang juga."
Rival membuang pandangannya, enggan menatap pria di hadapannya yang sedari tadi terus menyeringai.
"Masalah gue sama lo tuh apa sih? Sampe-sampe lo keluar dari persahaba--"
"Sahabat? Lo bilang sahabat?"
Kalian pasti sudah tahu siapa pria yang kini berhadapan dengan Rival, ya Pram.
"Ck, sahabat itu nggak mungkin ambil hak sahabatnya sendiri."
Rival menatapnya tajam, ia tidak mengerti apa yang baru saja di ucapkan oleh Pram. "Maksud lo apa?"
"Halah, basi." Pram tertawa hambar.
"Gue nggak ngerti sama jalan pikir lo. Lo tega-teganya manfaatin Talita, hanya karena buat bales dendam lo. Tapi justru sekarang, lo beneran jatuh cinta sama dia" Pram melirik Rival sembari menyeringai. "Banci."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Teen FictionDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...