Goodbye -20

595 44 1
                                    

"Sebentar lagi sapaan 'hai' akan tergantikan oleh ucapan 'selamat tinggal'."

Author

Apa yang harus Talita lakukan saat ini?. Mengapa ini sangat tiba-tiba sekali, ia tidak mau meninggalkan semuanya. Ketika semuanya telah Talita miliki namun akan terlepaskan begitu saja? Setelah ia berusaha keras mendapatkannya? Tidak, tidak, tidak akan.

Gadis itu mencoba menenangkan pikirannya sendiri. Setelah selesai makan malam tadi ia langsung pergi ke kamar dan saat itu juga air matanya pecah.

Apa yang harus Talita lakukan dalam waktu satu bulan? Percayalah mungkin itu bagi Talita hanya sesaat, dan setelah itu ia akan pergi selama enam tahun atau bahkan selamanya. Rasa sakit hatinya setiap hari tidak berkurang justru semakin bertambah, dan sekarang dengan kabar seperti itu menjadi tambahan rasa sakit hatinya begitupun dengan masalahnya. Ya Tuhan. . .

Sedetik kemudian Talita terbangun dari tidurnya dan beranjak menuju meja belajar mengambil buku diary dan penanya.

Dear Diary

Ya Tuhan, izinkan aku untuk bahagia dengan dia walau hanya untuk semantara. Setidaknya jangan sesingkat ini aku bersamanya, beri aku waktu untuk terus bisa bersamanya. Satu tahun lagi, dua tahun, tiga tahun, atau bahkan selamanya izinkan aku untuk tetap bersamanya. Tuhan, skenario yang kau buat untukku terlalu menyakitkan dan menyedihkan. Aku tahu dan yakin setelah ini Engkau akan beri aku kebahagian lebih dari apa yang aku harapkan. Tapi yang aku inginkan saat ini adalah tetap bersamanya tanpa harus terpisah oleh jarak. Apa mungkin aku bisa bertahan dengannya dalam waktu enam tahun? Tanpa bertemu, tanpa bertatap, tanpa menyapa secara langsung, tanpa pelukan hangatnya, dan tanpa dia di sisiku. Mungkin itu bisa saja, tapi percayalah aku tidak kuat menjalankannya. Dan mungkin lagi-lagi di sini aku kembali egois, aku menyayanginya, dia pun juga begitu tapi pasti aku akan meninggalkannya dengan senyum dan berucap 'selamat tinggal' suatu hari nanti.

____

Bel istirahat sudah berbunyi. Saat ini Rival dan teman-temannya sedang berjalan menuju kelas Talita, niatnya sih akan mengajak gadis itu makan di kantin itu pun jika Talita mau. Pasalnya gadis itu memang jarang ke kantin, karena ia malas berdesak-desakkan dengan siswa yang lain.

Ketika Rival sudah sampai di depan kelas Talita, ia langsung masuk dan mendekat ke arah dua gadis yang tengah mengobrol entah membicarakan apa. Namun saat Rival menoleh ke arah Talita ia merasa heran, ada yang aneh dari gadisnya itu dan terlihat dari raut wajahnya.

"Elah ini abg-abg alay bukannya ke kantin malah gibahin gue." Celetuk Fazar duduk di dekat Dania, otomatis membuat Dania refleks memundurkan tubuhnya.

"Na to the jis gue gibahin orang gila kayak lo." Sinis Dania tajam.

Rendi terkekeh melihat kelakuan Fazar dan Dania setiap kali bertemu pasti tidak akur, sedangkan Rival dan Talita mereka masih saling tatap. Talita seolah-olah menyampaikan rasa yang ada di hatinya saat ini, dan Rival seolah-olah bertanya ada apa dengan gadis itu.

"Udah kali tatap-tatapannya di sini banyak jomblo." Celetuk Dania, yang di angguki setuju oleh Fazar dan Rendi.

Lalu detik berikutnya Rival dan Talita memutuskan kontak matanya, menoleh bergantian ke arah Dania, Rendi, dan Fazar. Rival menyapu pandangan sekelilingnya dan dengan tidak sengaja matanya menemukan setangkai bunga yang tergeletak di meja Talita. "Mawar lagi?" Rival mengambil mawar itu, dan mengamatinya sesaat lalu sedetik kemudian ia membuang mawar itu ke lantai dengan tidak peduli.

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang