Setelah Bagas kembali ke kelas, ia melihat Nayra sedang tertidur dengan posisi jaketnya sebagai bantal dan tangannya menutupi wajahnya yang habis menangis.
Bagas membiarkan wanita itu tidur dengan nyenyak. Suasana kelas selalu sepi jika jamkos. Semua siswa sibuk keluar kelas bahkan ada yang pulang begitu saja.
Taklupa Bagas ketika keluar kelas mampir ke kantin dan membeli minuman isotonik karena cuaca sedang panas.
******
Nayra terbangun dengan mata yang berat. Sebentar ia menata rambutnya dan menggosok wajahnya. Kemudian ia menoleh kebelakangan dan langsung melihat Bagas dengan tatapan datarnya.
"Lo minum itu" Bagas menyodorkan sebuah botol.
Nayra hanya menggelengkan kepalanya, kemudian kembali ke posisi semula. Tak lama kemudian Bagas sudah berada disamping Nayra dan menyodorkan botol tadi.
"Minum!" ucap Bagas.
Nayra tetap menggelengkan kepalanya. Menolak minuman yang diberikan Bagas.
"Kalau gue bilang minum ya minum!" kini Bagas sudah sedikit emosi.
Nayra sedikit tersentak, segera ia minum minuman itu. Setelah selesai minum ia kembalikan ke Bagas dan kembali tidur.
"Ikut gue ke taman" ajak Bagas lembut.
Nayra menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi ia menolak permintaan Bagas. Nayra sama sekali tidak mood berbicara sekarang.
"Satu...."
"Dua....."
"Gue hitung sampai tiga lo gak bangun gue gendong" titah Bagas.
"Ti......."
Mendengar peringatan Bagas, Nayra segera mendongakkan kepalanya dan melihat Bagas sudah berdiri. Seketika itu Bagas meghentikan hitungannya.
"Ayo" ajak Bagas lagi.
Nayra hanya mengikuti Bagas kemana ia pergi. Sepanjang perjalanan banyak siswi yang melihat Bagas. Dia memang terkenal good boy, tampan, dan karismatik. Tak heran bila banyak pasang mata yang melihat Bagas dengan tatapan 'wah'.
Nayra yang melihat situasi itu jadi heran. Apa coba yang dikagumkan dari Bagas? Ia tak peduli dan tetap mengikuti Bagas berjalan dari belakang. Tak dekat, tapi juga tak terlalu jauh.
Setelah tiba ditaman yang lumayan jarang dikunjungi, Nayra tetap berdiri diam dibelakang Bagas sampai ia mengajaknya bicara.
"Duduk sini" ucap Bagas sambil menepuk sebuah kursi disampingnya.
Nayra hanya mengangguk dan langsung duduk begitu saja.
"Lo marah sama gue?" tanya Bagas to the point.
"Nggak" jawab Nayra sambil mengalihkan pandangannya.
"Yang nanya disini bukan kearah sana! tatap gue" ucap Bagas tegas.
Nayra langsung menoleh kearah Bagas, menatap matanya dalam. Nayra merasakan hal aneh dijantungnya. Ia merasa ada hal yang berdesir bergitu saja. Tentu ia mencoba untuk tetap santai.
"Nggak" Nayra menjawab ulang pertanyaan Bagas.
"Kalau nggak kenapa lo diem aja kalau ada gue? biasanya lo banyak omong dan selalu gangguin gue"
"Lo tau gak, gue ngerasa bersalah banget udah ngomong kayak gitu ke lo waktu itu. Gue minta maaf"
"Dan satu lagi, dengerin ya, seburuk-buruknya mulut lo. Lo itu perempuan, jangan sampai lo sakit hati karena cowok. Dan gue minta maaf untuk itu" bagas menjelaskan panjang lebar.
Nayra hanya mendengarkan ocehan Bagas yang panjang itu. Ia menangkap semuanya. Dan Nayra kagum dengan sosok pria disebelahnya ini. Tapi ia sadar tak mungkin ia mendapatkan seorang Bagas.
"Lo gak salah Gas" jawab Nayra setelah beberapa detik.
"Emang yang lo ucapin itu bener, makanya gue diem dan berusaha gak banyak omong lagi, gue usaha nata mulut gue" ucap Nayra sambil menunduk.
"Dan lo tetep gila," ucap Nayra menambahkan.
"Jadi?" ucap Bagas sambil memperpendek jarak antara dia dengan Nayra.
"Gila lo ngapain deket-deket?" Nayra menjauh.
"Jangan jauh-jauh dari gue" pinta Bagas.
"Lo ngomong sekali lagi gue tonjok nih" ancam Nayra sedikit bercanda.
"Karena gue gak bisa jauh dari lo!"
"Ambigu tau gak, gila lo!" Nayra tetap tak bergeming.
"Gue gak ambigu, kayaknya gue mulai suka sama lo" ucap Bagas terang-terangan.
"Dasar gila" balas Nayra sambil menggeserkan badan Bagas agar menjauh darinya.
"Gue gak gila, selama ini gue gak bisa gak ngomong sama lo, gue kehilangan lo, gue kangen mulut lo yang nyerocos buat gue" jelas Bagas sambil memperagakan tangan yang seperti mulut bebek.
"Ih apaan sih ngaco mulut lo, emang mulut gue kayak bebek?" tanya Nayra polos.
"Bukan kayak bebek lagi" jawab Bagas sambil mengacak rambut Nayra.
"Gas, jangan pegang-pegang gue" ancam Nayra.
"Kenapa? takut baper?" goda Bagas.
"Sumpah lo gila tingkat akut" ejek Nayra.
"Gue gila karena lo" goda Bagas lagi.
"Lo ngomong gak jelas lagi gue marah sama lo" ancam Nayra dan langsung meninggalkan Bagas di taman.
"Tunggu Nay" panggil Bagas dan langsung menyamakan langkahnya dengan Nayra.
"Lo jalan duluan sana, gue males jalan sama lo" perintah Nayra mempersilhakan.
"Emang tujuan gue ngedampingin lo" jawab Bagas yang berhasil membuat Nayra terkejut.
"Mulut lo jangan main-main sama perasaan gue"
"Emang gue gak main-main, gue suka sama lo dan gue sekarang lagi usaha ndapetin lo" jelas Bagas.
Nayra merasa gila. Bagaimana seorang Bagas langsung berubah seperti ini. Bahkan yang lebih banyak omong sekarang Bagas, bukan Nayra.
"Gila lo, gue gak mau sama cowok es kayak lo!" Nayra segera berlari menjauh dari Bagas.
"Gue pastiin lo takluk sama gue" batin Bagas.
"Lah kenapa dia takluk beneran ke gue?" ucap Nayra ketika ia sampai didepan kelas.
"Gila tuh anak" ucap Nayra lagi dan menuju meja nya.
Nayra hanya duduk terdiam. Ia heran dengan perubahan sikap Bagas yang tiba-tiba menjadi ramah dan terbuka kepadanya.
Tapi Nayra tak benar-benar menyukai Bagas. Ia sama sekali tidak tertarik dengannya. Nayra lebih memilih kegantengan atlet taekwondo daripada seorang Bagas si cowok gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Japan
Подростковая литератураLihatlah kisah cinta segiempat antara nayra dengan adnan, alan, dan bagas. #TEENFICTION #SCHOOLLIFE #173teenagers #566relationship #952schoollife cover mix pict by pinterest