Part 30

36K 3.3K 104
                                    

Sesuai janji aku bakalan up kalu vote udh min 100

Kalau kalian pada nungguin aku up, aku juga nungguin vote&comment (yg banyak)dari kalian😊

———

Saena POV

Jadi hari ini gue mutusin buat pergi ke tempat yang paling gue dan keluarga gue sering datangin kalau di Jepang. Yaitu sebuah rumah sederhana yang sengaja Papi beli karena seringnya kami berkunjug ke negara ini.

 Yaitu sebuah rumah sederhana yang sengaja Papi beli karena seringnya kami berkunjug ke negara ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah ini tidak akan pernah gue ataupun Bang Jungkook jual. Rumah ini punya banyak kenangan yang tak akan gue temuin dimanapun.

"Maaf sedikit berdebu, ga ada pelayannya soalnya." Baru saja memasuki rumah ini dan hidung gue terasa sedikit terganggu karena tebalnya debu.

"Gapapa, lagian gue gapunya alergi sama debu."

Selanjutnya, gue mengarahkan Sehun untuk masuk ke kamar yang biasanya Papi Mami pake. Kami berdua menggeledah seisi ruangan ini, tapi nihil tak ada berkas apapun.

"Ke kamar lo coba," kata Sehun.

Sekarang giliran kamar gue, hasilnya nihil juga. Kalau dikamar papi mami aja engga ada, gimana lagi di kamar gue. Kini kami berpindah ke kamar bang Jungkook, tapi tetap aja engga ada apa-apa.

"Ada ruangan apa lagi selain kamar?" Tanya Sehun.

"Ada ruang tengah, dapur, ruang tamu."

"Maksud gue yang bersifat privasi. Ada?"

"Ada, kamar mandi." Gue gatau salah gue apa, tapi setelah itu gue mendapat sentilan di dahi dari Sehun

"Aw, sakit tau gak!"

"Abisnya lo kalo lemot, lemotnya ga ketolongan. Heran gue."

"Ya emang bener kan kamar mandi itu tempat privasi?"

"Terserah lo aja! Cuma orang bego yang nyimpan dokumen penting di kamar mandi," omel Sehun.

"Ya iyasih. Maaf deh maaf."

Gue melihat Sehun yang menggeleng sambil tertawa geli. Sehun memang sering tertawa kalo disamping gue, dia selalu menertawakan sikap gue yang memang terkadang sedikit lemot.

Gue senang melihat tawanya, kalau ketawa dia gabakal terlihat menyeramkan seperti pertama kali gue jumpa Sehun di cafe.

Dia akan terlihat lebih manusiawi kalau tertawa, beda kalau dia sedang diam saja. Ekspresi diamnya bisa-bisa melebihi singa yang sedang lapar.

"Ayo kite ke tempat lain," ajak Sehun.

"Tapi, gue masih mau disni."

"Untuk apa lagi? Jangan buang-buang waktu Saena, Ayo!"

My Lovely Mafia ● Sehun EXO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang