Chapter 7 🍁 Si Culun

1.5K 97 4
                                    


Pukul 3 sore,  Setelah pulang sekolah, Rena bersiap untuk bimbingan belajar di luar sekolah. Ia memakai kaos polos hitam dan celana jeans dengan rambut yang ia ikat satu menjuntai.

Tak perlu berlebihan bagi Rena untuk berpenampilan. Semenjak ia duduk di bangku SMA, ia berusaha untuk merawat diri. Segala cara ia lakukan. Dari melihat channel youtube sampai fashion style yang ia baca dari majalah remaja.

Hanya berjarak sekitar 2 kilo meter jarak antara rumah Rena dengan Lbbnya.

Tepat pukul 5 sore, ia memulai kelasnya.
            
"Lif, gue tanya," ucap Rena saat ia telah mendudukan pantatnya di kursi. Hubungan mereka sudah baik-baik saja setelah acara wisuda 2 tahun lalu dan first impression Alif saat melihat Rena adalah 'MasyaAllah'

Rena sudah mengikhlaskan kejadian 2 tahun lalu. Ia menerima baik kembali pertemanan Alif. Bahkan mereka bersahabat.

"Eh Rena , ada apa?" Jawabnya yang sedang memainkan ponsel.

"Jadwal club lo latian basket kapan?" Tanyanya to the point. Karena Rena tidak suka basa basi.

"Ngapain lo tanya jadwal latihan gue? Kepo apa care?" Posisinya masih tetap sama seperti tadi.

Rena berdecak malas dan memutar bola matanya. "Care!"

Alif menghentikan kegiatannya bermain ponsel, "serius? Lo care sama gue?"

"Alif, plis. Gue serius."

"Oh, oke. Seminggu sekali, Jumat. Kalo lo tanya Rafka? Rafka udah ga ikut club lagi sejak lulus smp," jelasnya tak kalah to the point.

"Kenapa? Lo ga capek cari Rafka terus?" Alif mengangkat alisnya satu.2

Rena terdiam. Ia menyibukkan diri membuka buku. Hanya Alif yang tau bagaimana perasaan Rena pada sahabatnya itu.

"Diem Alif!" Ia menyuruh Alif diam namun tidak dengan otaknya. Kepergian Rafka yang mendadak membuatnya ingin mencari.

Setidaknya Rafka memberitahunya atas kepindahannya. Itulah yang membuat Rena  membenci Rafka. Dirinya tidak dianggap.

***

Hari ini ia tergesa-gesa saat berangkat sekolah. Bagaimana tidak, ia lupa bangun pagi dan mamanya tak membangunkannya. Ia hanya mengandalkan jam weker dan sialnya telah mati sejak tengah malam tadi. Ia juga lupa untuk menyetel alarm di hpnya.

Sekarang pukul 06.43. Artinya, gerbang akan ditutup 8 menit lagi sedangkan perjalann rumah ke sekolah Rena memakan waktu kurang lebih 15 menit. Tidak! Ini hari tersial untuknya.

"Mo, Reno berongkot dolo," ucapnya saat mulutnya masih terisi penuh roti. Ia menyambar susu kotak coklat di meja makan yang telah di siapkan mamanya hari ini.

Ia mengambil kuncinya di atas nakas dekat rak sepatu dan melajukan sepeda motor maticnya diatas rata-rata di padatnya jalan raya pagi.

Ia memarkirkan sepedanya di tempat parkir dekat sekolahnya yang biasanya di gunakan murid SMA Citra Bangsa sebagai tempat bolos untuk siswa yang suka melanggar aturan. Ia terpaksa harus parkir di sana karena tempat parkir sekolahnya pasti sudah tutup.

Ia berlari tergesa-gesa menuju pagar utama. Sial! Pagar tertutup rapat.

Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 6.59 pertanda bahwa ia akan mendapat point.

"Gawat, gimana nih. Sial banget gue hari ini," ujarnya monolog sambil berkacak pinggang.

Ia tau, salah satu cara untuk masuk adalah melalui pagar kantin. Bukan Rena namanya jika tidak punya akal.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang