Ia kembali berpikir. Menjauh dari Rafka tidak cukup untuknya, "Dan satu hal lagi, gue minta tolong sama lo. jangan ada di deket gue, karena itu bikin gue semakin tersiksa!"
Rafka hanya menatap gadis didepannya tanpa berniat membalas ucapannya. Ia juga tidak terkejut dengan ucapan Rena tadi.
"Rafka!" Panggil Marisa dari samping mereka.
"Pacar lo udah nungguin. Gue pamit," ujarnya sembari mengusap air mata di pipinya. Setelah itu berjalan meninggalkan Rafka.
Marisa melihat sekilas wajah tertunduk Rena yang baru saja melewatinya.
"Loh cewek tadi kenapa nangis? Teman kamu kan?" Tanya Marisa yang kebingungan. Rafka tetap diam menatap Rena yang telah menghilang.
Marisa tak mendapat jawaban. Ia mengikuti kemana pandangan Rafka saat ini. Wajah gadis tadi juga tidak asing di mata Marisa.
Rafka mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan disana. Tanpa ragu ia segera menekan tombol kirim.
"Ayo pulang!" Ajak Rafka tiba-tiba.
Mereka sudah berada di dalam mobil. Marisa masih kepikiran dengan siapa gadis yang menangis tadi.
"kita kebengkel dulu ya, benerin kaca," ucap Rafka membangunkan lamunan Marisa.
"Oh iya. Oke,"
"Rafka, aku mauilang tapi aku takut," ucapnya tiba-tiba teringat seauatu.
"Bilang aja,"
"Maaf kemarin aku lupa kasih tau Devin buat jemput kamu di lapangan, serius maaf aku lupa. Tapi ternyata kamu udah kabarin dia. Maafin aku ya Rafka,"
"Berarti kemarin kamu nggak kabarin Devin?" Tanya Rafka sambil menyetir. Marisa hanya menggeleng.
"Iya aku minta maaf, serius aku lupa," ada keseriusan diwajah Marisa. Ia jadi bingung sekarang.
"Iya nggak apa," ia menghela nafas. Ada sesuatu yang membuatnya bingung. Jika bukan Marisa yang menyuruh Devin ke lapangan, lalu bagaimana Devin tau jika ia dilapangan.
'Insting sepupu'
Drtt... drttt..
Ponsel nya bergetar. Nama yang baru saja dibicarakan menelfonnya.
"Hallo, lo dimana ka?"
"Gue mau ke bengkel, ngapain?"
"Jemput Manda sekalian ya, gue ada syukuran kelas. Jadi gak bisa jemput,"
"Sok sibuk lo! Iya gue yang kesana,"
"Oke thanks," Rafka memutuskan sambungan telefonnya.
Mereka sampai di tempat bengkel yang searah dengan sekolahnya.
"Woi bro!" Sapa Dio yang Rafka tau teman dekat sepupunya di kelas.
"Ngapain lo disini?" Tanyanya sambil menerima sapaan Dio.
"Ambil laundryan, ya enggak lah. Lo pikir gue kebengkel ngapaian? ganti oli bro." Rafka hanya terkekeh. Dio sama aneh nya dengan Devin.
Pandangan Dio melihat belakang Rafka, tepatnya di dalam mobil.
"Sama Marisa? Betewe udah jadian berapa lama?" Tanya Dio sambil menaikkan sudut alisnya menggoda dan tersenyum aneh.
"Apaan sih lo, gak penting banget." Rafka melempar tasnya ke pangkuan Dio yang terkekeh.
"Nggak ikut acara syukuran kelas?" Lanjutnya
"Syukuran kelas? Kapan?" Tanya Dio balik.
"Hari ini lah, emang kelas lo menang apa ngadain syukuran?" Rafka ikut duduk disamping Dio
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA [LENGKAP] ✔
Teen FictionRena Aladilla, si gadis polos berparas culun kerap menjadi bahan bully di SMP nya memiliki seorang sahabat yang cukup tampan, Rafka Vhalega. Seorang most wanted yang bersahabat dengan gadis cupu di sekolahnya. Sungguh, cerita yang mungkinan terjadi...