Pagi buta ini ia sudah harus ada disekolah. Tak peduli dengan matanya yang masih mengantuk dan nyawanya yang belum sepenuhnya sadar. Ia mencoba melebar-lebarkan matanya yang terus menerus ingin menutup.
"Ishh! Kenapa juga gue bela-belain bangun sepagi ini!" Ucapnya monolog
Bukan tanpa sebab atau apa. Ia harus mengembalikan jaket busuk ini tanpa harus bertemu dengan pemiliknya.
Kemarin ia sudah mencucinya dan pagi tadi ia setrika agar terlihat licin.
Hanya seorang manusia seperti Devin yang mau menolongnya jikalaupun ia mau.
Presentase kemungkinan ia tertolong hanya 0,00000001%.
Rene menghela nafas gusar.
Sudah hampir setengah jam ia berdiri didepan kelas Devin tapi sang empu belum datang juga. Semakin lama semakin banyak siswa yang berdatangan. Ia semakin ciut nyalu.
'Gimana kalo datengnya sama si cupu itu?' Ketakutan kembali melanda. Ia melihat Devin berjalan menuju kelasnya 'TANPA' pengikutnya.
Ia segera berlari mengikuti Devin duduk di kelasnya.
"Pagi Devin." Sapanya selembut mungkin.
Devin shok bukan main dong! Hal mistis yang ia dengar dari mulut Rena.
"Pasti lo ada maunya sama gue!" Ujarnya to the point.Rena hanya menyengir kuda. Ia ketahuan.
Sungguh hal yang mengejutkan saat gadis sejutek Rena menyepanya dulu.Devin paham betul bagaimana Rena.
"Lo mau bantuin gue kan." Pintanya semanis mungkin.
"Emmmm." Devin sejenak berpikir. "Bantuin apa dulu nih."
"Tolong balikin ke tetangga lo itu ya, plisss." Ucapnya memohon sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Rena memberikan sebuah paperbag coklat berisi sebuah jaket berwarna Biru. Devin mengintip isi dari paperbag tersebut dan tersenyum licik.
"Kenapa jaketnya bisa ada di lo?" tanyanya menaikkan sudut alis. Ia mengambil kesempatan untuk menggoda Rena.
"Kepo banget sih! Udah balikin aja." Ia mendorong paperbag tersebut dihadapan Devin.
"Kenapa harus gue?"
"Gue ga tau kelasnya!" ucapnya ceplos
"Lo sekolah hampir 2 tahun, kelas IPS lo ga tau?! Alasan lo ga logis banget, na!" Devin mendorong paperbag tersebut kembali kehadapan Rena. ia tersenyum licik.
Sial! Rena sangat bodoh. Kenapa mulut harus mengatakan hal itu.
"Yaudah, gue males aja." Ia memutar bola matanya.
"Gue ga mau! Lo balikin aja sendiri tu jaket." Instingnya sangat benar. Rena tak akan bisa membujuk Devin.
"Plisss, tolongin gue. Gue males ketemu sama temen lo itu. Neg gue liatnya." Jujur Rena.
"Gue ga neg."
"Itu kan lo!" Rena bedecak sebal. Devin tak mau membantunya seperti prediksi awal. Ia malah mengulur waktu.
Rena berpikir keras. Apa yang bisa ia lakukan demi Devin menolongnya. Sebuah akal resiko tinggi terbesit dalam otaknya. "Yaudah, gini. Gue bakal kabulin satu permintaan lo." Rena membulatkan tekadnya.
"Yakin?" Devin memastikan kebenaran ucapan Rena.
Rena menggigit bibir bawanya "Iya!" jawabnya ragu-ragu.
"Cium pipi gue!"
Rena mencoba mencerna ucapan cowok gila didepannya,"Hah!Lo gila?!" Rena membulatkan matanya. Ia tak pernah berpikir bahwa Devin akan meminta hal semacam itu. ia salah mengajukan permintaan kepada Devin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA [LENGKAP] ✔
Novela JuvenilRena Aladilla, si gadis polos berparas culun kerap menjadi bahan bully di SMP nya memiliki seorang sahabat yang cukup tampan, Rafka Vhalega. Seorang most wanted yang bersahabat dengan gadis cupu di sekolahnya. Sungguh, cerita yang mungkinan terjadi...