Di dunia ini, ada dua tipe manusia. Manusia baik yang hatinya lembut, sikapnya ramah, rendah hati dan tingkah lakunya seperti malaikat. Manusia jahat yang suka bicara kasar, berprasangka buruk, dan tingkah lakunya ngalah-ngalahin iblis. Semua pilihan ada di tangan kita. Ingin menjadi malaikat tanpa sayap, atau iblis tanpa tanduk.
Tanpa ditanya, Hellen Geovani Fahrenheit sudah jelas memilih apa. Dengan baju dikeluarkan, rok di atas lutut dan rambut dicat berwarna coklat tua, sudah bisa menjelaskan semuanya.
Hellen memilih menjadi iblis.
Kakinya melangkah lebar-lebar dengan sepatu kets berwarna kuning stabilo, sangat tidak sesuai dengan seragam sekolah yang saat ini menempel di tubuhnya.
"Apa lo liat liat?!" bentaknya. Matanya menyalang ketika mendapati salah seorang siswi memperhatikan gerak-geriknya.
Siswi berkacamata tadi menunduk. "Enggak, Kak," katanya sambil menggeleng.
Hellen membiarkan anak tadi bebas---setidaknya untuk kali ini saja karena ia harus cepat pergi ke kelas untuk menyelamatkan dirinya.
"Hell, lo paling bisa ya bikin gue jantungan!" Chelsea---teman dekatnya berseru di sela-sela kegiatan jalan cepat mereka.
"Don't call me like that! I'm not as bad as hell, right?"
Chelsea tertawa. Hell adalah panggilan khususnya untuk Hellen jika gadis itu membuatnya seperti dikejar-kejar setan---walaupun ia dengan senang hati mengikuti permainan Hellen.
"Anjir. Ini dari lapangan ke kelas kok jauhnya kayak dari Sabang ke Merauke sih?!" Hellen mengeluh.
Chelsea tidak menghiraukannya. Menanggapi Hellen hanya akan memperlambat waktu. Hellen tidak segan-segan berdebat jika Chelsea menyanggahnya.
"Emangnya lo bawa apa sih hari ini? Ganja? CD porno? Atau... lo bawa kon..."
Takk.
Satu jitakan mendarat di kening Chelsea. "Gila ya lo! Lo pikir gue cewek apaan? Otak gue gak sekotor itu kali."
Chelsea meringis. Tangannya meraba bekas jitakan Hellen. Pedas. Untung tidak sepedas sambalado. "Tega nian dikau!"
Hellen memutar bola mata.
"Terus, apa dong? Jangan bikin gue mati penasaran yah." Chelsea bertanya kembali.
Hellen tersenyum miring. Menghentikan langkahnya sebentar. Menaik-turunkan kedua alisnya saat berkata, "Lo mau mati sekarang juga, huh?"
"Kejam!" Chelsea pergi mendahului Hellen dengan kaki dihentak ke lantai. Beruntung sepatunya tidak jebol karena terlalu kuat ditekan.
Hellen menggeleng. "Udah tau kejam, masih aja mau deket-deket."
"Chelsea, tunggu!"
Hellen mengejar ketertinggalan. Hanya tinggal beberapa langkah lagi, sesuatu berhasil membuatnya tumbang.
Bugh.
Bokongnya mendarat mulus di lantai. Tangannya tertimpa buku seseorang yang menabraknya tiba-tiba.
Tanpa diperintahkan siswa-siswi SMA Galaksi membentuk lingkaran di sekeliling mereka. Berbisik-bisik. Menutup mulut---tidak menyangka melihat siapa dua insan yang ada di hadapannya. Dan beberapa lain memilih melanjutkan istirahat.
Wajah Hellen memadam. Tangan kirinya mengepal di udara. Tangan kanannya meremas buku orang tadi. Kenapa di saat terburu-buru seperti ini ada yang memaksa tanduknya untuk keluar? Bukankah menahan marah pada adik kelas yang kepergok memperhatikannya tidak cukup untuk siang ini?
Keduanya bangkit bersamaan. Laki-laki tadi berperawakan lebih tinggi dari Hellen. Matanya sipit dan dilindungi kacamata. Bibirnya tipis.
Hellen membaca namanya, Jonathan Calvien Winata.
"Jonathan Calvien Winata. Nama yang bagus." Hellen memuji dengan senyum licik mengambang. Yang disebut namanya menatap Hellen lurus-lurus.
"Tapi ini bukan waktu yang bagus buat cari masalah sama Hellen Geovani Fahrenheit!" pekiknya.
Laki-laki itu tidak menggubris. Tangannya terulur ke tangan kanan Hellen.
"Apa? Mau minta maaf?" Hellen meremehkan.
Hellen memindahkan buku setebal tiga jari dari tangan kanan ke tangan kirinya. Namun yang terjadi ketika tangan kanan Hellen terulur kepadanya, Jonathan justru menepisnya kasar.
"Lo mau ngapain sih?"
Jonathan berdecak. Perempuan di hadapannya sungguh menyebalkan. Lima menit berharga yang harusnya bisa ia habiskan di perpustakaan malah terbuang sia-sia.
"Buku."
Mulut Hellen sedikit menganga. Sedetik kemudian langsung mengerti arti tatapan Jonathan.
"Oh, buku ini? Lo masih butuh? Gue pikir dengan keberanian lo nabrak gitu aja tanpa permintaan maaf, buku ini gak akan bisa kembali lagi, Jonathan."
Jonathan mendelik tidak percaya. Tidak bisa kembali lagi katanya? Buku setebal tiga jari bersampul kusam itu ia pinjam di perpustakaan dan ia tidak mungkin bisa menggantinya jika hilang, sebab tidak lagi dijual di toko buku.
"Kembaliin." Laki-laki bermata sipit itu menatapnya datar.
Hellen bersedekap dada. Memiringkan senyumnya. Otaknya terus berpikir bagaimana cara membalas dendamnya pada lelaki bertampang datar ini.
Anak-anak yang semakin ramai mengerumuni mulai berbisik-bisik, membuat hipotesis dan menebak balasan apa yang akan Hellen berikan.
Hellen menarik kerah kemeja Jo. Tajam mata elangnya terus mengintimidasi. Lalu dengan sekejap saja Jo sudah terbanting ke lantai.
Bugh.
Suaranya terdengar sampai ke ruang guru. Chelsea yang sedari tadi sibuk mencarinya memekik keras. "Hel! Balik!"
Hellen mengacuhkannya dan maju mendekati Jo. "Lo pikir, karna lo cowok, gue takut?! Berdiri lo!"
Jo menghela napas. Mengikuti perintah. "Mau lo apa?"
"Mau gue? Lo bertekuk lutut atas kesalahan lo udah nabrak gue seenak jidat."
"Oh, gue gak bisa."
Hellen menganga---tidak percaya. Baru kali ini ada laki-laki yang tidak mau bertekuk lutut di hadapannya. Baru kali ini ada siswa SMA Galaksi yang berani melawannya. Baru kali ini, Hellen merasa diabaikan.
Alhasil, dengan muka setengah merah, kedua tangan Hellen bebas merobek sampul buku tersebut dan membuangnya ke tong sampah.
Jo mengepalkan tangannya di udara. "Ups, sorry, gak sengaja." Hellen menyeringai.
Chelsea menarik tangannya---keluar dari kerumunan. "Gila ya lo, Hel. Lo gak tau emang dia siapa?"
Hellen mengangkat bahu. "Masa bodoh. Ayo masuk, udah bel."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Devil Is My Angel #ODOC_TheWWG
Teen Fiction[T A M A T] Bagi dewan guru, siswa-siswi, satpam, bahkan cleanning service, Hellen bagaikan iblis. Selalu membuat onar, melawan guru, dan melakukan apa pun sesuka hati. Tapi bagi Jo, Hellen berbeda. Hellen adalah malaikat untuknya. ¤¤¤¤¤ ¤¤¤¤¤ Ceri...