Chapter 26 🍁 Perhatian

845 41 1
                                    

DRTTT... DRTTT...

ponsel di saku Rafka bergetar. Nomor tidak dikenal.

"Ya, hallo."

"Kak! Manda belum dijemput. Masih di tempat latihan."

"Manda disana sama siapa?" Ia sesekali melirik Rena disampingnya yang melihat dirinya.

"Manda ditemenin ibu guru. Jemput Manda ya kak. Abang Devin Manda telfon enggak di angkat." Terdengar gerutuan disana.

"Iya tunggu kakak bentar ya,"

"Iya kak. Cepet ya kak. Manda laper hehehe."

"Iya. Kakak tutup telfonnya."

"Adek lo?" Tanya Rena yang tadi mendengar sedikit pembicaraan kakak adik tersebut. Rafka mengangguk.

"Gue anter lo dulu,"

"Jangan. Jemput adek lo dulu aja. Kasihan dia nanti nunggu lama," jelas Rena tenang

Rafka melihat jam di pergelangan tangannya. "Jam 8. Lo gak dimarahin mama lo pulang malam?"

"Gue tadi udah ijin pulang agak malam," Jelas Rena

Rafka mengangguk paham"Jadi, bukan anak mama lagi?" Rafka mendapat pelototan Rena.

"Gue masih kesel sama lo. Dan lo hutang jawaban ke gue!" Rena melipat tangannya di depan dada.

"Soal Novel?" Tebaknya yang masih fokus kejalanan.

"Iya!"

Rafka menghela nafas, "Ega yang bagi ke gue."

Rena membulatkan matanya. Tertarik dengan arah pembicaraan ini. "Ega? Lo kenal Ega?" Jelas kenal lah Rena. Pertanyaan apa sih, batinnya.

"Ega juga sekolah di Citra Bangsa kan?" Entah mengapa kali ini ia sedikit bersemangat.

"Pertanyaan lo gak berbobot banget,"

Rena berdecak. Kenapa juga ia mengajukan pertanyaan yang semua sudah jelas. Tapi setidaknya ia ingin mendengar langsung buktinya.

"Lo tau gak sih?" Tanya Rena tiba-tiba

"Enggak,"

"Ckk, serius ih." Rena melempar tatapan sinis. Namun Rafka malah terkekeh.

"Akhir-akhir ini gue nggak pernah lihat Ega lagi di sekolah. Gue takut di gak nyaman gara-gara gue pernah bentak dia," ujarnya sembari mengelus-elus cover novel di tangannya.

Rena mudah berkata jujur tentang isi hatinya dengan orang yang benar-benar ia kenal. Dengan Rafka contohnya.

"Kenapa? Lo kangen sama dia?" Tebaknya menarik kesimpulan.

Rena menghela nafas. Ia harus menahan rasa kesal sekaligus senang bersama dengan Rafka.

"Bukan gitu Rafka. Gue cuman nggak enak aja sama dia. Dia udah sering bantu gue,"

"Dibantu apa? Kayaknya spesial banget," Tanya Rafka mengajukan pertanyaan yang mungkin akan menghibur hatinya.

"Tanya aja sendiri, males gue cerita sama lo." Rena membuang pandangannya menatap jendela. Ia ingin mengembalikan suasana seperti dulu. Saat Rafka dan dirinya sering adu mulut meakipun gemuruh didada semakin menjadi.

Ia harus membiasakan dan menerim kenyataan ini. Hanya berteman saja sudah cukup.

"Beneran ga mau cerita sama gue?"

"Enggak!" Rafka memanggut-manggut. Ia tersenyum kecil ada ide di otaknya. "Ternyata bener ucapan Ega tentang lo waktu itu,"

Seketika Rena menjadi tegang. Ia memiliki fonis kepo akut. Apalagi menyangkut prihal dirinya. Ia benar-benar tidak tahan.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang