Hari ini Aulia pergi ke sekolah bersama mamanya untuk mengambil raport semester. Di parkiran, ia bertemu dengan Athena yang saja datang dengan Arjuna.
Canggung.
Satu kata itu yang mendeskripsikan keadaan sekarang. Amani memberikan kode kepada Aulia lewat tatapan mata. Aulia peka, mamanya menyuruhnya untuk berbicara dengan Arjuna.
Tak lama, Aulia juga melihat Vexia datang bersama ibunya menggunakan taksi. Seketika ingatannya tentang ucapan Vexia minggu lalu ia ingat. Jujur saja Aulia masih percaya tidak percaya jika Vexia pernah tidur dengan Arjuna.
Tapi karena jejak Arjuna yang playboy membuat rasa percayanya satu tingkat lebih tinggi dari rasa tidak percaya.
"Eh, Aulia ...," sapa ibu Vexia.
Aulia tersenyum sambil menunduk sebagai bentuk sopan. "Pagi, Tante."
"Pagi." Ibu Vexia tersenyum lalu menghampiri mamanya yang sedang berbicara dengan Athena.
"Lia," ucap Vexia lalu melirik Arjuna. "Hai, Ar."
"Emm, Vex, gue duluan ya," ucap Aulia, tentu saja untuk menghindari Arjuna.
Baru saja melangkah, tangannya ditahan oleh Arjuna. Aulia tersentak, tiba-tiba saja jantungnya berdebar.
"Aulia."
Sudah berapa lama ia tidak mendengar suara itu? Kenapa rasanya rindu sekali? Aulia merasa ada sedikit kelegaan di hatinya setelah mendengar itu. Perasaan macam apa ini?
"Gue mau ngomong sama lo," ucap Arjuna. "Selesai ambil raport bisa?"
Aulia berusaha melepas tangannya yang dicekal Arjuna. "So-sorry—"
"Please. Kalo lo kasih gue kesempatan sekarang, setelah ini gue bakalan turutin semua kemauan lo. Termasuk untuk nggak ganggu lo lagi."
***
Arjuna menghela napas panjang sambil menunduk, menatap kakinya yang tengah mengetuk-ngetuk lantai dengan bosan.
Sudah hampir setengah jam ia menunggu Aulia di ruangan ibunya, namun gadis itu tak kunjung datang. Sepertinya Aulia memang tidak ingin mendengar apa pun darinya.
Arjuna tersenyum miris lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Ia menutup mata, membiarkan dirinya tenang sejenak—meski nyatanya tidak bisa.
Bunyi ketukan di daun pintu membuat Arjuna menoleh cepat. Ketika pintu dibuka perlahan, Arjuna sontak berdiri. Dalam pikirannya, itu pasti Aulia. Namun ternyata, itu adalah bundanya.
"Lho, kamu masih di sini?" tanya Athena. "Gimana pembicaraan barusan sama Aulia? Dia percaya sama kamu?"
Arjuna menghela napas dan kembali duduk.
"Aulia masih belum percaya sama kamu, ya?"
Cowok itu menggeleng. "Dia masih nggak mau ketemu aku," ujarnya. "Dia nggak dateng."
Athena duduk di samping Arjuna, mengusap bahu putranya itu dengan lembut. "Yang sabar. Masih ada waktu kok. Nanti Aulia pasti mau dengerin penjelasan kamu."
Arjuna menoleh. "Gimana isi raport aku?"
"Ya, sama aja kayak raport-raport sebelumnya. Tapi alhamdulillah-nya, nggak ada yang merah." Athena meraih ponselnya dari dalam tas. "Ohiya, kamu tinggal balik di rumah aja, ya? Kan, Arian udah nggak ada, jadi rumah kayak sepi banget."
Arjuna terkekeh. "Iya. Tapi kayaknya aku mau pulang ke apartemen dulu hari ini. Kalo nggak mager, nanti aku pulang ke rumah."
"Jangan mager. Kasihan Erika sendirian."
"Iya, Bunda." Arjuna tersenyum."
***
Arjuna terdiam di ambang pintu ketika ia melihat Aulia tengah duduk di sofa.
Apa ia tidak salah lihat? Itu benar-benar Aulia, 'kan? Yang sedang duduk di sofa apartemennya itu benar-benar Aulia?
"Lia ...." Arjuna melangkah masuk dengan ragu. "Lo ngapain di sini?"
Aulia menoleh. "Nggak boleh."
"Boleh, kok," ucap Arjuna cepat. "Gue cuma nggal nyangka aja lo ada di sini. Soalnya tadi gue nungguin lo di ruangan bunda."
"G-gue—" Aulia tergagap. "Gue cuma mikir kalo ngomongin hal pribadi di sekolah nggak banget, apalagi berita itu udah nyebar. Mana nama gue juga jadi jelek."
Arjuna tersenyum kecil ketika Aulia berbicara panjang lebar. Ah rasanya sudah lama sekali ia tidak mendengar suara gadis itu. Dia masih sering ngomel-ngomel, 'kan? Arjuna merindukan omelannya.
"Jadi lo mau dengerin gue?" tanya Arjuna, ia masih berdiri. "Gue janji bakalan tepatin omongan gue sebelumnya. Gue bakalan turutin semua omongan lo setelah ini."
Aulia menoleh, tatapannya begitu datar. "Kalo gitu ngomong."
"Malam itu gue pergi buat balapan sama Agas. Dia terus ngancem gue pakai lo. Gue nggak mau lo diapa-apain sama dia makanya gue iyain ajakan dia buat balapan di jalanan, berharap gue bisa kalahin dia dan buat dia berhenti untuk ganggu lo. Tapi malam itu, gue hampir nabrak Vexia waktu mau berangkat ...."
Aulia mengepalkan tangan begitu nama Vexia disebutkan, semakin memperkuat ucapan Vexia tentang kehamilannya.
".... Vexia coba nahan-nahan gue. Katanya dia hampir aja diperkosa sama preman di jalanan. Karena dia terus nahan gue, gue jadi telat buat dateng ke lokasi balapan. Gue nggak tau Arian juga dateng ke sana bawa motor gue. Salah satu temen Arian yang ikut ke lokasi malam itu bilang ke gue kalo Arian nantangin Agas buat balapan gantiin gue. Gue paham kenapa Arian kayak gitu, secara dia cinta banget sama lo dan kalian pacaran. Gue nggak nyangka Arian bakalan senekat itu buat ngajak Agas balapan padahal dia sendiri aja trauma bawa motor."
Aulia masih diam, menunggu Arjuna melanjutkan ceritanya. Cowok itu kini duduk di meja, di hadapannya. Aulia refleks mengangkat wajah, menatap Arjuna.
"Lo tau Viko, 'kan? Dia gantiin Arian buat balapan sama Agas karena tau Arian nggak bisa bawa motor. Jadi dia yang balapan sama Agas malam itu, bukan gue ataupun Arian. Dia kecelakaan buat ngehindarin motor Agas yang hampir serempet dia dan nabrak kakak lo. Ini semua bukan di sengaja. Dia udah ditahan sama polisi sekarang, lo mungkin nggak tau soal ini, baru tadi malem." Arjuna menghela napas panjang, kembali terdiam sesaat untuk menatap Aulia.
"Hari itu, gue juga nggak ngapa-ngapain lo. Maksudnya, gue nggak sampai perkosa lo. Gue emang nyentuh lo buat ngebantu lo terbebas dari obat perangsang yang udah Agas kasih ke lo. Tapi sumpah, gue nggak sampai apa-apain lo seperti apa yang ada di pikiran lo," ujarnya. "Gue tau lo mungkin nggak percaya sama penjelasan gue. Sekarang, gue serahin keputusan terakhir ke lo."
Aulia masih diam. Kini matanya berkaca-kaca lalu air matanya menetes. Tau apa yang ia rasakan sekarang?
Kembali hancur.
Aulia merasa dirinya kembali hancur seperti di hari pertama Lintang meninggal.
"Jangan nangis, please," ucap Arjuna lirih. "Gue nggak bisa hapus air mata lo."
Aulia mengalihkan tatapannya, mangusap air matanya sscara kasar. "Kak Arian di mana?"
Arjuna merasa seperti ada yang mencubit hatinya ketika Aulia menanyakan keberadaan Arian.
"Arian ke Bangkok, dua hari yang lalu. Dia lanjut kuliah di sana."
Aulia meraih tas sekolahnya lalu beranjak, membuat Arjuna ikut beranjak.
"Lia ...," ucap Arjuna.
"Lo biarin gue menentukan keputusannya, 'kan?" tanya gadis itu.
Arjuna diam.
"Wait for me," bisik Aulia pelan, sangat pelan.
***
Kangen gak sih? :")
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDENLY GOT MARRIED
Romance[COMPLETED] Aulia pikir, Marriage by Accident pas SMA itu cuma ada di novel-novel yang selalu ia baca. Namun Aulia tidak menyangka jika hal itu ia alamai tiba-tiba. Iya, menikah dadakan ketika masih SMA, karena insiden pula! Saat baca novel, Aulia g...