Ketidakhadiran Chelsea di sekolah sukses membuat Hellen kehilangan. Entah acara apa yang sedang ia datangi, Hellen tidak peduli, yang ia pedulikan adalah bagaimana menjalani hari membosankan di sekolah tanpa Chelsea.
Hellen menghentak-hentakkan kaki di setiap langkahnya. Mukanya ditekuk. Orang-orang yang melihatnya berkerut kening---tidak biasa melihat Queen of Hell yang ceria berubah menyedihkan.
"Anjir! Berasa jomblo gue."
Hellen bangkit dari duduknya, meninggalkan kantin yang perlahan sepi. Pandangannya tunduk ke bawah. Ia malas bertatapan dengan perempuan pengusik, ataupun lelaki bermata liar.
Byurr.
Tanpa ia sadari segelas teh manis tumpah, membasahi kemeja putihnya. Keduanya sama-sama terkejut. Hellen bersiap untuk menyumpah serapahi si pelaku.
"EH, KALO JALAN PAKE MA--" ucapannya terhempas di udara saat menyadari siapa yang baru saja menumpahkan teh manis tersebut.
"Jo?!"
Jo meliriknya sekilas, kemudian berbalik secepat kedipan mata. Hellen menganga lebar. "Jo! Urusan kita belum kelar!"
Jo berlalu setelah membuang gelas plastik teh manis miliknya. Hellen menyejajarkan langkahnya dengan Jo. "Lo udah salah, bukannya minta maaf."
Hellen melanjutkan kata-katanya sambil mengingat kesalahan Jo tempo hari. "Oh ya, lo punya tiga kesalahan. Yang pertama, tentang noda di baju gue. Ah, ini dingin tau gak. Kalo gue sakit gimana?"
Jo mengangkat bahu---tidak peduli. Tetap melanjutkan langkahnya dengan tangan dimasukkan ke saku celana.
"Kedua, waktu lo nabrak gue, lo gak minta maaf dan malah pergi gitu aja. Ah, lo punya hati gak sih?!"
Jo menimpal, "Jangan lupa, lo ngoyakin buku gue."
Hellen terkekeh. "Mana gue peduli? Oke Jo, gue belum selesai ngomong. Yang terakhir, lo bawa gue pulang dari club seenaknya, dan lagi-lagi gak minta maaf pula!" Hellen menyelesaikan omongannya. Mempersilakan Jo untuk berbicara. Ia tahu, lelaki di sampingnya memang sudah tidak tahan untuk membalas.
Jo menaikkan sebelah alisnya. "Minta maaf?" Hellen mengangguk. "Minta maaf," ulangnya.
Jo penasaran, apa yang ada di dalam pikiran Hellen saat ini. Jo tidak mengerti, mengapa Hellen marah-marah padanya tentang tabrakan yang tidak disengaja itu, sementara ia juga merusak buku Jo? Jo juga bingung, mengapa Hellen bukannya berterima kasih, sudah ditolong dari lelaki buaya darat?
"Sinting."
Hanya kata itu yang terucap dari bibir Jo. Tidak sesuai dengan ekspektasi Hellen. Ia pikir, setelah dipancing dengan kemarahan panjang lebar, lelaki itu akan balas marah juga.
Jo memang beda.
¤¤¤¤¤ ¤¤¤¤¤
Setiap siswa di kelas 11 IPS 2 maju ke depan dan mengumpulkan buku catatan ekonomi sebagai persyaratan mengikuti ujian tengah semester minggu depan.
Hellen meregangkan ototnya dan mulai membenamkan kepalanya di meja. Menutup mata, memanfaatkan kesibukan gurunya untuk tidur di jam pelajaran.
Tapi, saat dirinya mulai terbang ke alam bawah sadar, saat tidurnya hampir mencapai fase nyenyak, langkah tegap dan bentakan itu seketika membangunkannya.
"HELLEN! MANA CATATAN KAMU?!"
Bu Emi memajukan penggaris kayu panjang tepat di wajah Hellen. Hellen yang masih setengah sadar mulai mengumpulkan kembali kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Devil Is My Angel #ODOC_TheWWG
Teen Fiction[T A M A T] Bagi dewan guru, siswa-siswi, satpam, bahkan cleanning service, Hellen bagaikan iblis. Selalu membuat onar, melawan guru, dan melakukan apa pun sesuka hati. Tapi bagi Jo, Hellen berbeda. Hellen adalah malaikat untuknya. ¤¤¤¤¤ ¤¤¤¤¤ Ceri...