"Kamu memang benar benar sudah terbiasa tanpa aku atau hanya sekedar bersandiwara?"
-Rival Gifari
Author
Rival: Are you okay Ta?
Merasa ada pesan masuk Talita meraih ponselnya, ia membelekakkan matanya tidak percaya. Apa yang di lihatnya saat ini seperti mimpi, bukannya Rival tadi marah padanya, tapi sekarang justru menanyakan kabarnya.
Talita hanya membacanya, tidak berniat untuk membalas. Jika dalam keadaan biasa mungkin Talita senang Rival kembali mengirimkan pesan untuknya, tapi untuk kali tidak.Talita justru kecewa pada Rival. Setidaknya Rival mengerti, karena semua ini untuk dirinya. Talita hanya ingin melihat Rival bahagia dengan wanita itu, Talita menghindar dari Rival bukan karena benci tapi karena ia tidak mau mengrusak kebahagiannya. Apa Talita salah melakukan itu semua?. Dan mengapa sahabatnya sendiri bahkan mengatakannya egois, atau lebih menyakitkan Rival saja mengatakannya egois.
Kata 'egois' yang Rival ucapkan terus mengiyang di telinga Talita. Air mata Talita lagi lagi lolos keluar begitu saja, hatinya benar benar terasa sakit, tubuhnya seketika melemas, kepalanya saat ini benar benar terasa pusing. Bagaimana tidak? Sepulang sekolah Talita mengurung diri di kamar, tidak makan terlebih dahulu, hanya terbaring lemas tak berdaya.
Keadaan Talita saat ini benar benar mengkhawatirkan. Di saat seperti ini apakah ada yang memperdulikan dirinya?. Orang tua?. Mereka berdua terlalu sibuk dengan dunianya, tidak pernah memperdulikan keadaan Talita. Yang mereka pentingkan hanyalah bekerja mencari uang, tanpa mengkhawatirkan bagaimana keadaan putri tunggalnya itu.
Semua orang udah ga ada yang sayang sama gue!. Batin Talita.
____
Pagi ini terlihat sangat cerah. Sinar matahari masuk ke dalam celah gorden berwarna coklat itu, menghasilkan seseorang yang sedang tertidur pulas merasa terganggu. Gadis itu membalikan badannya, menatap kaca jendela dengan mata buram. Ia mengambil ponselnya, melihat jam menunjukan pukul 07:45.
Talita beranjak, membuka gorden dan membuka kaca jendela. Udara pagi ia hirup sesekali, melihatkan senyum kecil dari bibir mungilnya. Ponselnya masih ia genggam, lalu membuka kontak, jarinya menelusuri nama Dania, dan ia berhasil menemukannya.
"Hallo. . ."
"Nia pergi yuk!"
"Kemana?"
"Gatau, ya pokoknya pergi aja. Bosen nih gue di rumah sendiri."
Tidak ada jawaban dari seseorang di sebrang sana. Entah mengapa, mungkin Dania masih menimang nimang untuk mengikuti ajakan Talita.
"Yaudah, satu jam lagi gue jemput ya."
"Pake apa?"
"Becak, ya mobil lah Ta."
"Hehe siapa tau aja pake bajaj, yaudah ah gue mau mandi dulu, siap-siap. Bye Dania!"
Belum sempat seseorang dari sebrang sana menjawab, Talita langsung memutuskan sambungannya.
Hari ini SMA Merah Putih memang libur, karena guru guru sedang rapat penting dengan ketua yayasan. Jadi, Talita memutuskan untuk menghabiskan libur satu harinya ini dengan Dania, sahabatnya dari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Teen FictionDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...