Chapter 17 🍁 Memar

795 47 8
                                    

+628-
Save no gue, Rafka
23.37

Gila! Sungguh gilaa! Entahlah ia harus bagaimana. Saat ini perasaanya campur aduk, antara senang, benci, suka, bahagia menyatu menjadi satu.

Jantungnya berpacu cukup cepat seiring deru nafas semakin menggebu. Suhu tubuhnya semakin memanas dan telapak tangannya berkeringat. Plis, ini adalah beberapa gejala jatuh cinta.

“kyaaaa…” pekiknya senang. Rena memukul-mukul bantal yang ada disebelahnya dan menggigitnya gemas.

Pipinya merona seperti kepiting rebus.

Niat hati ingin mengirim pesan pada Rafka, namun takdir berkata lain. 

Sekali lagi Rena melihat pesan itu di ponselnya. Apakah ini nyata atau hanya sebuah bunga tidur. Ia menggeser layarnya ke atas dan kebawah kembali memastikan bahwa itu pesan yang dikirim untuknya. Nyatanya, pesan singkat itu membuat dirinya sangat bahagia.

PLUKK

Ia membuang ponselnya kesembarang arah. Rena menutupi wajahnya dengan bantal dan meronta kegirangan. Yah, pesan singkat itu membuatnya lupa akan dirinya sekarang. Rena gadis SMA dengan sejuta pesona.

‘Rafka masih ingat aku?’

***


Sore ini ia telah merapikan kopernya untuk kembali ke Riau. Dengan berat hati ia melangkah keluar menuju ruang makan. Imma sudah meyiapkan makan malam untuk para cucunya.

Wajah lesu tak bersemangat tercetak dimuka gadis yang tengah menarik kursi. Amanda sudah berada disana sejak 7 menit yang lalu. Menunggu semua kakanya, membuat dirinya bosan.

“Manda, tolong panggil semua abang kamu!” seru Imma meletakkan telur goreng di atas piring.

Amanda hanya mengangguk dan segera berlari manaiki tangga.

CEKLEK

“bang! Makann ihhhhh…!” ia melempar Devin dengan boneka di tanganya.

“Manda? Ngapain kamu disana? abang mau pakek baju!”

Bukan tanpa sebab Amanda berteriak, gadis kecil itu melihat Devin bertelanjang dada dengan handuk yang melilit pinggangnya.

Rafka mendengar teriakan adiknya kini segera menarik Amanda pergi dari kamar Devin.

“lo bikin mata adek gue kotor!” ucapnya dingin dan menutup pintu kamar Devin.

“dih! Kakaknya marah,” ia tertawa lepas.

“dek, jangan kesana lagi ya!” seru Rafka memberitau.

“iya kak, manda jijik,” ia mempoutkan bibirnya dan menggandeng tangan Rafka menuruni tangga.

Rafka menarik kursinya duduk disebelah Marisa dan di ikuti Amanda yang duduk di depannya. Ia melirik Marisa yang menenggelamkan kepalanya dalam ceruk lipatan tangan.

Marisa tak seceria biasanya. Rafka mengambil segelas air dan meneguknya. Tangannya yang sedikit berotot menyentuh pucuk kepalanya dan membuat sang empu terbangun.

“Rafka?” ucapnya dengan sedikit nada lesu disana. Rambut acak-acakan membuat Rafka sedikit gemas melihatnya. ia menahan senyumnya.

“apa? Ko kamu lihatin aku kaya gitu?” Marisa menyipitkan matanya curiga dan semakin mengerucutkan bibirnya.

Rafka tersenyum simpul dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “ga papa. kamu kenapa?”

“aku males balik,” ia semakin tak bisa menumpu kepalanya. Alhasil tergeletak tak berdaya diatas meja.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang