5

40 4 0
                                    

Selama seminggu ini, Bagas terus mendekati Nayra, namun Nayra acuh dan tak peduli dengan Bagas. Terserah Bagas mau ngapain Nayra tetap tak peduli.

Diluar sana Bagas bersikap seperti biasa, cuek dan tak peduli dengan sekitar. Tapi jika dengan Nayra, Bagas berbeda 180 derajat. Bagas sangat gila dan sering menggoda Nayra dengan gombalan recehnya.

"Pagi cantik" sapa Bagas dan langsung duduk disebelah Nayra.

"Lo pergi atau gue yang pergi" ucap Nayra dingin.

"Ups, udah marah aja sih pagi-pagi" balas Bagas.

"Diem mulut lo gue sumpel nih" ancam Nayra geram.

"Sumpel aja, asal pakai itu" ujar Bagas ambigu.

"Arrrrghhhh Bagas gila lo!" Nayra geram dan mengunci leher Bagas dengan lengannya seperti gerakan taekwondo yang diajarkan.

"Lo berhenti ganggu gue atau lo gak bakalan pernah lagi ngomong sama gue!" ancam Nayra dengan mempererat cekalannya.

"Ampun Nay, iya gue gak gangguin lo lagi. Tapi gue bakalan ganggu hati lo biar itu hati buat gue!" ancam Bagas balik.

"Ashhh! sumpah gila lo!" ucap Nayra sambil melepaskan cekalannya.

"Sana lo pergi jauh-jauh dari gue" usir Nayra sambil memghempaskan tangannya.

Bagas menuruti perkataan Nayra. Ia benar-benar takut dengan pukulan-pukulan mautnya. Kalau masalah kekuatan beladiri benar saja, Bagas kalah dengan Nayra. Bagas bukanlah ahli beladiri melainkan atlet bulutangkis.

"Karma nih gue, dulu nyumpahin Bagas suka sama gue. Eh, kejadian beneran sekarang" ucap Nayra tak habis pikir.

Ah sudahlah. Nayra lanjut belajar keras karena habis ini ujian akhir semester.

******

Bel pulang berbunyi. Nayra sedang membereskan buku-bukunya. Kemudian Bagas menunggunya disampingnya.

"Udah selesai beres-beresnya?" tanya Bagas sambil menatap kearah Nayra.

"Hm" jawab Nayra cuek.

"Gantian lo gue cuekin kayak lo ke gue dulu!" batin Nayra sambil menahan tawa melihat ekspresi Bagas yang kicep.

"Ayo pulang bareng gue" tawar Bagas.

Nayra langsung meninggalkan Bagas begitu saja.

"Lo diem gue anggap iya" ucap Bagas sambil mengejar Nayra.

"Hm ayo" ujar Nayra sambil menahan tawanya.

"kebetulan nih gak bawa motor dapat tumpangan gratis hahaha" batin Nayra tertawa.

Saat mereka diparkiran, Bagas segera mengeluarkan motornya dari sana.
Bagas menyalakan mesin motor ninjaku.

"Nih pake" ucap bagas sambil memberikan helm kepada Nayra.

"Hm" jawab Nayra sambil menerima helm.

Karena helm yang dipakai hukan helm biasa, melainkan helm pembalap Nayra kesusahan memakainya karena pengaitnya masih terikat.

"Lepasin pengaitnya" ucap Nayra sambil menyodorkan helmnya.

Bagas mengambil helm tersebut dan melepas pengaitnya dengan sangat mudah.

"Nih, apa sekalian gue pakein?" tawar Bagas.

"Gak" ucap Nayra cuek dan langsung memakai helm itu.

Setelah Nayra naik kemotor, Bagas segera meluncurkan sepedanya menuju jalanan kota. Bagas mengendarai dengan kecepetan tinggi membuat Nayra ketakutan dan terpaksa berpegangan jaket Bagas.

Love In JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang