Chapter 22 🍁 Berusaha Menjauh

942 47 8
                                    

"beri selamat kepada tim OSN SMA Citra Bangsa sebagai perwakilan provinsi Jawa Barat!" ucap pak Broto selaku kepala sekolah SMA Citra Bangsa.

Pagi ini, seluruh siswa SMA Citra Bangsa digiring menuju lapangan untuk memberi selamat atas kemenangan tim OSN meraih juara kedua se-Indonesia. 

Pekikan bangga terucap tak kala dari siswa IPA melainkan IPS. Pasalnya, satu-satunya murid IPS berhasil mengalahkan beribu-ribu siswa IPA yang berebut piala Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA sederajat tersebut.

Rasa bangga juga tercipta dikelas 11 IPA 3. Fara Aisya Putri, teman sekelas Rena sekaligus sahabat sebagai salah satu perwakilan murid IPA yang memenangkan kejuaraan OSN.

"gila! Fara pintar juga ternyata. Gue ga nyangka!" ucap Icha antusias sambil pertepuk tangan melihat depan lapangan.

Rena hanya menganggukan kepalanya membalas ucapan Icha yang tidak ia dengar dari tadi. Untuk saat ini, ia tidak bisa fokus dengan sekitarnya. Mata dan pikirannya hanya terfokus pada satu titik yang membuatnya senang sekaligus terkejut. ia tak meragukan kepintaran cowok itu dalam berhitung, namun yang ia ragukan mengapa ada cowok itu disana?!

Ia harus menanyakannya pada fara!

Pak Broto memberikan piala OSN beserta sertifikat kepada tiga perwakilan yang telah mengharumkan SMA Citra Bangsa. Mereka, Fara siswi kelas 11 IPA 3, Aji siswa kelas 11 IPA 1, dan Rafka 11 IPS 2.

Seseorang yang membuat Rena tidak fokus saat ini adalah Rafka, cowok penuh kharisma yang baru saja mengajaknya berkenalan kemarin. hingga saat ini, ia tidak sadar jika ia tidak bisa menolak pesona cowok beralis tebal tersebut.

Secara tidak sengaja, kontak mata mereka bertemu, Rena segera memutuskannya sebelum jantungnya lebih cepat berpacu. Ia juga tidak sengaja berada di barisan terdepan hingga leluasa melihat cowok itu.

"Na!" senggolan dibahunya membuyarkan lamunannya.

"apasih, Cha. Jangan teriak-teriak,"

"Gila lo yah! gimana gue gak teriak, empat kali gue panggil nama lo tapi lo diem aja," Rena tersentak terkejut.

"seriuss! maaf, gue nggak denger suer," Rena tersenyum meringis.

"jangan bilang lo lagi serius lihatin dia?!" tebak Icha yang mendapat pelototan Rena.

"jangan ngaco deh, Cha. Najis gue lihatin itu cowok," ucapnya sambil menunjuk depan dengan dagunya.

"tuhkan, bener. Padahal gue ga bilang siapa DIA," ucap Icha sambil menyipitkan matanya curiga.

"lo nyebelin banget," Rena salah tingkah dibuatnya. Icha semakin tertawa.

"tapi lo harus ingat ucapan gue, Na," Icha menjeda ucapannya. "lupain Rafka dan bikin dia nyesel karena udah tinggalin lo,"

Rena mencoba menahan tawanya. Kalimat Icha cukup menghibur dirinya. "gue takut, cha." Rena juga menjeda kalimatnya dan menghentikan tawanya. "gue takut malah gue yang nyesel karena udah lupain Rafka." Selanjutnya ia tersenyum kecut.

"cowok seperti Rafka itu gak pantes lo perjuangin,"

Pembicaraaan panjang yang tak berujung itu terhenti sesaat mereka tersadar bahwa barisan telah bubar beberapa menit yang lalu. Hingga suara bariton menghentikan langkah mereka.

"Rena," ia terdiam sejenak karena panggilan itu dan ia merasakan aliran darahnya yang semakin deras hingga membuat tubuhnya memanas. Rena menggenggam erat tangan Icha mengumpulkan keberaniannya sebelum akhirnya ia berbalik.

"apa?" ketusnya tak bersahabat. Icha tau, situasi macam apa ini. Ia segera pergi dan meninggalkan Rena dan Rafka disana. Tiba-tiba Adam memanggilnya. Rena mengambil kesempatan ini untuk pergi.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang