Chapter 19 🍁 Bertemu Rafka

1K 59 6
                                    

“Lif, lo beneran tau kan dimana rumah Devin?” tanya Rena di atas motor.

“tau, diem-diam aja napa, bacot mulu dari tadi,” Rena hanya berdecak malas.

Brumm… Brummm

Motornya bebeknya berhenti tepat di rumah bercat putih. Alif melepas helmnya dan membuka gerbang. Dengan cepat melesat Rena berlari masuk dan berdiri tepat didepan pintu disusul Alif yang berdiri dibelakangnya.

“Lif, lo gak salah rumah kan?” tanya Rena memastikan dengan tangan yang masih ragu untuk mengetuk.

“serah lo,” Alif membuang mukanya sekilas. Saat Rena hampir mengetuk, pintu tiba-tiba terbuka.

“cari siapa?” Suara itu….

“Rafka?”

Mata Rena membulat sempurna dan tubuhnya menegang seperti tersengat listrik. Kontak mata mereka bertemu. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya. Garis alisnya yang sempurna serta tatapan tajam Rafka sejenak menghipnotisnya untuk tak berkedip.

Rafka melirik jaket yang Rena kenakan dan menatap dalam mata yang hampir tergenang air itu. Ada rasa sesak didalam sana. Namun denga cepat Rafka menepisnya. 

“Siapa ka?” tanya Devin tiba-tiba datang dari belakang sambil membawa toples kacang.

Rena mengalihkan pandangannya menatap Devin.

“Rena?” ucap Devin yang sama terkejutnya dengan mereka. Devin beralih melihat Rafka yang masih berdiri mematung didepannya.

Rena merasakan pundaknya yang ditarik kebelakang. Alif, mengeratkan lengannya dipundak gadis yang tingginya hanya selehernya. Ia mengusap-usap bahu Rena berusahan menenangkan. Rafka menatap tajam tangan Alif yang bergerak mengusap-usap bahu Rena.

Ada sedikit rasa sesak melihat gadis didepannya ini sedang menahan tangis. Entahlah, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

“lif, anterin gu- gue pulang!” ucapnya dengan nada setengah parau. Ia berbalik menuju gerbang. Sekuat tenaga ia berusaha menata hatinya untuk tak kembali berbalik dan memeluknya.

Dirinya menunggu Rafka untuk memanggilnya kembali. Namun semakin Ia berjalan keluar, Rafka tak kunjung menyebut namanya.

Ia memejamkan matanya sebelum air matanya benar-benar menetes. ‘Rafka, apa kamu masih anggap aku sahabat? Aku mau bicara sama kamu. Seandainya saat ini kamu mau panggil aku, aku janji, aku nggak akan berusaha untuk lupain kamu lagi’ 

Dadanya sangat sesak saat ini. Ia ingin pulang sekarang juga. Alif segera melajukan motornya menjahui rumah Devin.

“ka! Lo masih sadar gak?!” tanya Devin sambil menepuk pundak Rafka yang masih tak bergerak dari tempatnya.

Ia hanya menatap kepergian Rena hingga hilang dari pandangannya.

“bego! Kenapa gak lo kejar?” Devin berjalan menuju pagar dan kembali ke teras seperti orang kebingungan. “Rena! dia udah pergi!”

Rafka menghembuskan nafas kasar. “gue gak bisa,” tuturnya santai.

“emang bener, lo tu banci!” Devin kesal, sekarang masalahnya semakin rumit. Kepalan tangan Rafka semakin mengeras. Ucapan sepupunya membuat dirinya naik pitam.

“gue masih punya Marisa,” ucapnya dan berbalik menuju sofa melanjutkan gamenya yang sempat tertunda tadi. Raut wajahnya masih tenang.

“seenggaknya lo bisa jelasin ke Rena, selama ini lo siapa!” sepertinya ucapan Devin tak dihiraukan Rafka. Ia masih diam dalam ponsel kesayangannya.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang