Goodbye -06

1.1K 67 1
                                    

"95% hati wanita mudah rapuh karena harapan yang terlalu tinggi."

Author

Bel pulang sudah berbunyi sekitar beberapa menit yang lalu. Siswa siswi SMA Rahayu berhamburan keluar kelas, untuk segera bergegas pulang ke rumah. Namun lain halnya dengan kelas 11 IPA 1, mereka semua masih tetap di dalam kelas menyaksikan seseorang yang dalam keadaan demam, mata sembab, dan lemas tak berdaya.

Kelas 11 IPA 1 bukanya itu kelas Talita?. Ya benar itu adalah kelas Talita.

Lalu siapa seseorang yang sedang dalam keadaan demam?. Itu juga Talita.

Siswa siswi 11 IPA 1 mengelilingi Talita, sampai keadaan benar benar terasa sulit untuk bernafas. Entah apa yang mereka lakukan, namun sepertinya tidak lebih dari hanya ingin tahu saja bagaimana keadaan gadis itu.

"Talita kenapa?"

"Eh kok Talita sakit sih?"

"Ta lo gapapa kan?"

"Ta yaampun badan lo panas banget, bukannya tadi pagi lo gapapa."

"Ta lo kenapa sih?"

"Ta cepet sembuh ya."

Dan masih banyak lontaran lontaran dari siswa lainnya.

"Udah lo semua pulang aja, Talita biar gue yang urus." Ucap Dania pada siswa siswi di dalam kelas.

Mereka semua sontak menganggukan anggukan kepalanya berarti mengiyakan ucapan Dania, dan tanpa menunggu lama mereka semua bubar, meninggalkan Talita dan Dania di sana.

"Gue bawa lo ke rumah sakit ya." Dania mengangkat tubuh Talita dengan hati hati.

____

"Ta, lo kenapa sih bisa kayak gini?" Dania benar benar panik dengan keadaan sahabatnya saat ini. Tangannya sedari tadi terus memegang erat jemari Talita.

Talita tidak memberikan jawaban apapun, ia masih terdiam dan menerawang kosong ke arah kaca jendela rumah sakit.

"Nyokap lo udah gue telfon Ta, katanya dia bak--" Ucapan Dania terhenti saat Talita menatap tajam ke arahnya.

Dania tahu bahwa seolah olah Talita berkata 'ngapain lo mesti nelfon nyokap gue'. Dania mengerti, lantas ia menghembuskan nafas sedikit kasar. "Seburuk apapun perilaku Tante Della sama Om Renal ke lo, dia juga masih orang tua lo Ta. Udahlah, suatu saat mereka pasti akan sadar kalau ternyata anak gadisnya butuh perhatian bukan cuma sekedar uang."

Talita terdiam, ia masih tidak mau membuka suara. Apa yang di katakan Dania memang ada benarnya juga. Detik berikutnya Talita kembali menolehkan kepalanya ke arah kaca jendela, dan untuk kedua kalinya ia kembali menerawang kosong.

Hening. Dania tidak memulai percakapan lagi karena percuma sahabatnya saat ini benar benar sedang tidak mau di ajak bicara. Dania membuka ponselnya, membuka aplikasi whatshapp tidak ada notif di sana, lalu ia kembali menaruh ponselnya ke dalam tas.
Dania menghembuskan nafas kasar, lalu beranjak dari kursi yang asalnya dekat dengan bangkar Talita menuju sofa. Detik berikutnya Dania merebahkan tubuhnya di sofa berwarna merah muda itu.

GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang