"Akan ada saatnya dimana aku mulai belajar merelakan."
Author
Sepulang sekolah, sore ini Talita dan Dania berniat untuk ke kafe dekat-dekat sekolahnya. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua. Talita sudah memberi tahu Rival bahwa hari ini ia tidak bisa pulang bersamanya. Rival mengijinkan Talita pergi, dengan syarat ketika gadis itu sudah sampai rumah harus segera mengabarinya.
Kini mereka sudah sampai. Keadaan kafenya lumayan cukup sepi, pas untuk mereka berdua menenangkan pikirannya akibat ulangan matematika tadi. Dania mengangkat tangannya ke udara, memanggil waiters. Setelah selesai memesan, keduanya sibuk dengan ponselnya masing-masing. Tidak lama akhirnya makanan mereka datang, dan langsung menyantapnya.
"Dan lo nggak tahu 'kan kemarin gue di culik Pram."
Uhuk . . Uhuk . .
Dania tersedak makanannya, ia merasa kaget dengan apa yang baru saja Talita ucapkan. "What?! Culik?" Gadis itu membelekakkan matanya tidak percaya, dan di jawab anggukan oleh Talita.
"Kok bisa?"
"Entahlah gue bingung." Jawab Talita lemah. Dan seharian tadi saat di sekolah, Talita juga tidak melihat Pram. Ia bersyukur karena setidaknya ia bisa lebih tenang. Detik berikutnya, Talita dan Dania kembali menyantap makanannya.
"Hei!" Seseorang datang ke meja Talita dan Dania. Refleks kedua gadis itu mendongakkan kepalanya menatap siapa yang saat ini sedang ada di sampingnya.
"Billa?." Pekik Talita sembari menyunggingkan senyum. Sedangkan Dania hanya menatapnya heran.
"Kamu ngapain di sini? Sini-sini duduk." Talita menawarkan kursi kosong satu di sampingnya. Sedetik kemudian Billa mengangguk yang berarti mengiyakan.
"Em, tadi aku udah pesen makan. Di rumah sepi nggak ada orang. Jadi aku ke sini deh." Jelasnya seraya tersenyum tipis. Talita hanya menganggukan kepalanya mengerti.
Sedetik kemudian Dania berdeham keras --mungkin merasa di anggurkan--. Talita dan Billa menoleh cepat ke arah Dania. Talita terekekeh pelan, ia memang lupa mengenalkan Billa pada Dania. "Oh iya Bil, kenalin ini Dania sahabat aku."
"Billa." Gadis itu mengulurkan tangannya sembari tersenyum, dan di balas oleh Dania. "Dania."
"Yaudah kita makan bareng aja." Talita menoleh ke arah Billa dan Dania. Lalu mereka berdua menyetujuinya.
____
"Val. ."
"Hm?" Jawab Rival sembari terus memainkan ponselnya tanpa mau menoleh ke arah Billa.
"Tadi gue ketemu Talita di kafe." Ucap Billa menyunggingkan senyumnya.
Rival menolehkan kepalanya ke arah Billa. "Oh ya?" Tanya Rival, dan di jawab anggukan oleh Billa.
"Talita baik ya Val, kasian banget kalau dia di sakitin atau di manfaatin."
Deg.
Entah apa alasannya tiba-tiba Billa berkata seperti itu. Entah memang benar-benar memuji Talita atau ada maksud tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye
Teen FictionDisini bukan aku yang menginginkan untuk berpisah. Namun tuhan sudah mengaturnya dalam sebuah takdir. Ketika aku menginginkan kembali untuk bersama, maka ada dua pilihan yang harus aku pilih salah satunya. (Mungkin) pilihanku menyakitkan untukmu, na...