2

50 5 0
                                    

Pukul sudah menunjukkan 15.30. Waktunya semua siswa kembali ke rumah.

"Aduh ini gimana sih parkirnya, kan gue gabisa masuk kesitu. Mana rapet banget sih jaraknya" Nayra kesal, ia sulit mengambil alih sepeda motor yang ia parkirkan.

"Minggir" ucap Bagas tiba-tiba.

"Astaga lo gila apa, muncul tiba-tiba, nada lo dingin banget kayak es batu. Bisa jantungan gue kalau lo kayak gini" ucap Nayra sambil melipat tangannya.

"Minggir!" ucap Bagas mengulangi dengan nada sedatar mungkin.

Nayra langsung minggir dan Bagas mengeluarkan motor Nayra yang terjepit diantara motor ninja.

Motor Nayra sekarang sudah dialihkan ke depan.

"Jangan harap gue makasih sama lo!" ucap Nayra gengsi dan langsung menyetarter motornya.

Bagas hanya diam, ia tak peduli dengan ocehan Nayra dan mengambil motor ninjanya yang ia parkir disebelah motor Nayra tadi.

*****

"Ma Nayra pulang" ucap Nayra sambil masuk kedalam rumah.

"Sana langsung makan, udah mama siapin. Habis itu balikin piring itu ketetangga baru disebelah rumah kita" perintah mamanya.

"Oh ada orang baru ma?" tanya Nayra penasaran.

"Iya, katanya sih anaknya sekolah di SMA mu juga" ucap mama sambil membersihkan lantai.

"Oh yauda Nayra makan dulu" pamit Nayra menuju ruang makan.

Nayra bersiap menuju rumah tetangga barunya. Ia memilih jeans pendek dan kaos oblong bertuliskan 'forever young'.
Nayra segera keluar dari gerbang rumahnya dan berjalan kaki.

Setelah sampai ditetangga, segera Nayra memencet bel rumah itu. Namun tak ada jawaban hingga sebuah motor ninja menghampiri rumah itu.

"Oh apa dia anaknya? Pantesan seragamnya sama kayak sekolah gue" batin Nayra.

"Permisi kak, apa benar anda tinggal di rumah ini?" tanya Tya sopan.

Wajah pria itu masih tertutup kaca helm gelap. Nayra tak mengenali wajahnya. Wajah es batu yang sangat ia benci tak terlihat oleh mata Nayra.

Bagas sendiri terkejut kenapa wanita itu berada didepan rumahnya. Bagaimana bisa dunia sesempit ini. Tiap hari bertemu dengan wanita ganas ini.

Bagas segera menetralkan wajahnya, membuka helmnya dan turun dari motornya untuk membuka gembok gerbang rumahnya. Sontak Nayra terkejut melihat siapa pemilik rumah ini.

"Astaga sumpa deh, kenapa hidup gue selalu ketemu sama lo! Gak jadi sopan gue tadi" cerocos Nayra.

"Minggir!" ucap Bagas dingin.

Bagas segera membuka gerbangnya dan memasukkan motornya kedalam garasi.
Nayra masuk begitu saja dan berada di teras depan.

Setelah Bagas memarkirkan motornya ia melepas sepatu dan berjalan menuju pintu depan rumahnya. Ia melihat Nayra duduk di teras dengan membawa piring dan sebuah kue coklat diatasnya.

Nayra yang menyadari kehadiran Bagas segera berdiri.

"Ini dari mama gue, sama piringnya punya mama lo" ucap Nayra sejutek mungkin dan segera meninggalkan Bagas.

Setelah beberapa langkah, terasa lengan Nayra ada yang mencekal dari belakang. Nayra terkejut. Jantungnya bekerja lebih cepat. Tak tahu mengapa ia deg-degan ketika Bagas memegang lengannya.

"Kalau ngomong sama orang itu ditatap matanya, jangan kebiasaan nylonong gitu aja" ucap Bagas lembut sambil melepaskan cekalannya.

"Tumben banget dia ngomong lebih dari 2 kata" batin Nayra.

Badan Nayra panas dingin. Nayra bingung harus menjawab aja. Lidahnya bergetar jika ingin berbicara.

"Tau apa lo tentang gue" tantang Nayra sambil menetralkan detak jantungnya.

"Jadi cewek yang lembut dikit, jaga ucapan lo, lo kira gue cuek karena gue ansos? justru gue diem biar lo ngerasa peka kenapa gue diem aja" ucap Bagas panjang lebar.

Nayra diam. Ia terkejut Bagas berbicara seperti itu dan memang benar adanya kalau Nayra seperti itu. Nayra sekarang merasal malu ia sudah diceramahi oleh seorang lelaki berparas dingin ini. Nayra tidak sakit hati, tapi perkataan Bagas berhasil menohok hatinya.

"Gue pergi dulu" ucap Nayra dengan menahan air matanya.

Nayra berjalan begitu saja melewati Bagas. Bagas tahu dan melihat mata Nayra berkaca-kaca.

"Apa gue ngomongnya terlalu kasar ya? tapi cewek kayak dia sih emang harus diberitahu biar mulut gak kayak kereta" ucap Bagas dan memutar knop pintu rumahnya.

****

Nayra tak jadi menangis. Memang tadi hatinya cukup rapuh, tapi ia memang wanita kuat. Ia tak peduli dengan Bagas. Mulai besok Nayra tidak akan pernah menganggu Bagas lagi.

Love In JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang