Chapter 11 🍁 Sebuah Perintah!

1.2K 69 1
                                    

Saat ia ingin melangkah keluar rumah makan, pandangan matanya menangkap sosok cewek yang sedang berjalan bersama seorang cowok di sebrang.

Apa yang akan dikatakan hujan saat ia ingin seseorang yang sangat ia sayangi kembali padanya setelah perlakuan jahatnya. Tak ada balasan dari hujan, hanya suara petir yang menyambar. Karena hujan tau, sesorang buruh waktu untuk mengeringkan lukanya.

Ia segera mengalihkan pandangannya dan menarik tangan Marisa untuk segera pergi dari tempat itu. Dengan segera ia masuk ke mobil dan menancapkan gas menuju rumahnya.

Didalam mobil, Marisa kebingungan. "Kamu kenapa buru-buru samapi narik tangan aku kasar." Keluhnya sambil mengusap-usap pergelangan tanganya.

"Maaf, aku takut kamu kehujanan. Mangkanya aku tadi buru-buru," ucapnya menatap fokus jalanan yang basah. Kurang lebih 15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah.

Rafka keluar dari pintu mobil dan disusul Marisa. Ia berlajan menuju bagasi untuk mengambil koper besar Marisa.

"Nek Imma, aku kangen," ucapnya seraya berlari menuju Imma yang telah berdiri menunggu kedatangannya tadi.

"Nenek juga kangen, ayo masuk. Kamu pasti capek kan?" Ajaknya sambil menggandeng Marisa.

"Rafka, bawa kopernya masuk ke kamar tamu!" Seru neneknya dari dalam.

"Amanda dimana, nek. Aku kanget banget." Tanya Marisa sambil mendudukan pantatnya di sofa.

"Itu lagi main sama Devin." Imma menunjuk sudut ruang tamu.

"Manda!" Ia berlari memeluk Amanda yang sedang duduk di sebelah Devin.

"Kak, Meisa! Amanda kangen." Ia membalas pelukan Marisa erat.

Tidak dengan Devin. Cowok itu sudah merentangkan kedua tangannya berharap ada sebuah pelukan yang menyambutnya. Tapi Marisa malah mengajak Amanda pergi dari tempat itu. "Woi, nenek lampir! Lo ga kangen sama gue," Ucapnya sedikit berteriak. Marisa hanya melambaikan tangannya keatas.

"Untung sayang." Ia mengusap dadanya sabar.

Kemudian ia mengambil lagi gitarnya untuk berlatih bernyanyi. Karna ajakan Rena, ia harus tampil saat acara sekolah bulan depan. Rafka masih sibuk dengan barang bawaan Marisa. Ia mengangkat koper menuju kamar tamu.

Setelah selesai dengan urusannya, Rafka menyusul Marisa yang berada di dapur bersama Imma dan Amanda. ia menuju kulkas untuk membasahi kerongkongannya yang kering.

"kamu kenapa engga tinggal di Bandung. Nenek setuju loh kamu tingga disini. Nenek malah seneng." Ucap Imma gembira.

Mata Marisa melirik Rafka yang juga tak sengaja juga melihatnya. cowok itu memilih pergi meninggalkan mereka "iyya, nek. Marisa juga pingin. Tapi Marisa juga engga mau ninggalin temen Marisa yang ada di Riau." Jawabnya sedikit ragu dan tertawa kecil.

"kalau itu pilihan kamu, nenek mah bisa apa." Keduanya terkekeh.

"kak Meisa tinggal disini?" Tanya Amanda polos sambil menarik telinga boneka kelincinya. Marisa mencubit ujung hidungnya kecil. "iya cuman seminggu."

"kenapa engga lama? Manda pingin main sama kak Meisa." Ia mengerucutkan bibirnya. Marisa bergerak mendekati Amanda dan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh pendek Amanda. wajahnya bergerak mendekati telinga dan membisikkan sesuatu.

"nanti kalo lama-lama disini, Manda gak bakal kangen kakak lagi dong." Ia tersenyum menarik Amanda pergi.

"ayo main boneka." Ajaknya yang mendapat anggukan semangat Amanda.

***

Di seberang jalan, terlihat kedua remaja itu kini tengah sibuk melihat kanan kiri memastikan bahwa jalanan yang akan mereka lewati aman dan setelah itu mereka menyeberang. Ezra menggenggam tangan Rena untuk mengajaknya berlari kecil melewati zebra cross. Setelah kenyang, Ezra mengajak Rena kembali berjalan. Mereka berhenti di depan sebuah toko buku dekat resto steak.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang