Chapter 15 🍁 Bad Mood

891 51 7
                                    


Malam ini, bulan tak terlalu menampakkan dirinya. Sunyi senyap remang-remang menemani jalannya menuju minimarket. Ia memakai hodie kuning dan celana trining hitam berjalan melas membuka pintu. Ia baru bangun tidur karena tersentak kaget akibat bunyi alarm. Ia mengaktifkan alarm bukan tanpa sebab, tapi untuk pengingat bahwa ia harus membeli makanan ringan untuk besok.

Dengan rambut panjang acak-acakan khas bangun tidur, ia berjalan gontai. Ia tak peduli siapa saja yang melihatnya berantakan malam ini. Untuk malam ini, ia bersikap bodo amat!

"Hoaammmm..."ia menutup kepalanya dengan Hodie.

Puughh.... seseorang menutup mulutnya dengan snack kripik singkong. Ia tersentak dan reflek matanya terbuka lebar. Ia menatap orang tersebut.

"Alif!" kejutnya. Cowok campuran arab sunda tersebut memasukkan snacknya tadi dikeranjang belanjaan Rena.

"cewek itu nguap ditutup! Lo mah ga ada anggun-anggunnya," cibirnya.

"ye, serah gue. Mulut gue sendiri." Balasnya sungut sambil berjalan beriringan mengikuti Alif.

"lo dibilangin malah bawel," ketus Alif sambil memasukkan kotak susu rasa strawberry dikeranjang. Rena mengetahui kejadian tersebut, lantas menjauhkan keranjangnya dari Alif.

"enak banget lo main comot. Entar tiba-tiba minta bayar!" gerutunya sambil membolak-balikkan isi dalam keranjang. Sebagian besar adalah belanjaan Alif.

"kali-kali lah lo bayarin gue. Yah?" pintanya sedikit menyejajarkan tinggnya dengan Rena dan mengedip-ngedipkan matanya.

"engga Alif! Gue ga bawa dompet. Gue cuman bawa uang pas."ucapnya jelas sambil berjalan menuju kasir. Alif masih membuntutinya dibelakang.

Rena membelalakan matanya saat melihat mbak mini market sedang menscan minuman jamu dapet. Itu bukan miliknya. Alif hanya cekikikan disampingnya.

"itu dipisah aja mbak. Pakek kantung sendiri." Ujarnya sambil menunjukkan barang-barang milik Alif.

"kok dipisahin, Na?" Tanyanya dengan nada flirt.

"karena bukan punya gue!" ketusnya.

"totalnya 149.300, 300-nya boleh didonasikan?" Rena hanya mengangguk. Ia mengambil dua lembar uang di kantong jaketnya. Uang yang ia pegang hanya 70.000, dan kurangnya sangat banyak. Rena meneguk salivanya berat.

"lo jadi bayar sendiri?" tanyanya sambil berharap bahwa Alif akan meng'iya'kan pertanyaannya. Sayang, harapanya pupus. Ia mengeluarkan dua lembar seratus ribu tanpa sepengetahuan Rena.

"nggak," jawabnya sambil mengambil kembalian. Rena mengerucutkan bibirnya dan berbalik.

"mbak saya nitip dulu ya belanjaannya. Uang saya kur-" ucapannya terpotong.

"udah dibayar mbak sama pacarnya," jawab mbak kasir sambil tersenyum.

"pacar?" ia sedikit berpikir. Otaknya saat ini sedang kalut.

"ye, malah bengong. Cepet, Na! lo udah ditungguin netijen," Rena menengok belakang. Benar saja, antriannya sudah panjang.

"ekhmm.." deheman salah satu netijen membuyarkan lamunannya dan Rena segera menyingkir. Ia bergegas menyusul Alif yang sudah didepan.

"nih!" ia memberikan dua kantung berisi penuh makanan ringan anak TK. Bukannya menerima dua kantung, Alif hanya mengambil jamu dapet.

"gue cuman butuh ini!" dengan bangga ia menunjukkan jamu dapet tersebut.

"lo minimum gituan?" Tanyanya heran. Ia habis piker. Pliss! Apa saat ini ia bersahabat dengan cowok transgender?

"punya kakak gue."

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang