Chapter 21 🍁 Obrolan Singkat

916 52 5
                                    

CASTNYA, BIAR IMAJINASI KALIAN TERBANTU:)

-SELAMAT MEMBACA-

-SELAMAT MEMBACA-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"ma! brownisnya Rena angkat ya?" teriaknya dari dapur. Rena telah siap dengan balutan kaos berwarna walnut dan celana jeans.

"ati-ati sayang. Dinginin dulu! Mama masih cetak alis," jawab Imel dari dalam kamar. Imel baru saja bersiap-siap setelah sibuk membuat brownis. Rena hanya tersenyum mendengar ucapan mamanya.

Pukul 9 pagi, mereka berangkat dengan sepeda motor matic menuju rumah Anis dengan membawa buah tangan hasil karyanya pagi tadi. Setelah hampir 17 menit perjalanan, mereka sampai dan memarkirkan kedaraan di teras rumah yang luasnya 7x12 meter.

Ia baru dua kali berkunjung kerumah bercat coklat muda ini selama hampir 2 tahun setelah mengenal Ezra sebagai sepupunya.

"Assalamu'alaikum!" salam Imel dan mengetuk ketuk pintu.

"wa'alaikumussalam," jawab seorang wanita dari dalam.

"udah dateng aja, baru aja aku masakin. Ayo masuk!" sapa Anis dari dapur.

"masak apa atu teh, bau dari depan atu. Ini aku bawa brownis," ucap Imel dan menyodorkan satu kantung plastik kemudian tertawa.

"pakai repot bikin brownis, ikut aku kedapur ya, teh. Mumpung disini, sekalian mau tanya resep," balas Anis kemudian tertawa dan menggeret Imel yang sepertinya juga bersemangat prihal memasak. Hingga mereka lupa Rena ditinggal sendiri di ruang tamu.

Rena melangkahkan kakinya melihat susunan foto pigora keluarga. Terlihat disana Ezra dan kedua orang tuanya tersenyum manis. Sepertinya foto itu diambil ketika Ezra telah lulus SD Madrasah. Disana Ezra nampak lucu dengan setelan baju toga mini. Rena terkekeh kecil melihatnya. Ezra hanya anak semata wayang dikeluarga ini. Itulah yang sekiranya Rena ketahui.

Dari depan, Rena melihat ibunya sedang asik memasak didapur. Seulas senyum tercetak diwajahnya. Ia mengambil paper bag coklat berisi jaket yang segaja ia bawa. Ia megamati jaket merah maron tersebut sambil mengingat-ingat saat ia dan Ega terjebak hujan.

'kenapa aku jahatin Ega ya, Padahal dia cowok baik. akhir-akhir ini aku juga ngga pernah ketemu dia. Kemana ya?'

Ia membuka ponselnya dan menelfon Devin. Rumah Ezra yang dekat dengan rumah Devin membuatnya tidak ingin bekerja dua kali.

"halo, Devin! Antar gue ke rumah Ega dong! Plissss!" dengan Devin ia harus menurunkan harga dirinya.

"ngapain?"

"gue mau balikin jaket Ega,"

"kayanya lo makin hari makin deket sama dia,"

"Cuma kebetulan aja," elaknya

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang