Irene bisa mencium aroma Sehun yang baru saja berjalan melewatinya begitu saja tanpa rasa iba. Pemuda itu berlalu seolah-olah Irene tak ada di sini. Irene hanya mampu menahan isakan tangisnya yang bisa menjerit sewaktu-waktu. Perasaannya terasa sesak menerima realita bahwa Sehun benar-benar sudah membuangnya dengan sungguh-sungguh kali ini. Bagaimana bisa, setelah lima tahun ini melewati segala sesuatunya bersama-sama, Sehun tega mengakhiri segalanya di tempat penuh tawa dan jeritan kebahagiaan ini dan tepat pula di hari jadi mereka. Apa sebenarnya yang terjadi dengan perasaan pemuda itu? Apa uang sudah menggantikan posisi Irene? Apa Sehun menemukan sosok lain yang menjadi tempat berlabuh bagi hati pemuda itu?
Irene tak tahu dan tak paham. Air mata gadis itu kian lama kian deras. Isakannya pelan, nyaris tak terdengar, dia memendam jeritan pilu hatinya, menelannya meski pahit dan menyakitkan kerongkongannya. Irene tak menyangka Sehun mampu mengucapkan kalimat sialan itu dengan mudah dan tanpa perasaan bersalah. Irene bahkan tak sempat menyangkal atau bahkan bertanya alasan pemuda itu. Sehun melenggang begitu saja, meninggalkan Irene dengan ratusan anak panah yang menancap di seluruh bagian tubuhnya.
Irene bergerak pelan menuju sebuah kursi panjang di dekatnya. Duduk di sana, mengusap wajahnya yang basah meski air mata kembali mengalir seperti sedia kala. Kali ini suara tangis gadis itu mulai terdengar, menyakitkan, menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
REALLY REALLY REALLY REALLY
OH WAH
REALLY REALLY REALLY REALLY
Mendadak, sebuah lagu terputar di seluruh pelosok taman hiburan itu. Lagu bertemakan perasaan cinta seorang pria terhadap gadis yang menjadi pengisi hatinya. Irene mengutuk siapapun yang telah memilih lagu itu, sangat kontras dengan perasaan kelabunya saat ini. Iya, sejujurnya Irene menyukai lagu itu, namun kini ada alasan mengapa lagu itu masuk ke dalam daftar lagu yang Irene benci.
Where are you? Home?
If you're not busy, come out
I'm in front of your house, wanna tell you something
Don't know how to say it but
It's nothing weird, no pressureIrene mengusap pipinya kembali dengan perasaan kacau. Kesal, marah, sedih, benci, semua menjadi satu. Hingga seorang bocah lelaki muncul di hadapannya dan menyodorkan sebuah piring berisi beberapa coklat berbentuk hati yang terlihat cantik, imut, dan lezat.
Bocah itu tersenyum manis pada Irene. Irene sempat menatap anak lelaki itu bingung sebelum akhirnya menerima sodoran itu dengan perasaan penuh tanya. Anak itu kembali tersenyum lalu segera berlari menjauh dari Irene dan hilang di antara kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Irene mengernyit bingung, namun memutuskan untuk meletakkan piring itu di sebelahnya, takut jika coklat itu mengandung racun dan semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cotton Candy
Fanfiction[COMPLETED] Jika satu sekolah menyebut Irene es batu abadi, maka Sehun tidak. Di mata pemuda itu, gadis itu terlihat seperti cotton candy. Apalagi jika Irene tengah malu, dia benar-benar terlihat seperti cotton candy. Merah muda, manis, dan lembut...