Seseorang baru saja membuka relung hatinya untuk kembali melihat indahnya dunia. Ini yang dirasakan Ezra setelah hampir 2 tahun belakangan.
Gadis itu periang dan berbeda dengan ucapan orang lain tentangnya. Entah sesuatu apa yang membuatnya selalu menatap gadis itu. Rasanya tidak ingin beralih untuk menatap yang lain saat dirinya sedang menatap Rena. seperti ada magnet yang membuat matanya untuk tetap menatap lekat wajah itu. ia tau, ia tidak boleh memeiliki perasaan egois seperti ini. Namun ia juga tidak bisa membohongi perasaannya.
Sangat mudah membuat gadis itu tersenyum. Senyum yang membuat jantungnya memberontak tak karuan. Dan ia yakin 1000% dengan perasaannya sekarang bahwa dirinya sedang jatuh cinta.
"jadi cewek gue, mau?" Ezra gila! Sangat! Apa yang baru saja ia ucapkan?!
"Eh.." deg, 'perasaan apa ini? Apa Ezra bercanda? Ga mungkin!!'
Sejenak mata mereka saling pandang. Ezra dengan senyum penuh karismanya memandang Rena dengan penuh harap sedangkan Rena hanya diam membisu. Ezra mendengus kecil sambil tersenyum tipis.
"gue tau, perintah gue terkesan tiba-tiba. Gue cuman ingin mengungkapkan perasaan gue ke lo saat gue tau gue pasti ditolak." Ia tersenyum getir. Ia mengusap-ngusap rambut kepala Rena.
Rena masih diam bergeming. Ia tidak tau apa yang harus ia katakan. Sejujurnya, pengakuan Ezra membuatnya sedikit menimang perasaan. Rena terlihat gugup dan Ezra rasanya ingin tertawa melihat kecanggungan ini.
"jangan dijawab, gue tau jawaban lo." Ezra tersenyum hambar. Rena bukan tipikal gadis yang mudah didapat. Itu yang membuat Ezra semakin tertarik dengan gadis ini.
Rena menelan ludahnya susah payah. Perasaan aneh kembali mencuat kepermukaan dengan sosok yang berbeda dari sebelumnya. Rena ingin Ezra selalu disampingnya dan tidak pergi meningglakannya.
Rena takut, jika Ezra akan menjadi pelampiasannya, nanti. Ia hanya ingin berada disamping Ezra sebagai seorang adik.
"gue tau, kita ga akan bisa bersama." Rena terkesikap dengan ucapan Ezra. Ia menganggap Ezra sebagai kakaknya sendiri. Dirinya sekarang merasa melayang bak di udara. Terkejut dengan ucapan Ezra yang akan keluar seperti sekarang membuatnya tak dapat berkata-kata. Mulutnya membisu.
Mereka pulang dan melajukan motornya membelah jalanan yang becek. Ia berharap suatu saat akan mengulang kenangan yang indah seperti ini namun dengan orang yang berbeda.
Semenjak Ezra mengucapkan kalimat yang membuatnya membisu, jantungnya merasa tak karuan Seperti saat ini. Perilaku Ezra membuatnya semakin ingin berlari dan bersembunyi untuk menutupi rasa malunya. Selama perjalanan pulang pun mereka saling terdiam.
Ezra melepas helm yang digunakan Rena dan menaruhnya di atas jok. Tangannya mengusap rambut Rena yang sempat berantakan karena helm yang ia kenakan.
"Kalau udah selesai mandi, kirim pesan ya. Ada yang mau gue omongin." Rena hanya mengangguk malu dan bergegas masuk kekamar. Hatinya mulai goyah sekarang. Tidakkah kesempatan itu datang satu kali?
Apa Rena akan menyia-nyiakan kesempatan ini? Tapi ia tidak bisa menerima Ezra lebih. Diantara mereka ada batas yang memaksa untuk tak saling tertarik satu sama lain.
"salam ke mama lo, sorry pulangnya kemaleman." Tutur Ezra. Sekali lagi dan lagi. Rena hanya diam. Ia takut salah berucap. Saat ia hampir melangkah masuk, langkahnya terhenti karena Ezra memanggilnya.
"na," Rena berbalik menatap kakak kelasnya itu.
"jangan diem, gue gak mau lo kepikiran karena ucapan gue." Ezra kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA [LENGKAP] ✔
Teen FictionRena Aladilla, si gadis polos berparas culun kerap menjadi bahan bully di SMP nya memiliki seorang sahabat yang cukup tampan, Rafka Vhalega. Seorang most wanted yang bersahabat dengan gadis cupu di sekolahnya. Sungguh, cerita yang mungkinan terjadi...