2 tahun silam, 15th
Bertepatan di hari sabtu, Rena berdiri di sudut rumah yang berdinding warna kuning. Teman- temannya di sambut hangat oleh wali kelasnya. Bu Fadilla, seorang guru yang sangat sabar dan baik dalam mengajarkan materi. Umurnya yang telah menginjak kepala 5, tidak menyudutkan kemauannya untuk tetap mengajar.
Rafka, sekarang cowok itu tengah sibuk dengan aktifitas bersama teman-temannya. Entah bergurau, bermain, ataupun saling ejek. Rena sama sekali tidak peduli.
Baginya yang terpenting sekarang adalah memanfaatkan waktu yang terbaik untuk membuat masa SMP- nya lebih dikenang.
Banyak sekali camilan, kue, makanan dan minuman yang telah dihidangkan.
"Rena, kamu mau ambil apa setelah lulus ini?" Tanya Bu Fadilla yang berada di depannya.
"Saya, ingin melanjutkan SMA. Doa kan saya, bu."
"Iya selalu."
Sungguh sangat hangat, meskipun hanya sekedar berkumpul. Tetapi, kehangatan kekeluargan kelas Rena terasa hingga Rena tak ingin beranjak pergi dari tempatnya. Mungkin setelah lulus, Rena akan merindukan teman-temannya yang sangat konyol itu.
Kurang lebih hampir 3 jam Rena berkunjung, akhirnya berpamitan untuk pulang.
Semua berjabat tangan dan mencium punggung tangan Bu Fadilla. Semoga ini bukan yang terakhir ia menginjakkan kaki disini. Ia selalu berharap suatu saat nanti ia dapat berkumpul seperti sekarang.
"Raf, abis ini kita mau kemana?" Tanya Alif sahabat Rafka.
"Ngga tau, paling anter nih anak pulang." Sambil melihat samping kirinya menuju Rena mengisyaratkan bahwa ia menyindirnya. Rena hanya berdecak kesal.
"Main yuk!" ajak Salsa dan Tara bersamaan selaku sahabat Rena.
"Ngga!" Balas Rena secepat mungkin.
"Ayo dong ,Na. Kapan lagi kalau ngga sekarang kita keluar bareng. Ya ngga?" Bujuk Salsa pada sahabatnya yang tengah bingung. Seperti menimang sesuatu.
"Iya sekali-kali jadi anak luar gitu. Jangan diem dirumah terus!" Seru Eric sahabat Rafka.
"Aduh, aku takut ngga di bolehin keluar." Jawabnya sampil menaikkan kacamatanya yang melorot.
"Telfon dulu sana. Minta izin mama lo." Suruh Tara pada Rena.
Rena mencoba menelfon mamanya. Dengan berat hati, ia mencari kontak yang bertuliskan 'mimom'. Berharap ia di perbolehkan untuk keluar.
"Dasar anak mama!" Ejek Rafka pada Rena dan menarik sedikit kepangan rambut Rena.
Ia memekik kesakitan. Rafka sangat jahat kepadanya. Ia berkacak pinggang dan menunggu sambungan teleponnya terhubung. Sesekali ia mendorong kacamatanya yang turun.
Dari kejauhan, Rafka tengah melihat Rena yang berbicara dengan mamanya melalui telepon. Beberapa detik kemudian, Rena datang kearah nya dengan memasang wajah yang cemas.
"Gimana? Dibolehin?" Tanya Salsa.
"Di ijinin?" Tanya Tara sekali lagi.
"Iya, tapi jangan pulang malam-malam."
Mendengar 'iya' dari Rena, mereka berempat, Tara, Salasa, Alif, Eric. Bersorak 'hore' terkecuali cowok yang bernama Rafka. Sekilas Rena meliriknya, ia hanya tersenyum simpul.
"Udah ayo, keburu sore." Ajak Tara.
Saat Rena hendak menaiki motor Rafka. Rafka lebih dulu memotongnya. "Lo berangkat sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA [LENGKAP] ✔
Fiksi RemajaRena Aladilla, si gadis polos berparas culun kerap menjadi bahan bully di SMP nya memiliki seorang sahabat yang cukup tampan, Rafka Vhalega. Seorang most wanted yang bersahabat dengan gadis cupu di sekolahnya. Sungguh, cerita yang mungkinan terjadi...