63─sehun

2.8K 441 23
                                    

Irene membawa nampan berisi segelas susu coklat panas buatannya ke dalam kamar tamu rumahnya. Beruntunglah kedua orangtua Irene paham keadaan Sehun setelah Irene menjelaskan secara detail sehingga mengizinkan pemuda itu untuk bermalam di rumah mereka. Saat masuk ke dalam, Irene mendapati Sehun tengah melamun di atas tempat tidur. Irene tersenyum kecut, Sehun terlihat begitu menyedihkan membuat Irene jadi terluka. Bahkan kaos yang ayah Irene pinjamkan dipakai pemuda itu secara terbalik. Sepertinya kondisi keluarga Sehun begitu parah. Irene merutuk dirinya yang tak pernah menanyakan mengenai kehidupan pemuda itu.

"Sehun, aku membuatkanmu susu coklat," ucap Irene yang membuat Sehun tersentak dan sadar dari lamunannya. Pemuda itu tersenyum hambar pada Irene kemudian menerima segelas susu coklat yang Irene sodorkan.

"Maafkan aku, tapi, apa kau mau cerita soal keluargamu? Aku merasa jahat tidak tahu apa-apa tentangmu," ujar Irene dengan kepala tertunduk. Sehun kembali tersenyum kemudian mengusap puncak kepala Irene lembut.

"Tidak ada yang menarik soal keluargaku. Keluargaku hanya keluarga yang yah...bercukupan yang hidup dalam pertengkaran," sahut Sehun berusaha tegar. Di kepalanya terputar dengan jelas bagaimana ayah dan ibunya selalu bertengkar tiap kali mereka pulang ke rumah sampai membuat Sehun pindah ke apartemen untuk tinggal sendiri.

"Pasti ada alasan kenapa orang tuamu bertengkar, Sehun-ah. Tidak mungkin ada asap tanpa api." Irene menatap Sehun tepat ke dalam mata pemuda itu. Sehun menghela napas panjang kemudian mempersiapkan kata-kata yang tepat.

"Aku bukan putra kandung ayahku, Rene. Ibuku mengandungku sebelum menikah hasil perbuatannya dengan pria lain dan hal itu tidak diketahui ayahku karena usia kandungan ibuku baru satu minggu. Ayah tahu aku bukan putra kandungnya saat aku berusia lima tahun," tutur Sehun pada Irene yang tengah mendengar dengan serius dan antusias.

"Ayah tahu saat ibu tak kunjung hamil lagi. Saat itu aku mengotot ingin punya adik. Kedua orang tuaku akhirnya melakukan pemeriksaan ke dokter dan ternyata ayahku infertilitas." Irene terperangah kaget sedangkan Sehun justru terkekeh hambar.

"Sungguh?" Tanya Irene memastikan dengan mata membulat kaget.

"Ya, sejak itu pertengkaran itu dimulai. Ayah mulai mengatai ibuku bukan wanita baik-baik. Ibuku juga mencibir ayahku laki-laki yang tak bisa berketurunan. Dan ada saja selalu bahan-bahan cemooh lainnya. Intinya belasan tahun ini rumah tangga mereka selalu diselimuti pertengkaran dan baru sekarang mereka memutuskan untuk bercerai. Itu pun ternyata karena umurku yang sudah cukup untuk tinggal sendiri. Mereka tak mau mengasuhku dan memutuskan untuk memberi uang untukku tiap bulan nantinya."

Irene tertegun mendengar cerita Sehun. Bagaimana pemuda itu begitu kuat menghadapi kondisi keluarganya yang jauh dari kata tentram. Sehun yang selama ini hobi tertawa setelah menggodanya atau memberikan senyum terbaiknya pada Irene ternyata menyimpan banyak luka di dalam sana.

"Sehuuunn... Maafkan aku, aku belum bisa menjadi kekasih yang baik bagimu. Maafkan aku," ucap Irene sembari memeluk Sehun erat. Susu yang Sehun pegang nyaris tumpah ke atas kasur. Sehun terkekeh kecil karena melihat tingkah sekaligus mendengar perkataan Irene.

"Hei, kau itu gadis terbaik di dunia, kau tahu? Jika saja saat ini aku belum mengenalmu, aku pasti sudah mengambang di sungai Han besok pagi," vokal Sehun seraya tertawa geli. Perasan pemuda itu sedikit membaik akibat kehadiran Irene beberapa jam ini. Saat kedua orangtuanya memberitahu perihal perpisahan mereka, detik itu juga Sehun ingin merengkuh dan menyesap aroma tubuh Irene yang selalu menenangkannya.

"Irene, jangan pernah berubah, ya? Jangan mendadak menjadi Irene yang tidak aku kenal kemudian meninggalkan aku sendirian," ucap Sehun setelah berhasil meletakkan gelas ke atas nakas.

"Sehun. Aku tidak akan pernah berubah. Aku tetap di sini, di sampingmu melakukan segalanya bersamamu. Jangan membayangkan yang tidak-tidak, itu akan membuat perasaanmu buruk." Irene mengusap punggung Sehun lembut. 

Sehun bersyukur. Paling tidak dia memiliki Irene. Meski kedua orang tuanya bahkan dunia mengacuhkannya, Sehun punya Irene. Dia percaya gadis itu akan selalu ada dan tersenyum untuknya. 

"Aku mencintaimu, Bae Irene," bisik Sehun pelan yang membuat kedua pipi Irene memerah. Irene hanya mengeratkan rengkuhannya menikmati setiap detik kebersamaannya dengan Sehun hari ini dan sampai selamanya. 

🍬🍬🍬

yang kemarin udah takut gimana kondisi Sehun nantinya, tenang aja. memang orang tuanya gak mau ngasuh dia tapi tetap dibiayain. 

setelah chapter ini, latar waktunya akan lompat ke lima tahun kemudian. paling banyak cotton candy akan berakhir di chapter 70. ingat paling banyak. jadi aku lagi ngetik endingnya, sabar menunggu yaaaw~ 

Cotton CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang