Spesial Chapter: Fall in Love

2.6K 437 18
                                    


SEHUN'S SIDE

Ini adalah cerita bagaimana aku bertemu Irene untuk pertama kalinya. Simak baik-baik, karena aku tahu kalian semua sudah penasaran dengan senyum Irene yang membuatku jatuh cinta padanya. 

Saat itu hari libur musim panas. Aku duduk di salah satu kursi yang berada di bagian luar sebuah cafe. Ditemani segelas panjang jus lemon dingin, aku sibuk mengutak-atik ponselku. Ya, itu hanya caraku untuk menghindari rasa bosan. Ah, salahkan kondisi keluargaku yang berantakan sehingga membuatku malas berdiam diri di rumah saat libur. Tapi untuk sekarang aku sudah cukup tenang, aku sudah pindah ke sebuah apartemen sendirian.

Atensiku saat itu beralih ketika suara gebrakan meja dan dentingan gelas kaca memecah keheningan. Ku toleh ke sumber suara dan menemukan seorang gadis tengah berdiri dengan wajah memendam amarah.

"Karena wajahmu cantik dan otakmu cerdas kau boleh menggoda pacar orang begitu?!" Aku masih ingat dengan jelas bagaimana gadis berambut pendek itu menjerit dengan mata melotot ke arah gadis yang hanya duduk diam di depannya. Gadis yang duduk diam itu adalah Irene. Dia tak sama sekali tak membalas ucapan si gadis berambut pendek kala itu.

"Yak! Kenapa kau diam, hah? Takut? Tak punya nyali, ya?!" Semua mata sudah mengarah pada meja mereka. Aku juga diam menyaksikan saat itu, lebih mengarah pada Irene yang saat itu belum kulihat wajahnya. Masih bagian belakang tubuhnya yang nampak begitu rapuh.

Menit selanjutnya, segelas jus jeruk dingin menghujam wajah Irene. Selepas itu, gadis berambut pendek tadi segera pergi dengan wajah merah padam. Sedangkan Irene masih setia duduk di kursinya, membiarkan jus jeruk itu menetes dari dagunya dan membasahi baju dengan lengan sekecil talinya.

Aku tak percaya ada orang sesabar Irene saat itu. Meski aku tak tahu apa masalah Irene dengan gadis gila itu saat itu, aku secara alami memihak Irene.

Setelah itu, aku melihat Irene berdiri dari kursinya, beranjak keluar dan melewati aku yang duduk terdiam seraya memperhatikan wajahnya yang basah dan memperlihatkan ekspresi datar yang agak menyeramkan. Sinar matahari yang menyengat segera menerpa kulit putih gadis itu. Namun, detik selanjutnya, gerimis turun entah bagaimana tanpa ada tanda tertentu.

Irene diam berdiri di trotoar, menengadahkan tangannya dan tersenyum ke langit. Disitulah aku begitu takjub dengan keindahan dan ketulusan senyum Irene. Padahal tadinya gadis itu terlihat seperti bongkahan es yang akan membuat kita membeku meski melihatnya saja.

Saat itu, hujan panas, aku jatuh cinta pada Irene, pada gadis yang tak ku kenal, pada senyumnya yang elok.

Tetapi, setelah rinai hujan semakin deras, aku merasakan perubahan emosi di kedua bola mata gadis itu. Aku yakin saat itu, kalau Irene tengah menangis. Ya, meski air hujan telah membasahi wajah rupawannya, aku begitu yakin dia tengah menangis. Sontak hal itu membuatku bangkit berdiri dari kursiku. Aku melepaskan kemeja yang aku kenakan dan membiarkan rintik hujan mengguyur tubuhku yang dibalut kaos putih polos dan celana jeans pendek.

Aku menutup kepala Irene dengan kemejaku, membuat gadis itu mendongak menatapku, namun saat itu aku segera menutup matanya dengan telapak tanganku. Dia hanya diam tepekur. Tak melawan dan membantah.

"Jangan menangis, aku dipihakmu," ucapku tulus kemudian segera berlalu. Melenggang pergi, meninggalkan Irene dan raut wajahnya yang tidak aku ketahui saat itu.

Iya, begitulah bagaimana aku bertemu dengan Irene. Mungkin dia tidak mengingat hal itu, tapi aku selalu mengingatnya. Mengingat bagaimana indahnya senyum Irene dan bagaimana juga terlukanya gadisku  saat itu. 

🍬🍬🍬

Cotton CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang