41 - Agas dan Penjelasan

3K 189 10
                                    

"Ada apa?" tanya Aulia begitu ia sampai di sebuah cafe. "Penting banget ya sampai harus maksa-maksa gitu."

Agas terkekeh lalu mendorong sebuah minuman ke arah Aulia. Ia tidak tau apa yang disukai gadis di hadapannya ini, ia hanya memesannya secara random.

Aulia diam, menatap minuman itu dan Agas bergantian.

"Nggak gue masukin apa pun." Agas berdehem. "Soal yang itu, sorry. Ya sebenernya gue nggak berdosa-berdosa banget, ya, 'kan? Secara kalopun kalian ngelakuin, status kalian udah suami istri."

Aulia tau apa yang dimaksud Agas. Seketika wajahnya menghangat, ia menyentuh pipinya, pasti merona.

"Kok lo bisa tau sih kalo gue dan Arjuna udah nikah? Padahal nggak ada yang tau soal itu," ujar Aulia. "Atau jangan-jangan, lo juga ya yang nyebarin itu di Galaksi? Sekarang semua orang tau!"

"Gampang banget nyari info seseorang," sahut Agas. "Soal itu, gue nggak ikutan, ya. Gue nggak nyebarin itu. Tapi ada satu orang yang bisa lo curigai sih."

"Siapa?"

"Vexia."

Aulia mengernyit. "Vexia? Kenapa dia? Lo kenal sama dia?"

Agas menghela napas lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Biasanya gue nggak mau ribet kayak gini. Tapi asli, gue nggak nyangka ternyata masalah ini—masalah lo maksudnya—serumit ini."

"Maksudnya?" Aulia mengernyit, masih tidak paham.

"Malam itu, gue nggak balapan sama Arjuna ataupun Arian. Ya emang sih, malam itu gue hampir balapan sama Arian, tapi ternyata dia cupu banget, nggak bisa naik motor dan so ngajakin gue balapan cuma buat minta gue supaya nggak ganggu lo." Agas terkekeh, takjub pada Aulia karena jadi rebutan dua cowok seperti Arian dan Arjuna. "Gue nggak tau sih ke mana si Arjuna malam itu, yang jelas dia nggak dateng. Gue balapan sama temennya Arian, dan ya ... dia yang sebenernya nabrak kakak lo itu?"

Dalam hati, Agas berdecak sebal. Kenapa ia melakukan ini? Kenapa harus repot-repot menjelaskan pada Aulia. Sungguh, jika dipikir-pikir lagi, ini sama sekali bukan urusannya.

"Lo nggak balapan sama Arjuna?" Aulia memukul tangan Agas yang ada di atas meja. "Kenapa waktu itu lo malah bilang kayak gitu! Gue ... gue udah marah-marah ke Arjuna soal ini."

Agas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya mana gue tau lo ternyata sebego ini."

Aulia mendelik. Pernyataan Agas barusan membuat bukti-bukti yang ada—yang tidak ia percayai sebelumnya—menjadi semakin kuat, membuat Aulia yang kali ini bisa berpikir jernih jadi berpikir jika semuanya memang masuk akal.

"Ah, dan soal Vexia, dia itu sepupu gue. Gue nggak tau lo sama Vexia ternyata sedeket itu, jadi ya gue cerita ke dia soal gue tau lo sama Arjuna udah nikah. Jujur gue juga nggak tau dan nggak nyangka kalo dia ternyata suka sama Arjuna. Mungkin dia yang nyebarin itu di sekolah lo." Agas mengedikkan bahunya. "Biasa di sinetron begitu, 'kan?"

Aulia terdiam. Benar-benar terkejut.

"Dia ngaku hamil anak Arjuna, 'kan?"

Aulia membulatkan mata. "Kok lo tau?"

"Dia bohong, nggak usah percaya." Agas mengibaskan tangannya. "Nggak ngerti lagi gue sama tuh anak. Kalo orang tuanya tau dia ngomong begitu, bisa habis."

Begitu percakapannya dengan Agas satu minggu yang lalu. Meski pernah membohonginya, nyatanya Agas adalah satu-satunya orang yang bisa Aulia percayai ucapannya.

Sekarang, Aulia hanya bisa menyesali semuanya. Tidak ada yang bisa Aulia lakukan lagi untuk menahan Arjuna tetap di sisinya.

Sebenarnya, jika ditanya apakah ia sudah memiliki rasa pada Arjuna atau tidak, Aulia tidak bisa menjawabnya. Yang jelas sekarang, ia tidak ingin Arjuna pergi.

"Gue pergi, ya?" ucap Arjuna.

Aulia hanya diam, yang keluar hanya suara tangisan.

"Lebay banget lo," cibir Erika. "Lo yang ninggalin masa lo yang nyesel."

Arjuna hanya menghela napas melihat kelakuan adiknya. "Udah, jangan nangis terus."

Aulia memutar tubuhnya, memejamkan lalu menumpahkan tangisnya tanpa suara. Bahunya bergetar hebat, ia hanya mampu memeluk tas yang ia bawa sejak kemarin.

"Lia." Arjuna menyentuh bahu Aulia.

"Pergi aja, Jun. Gue nggak lihat kok," ucap Aulia.

Arjuna menarik tangannya kembali lalu menatap bundanya sendu.

"Hati-hati, Sayang. Sampai di sana langsung kabarin Bunda. Ayah juga udah nelepon Opa kok, nanti kamu dijemput."

Arjuna mengangguk lantas berpamitan dengan orang tuanya dan juga Erika. Sekali lagi, Arjuna menatap Aulia yang masih memunggunginya. Meski terlihat diam saja, nyatanya bahu gadis itu bergetar hebat. Arjuna tidak bisa berbuat banyak.

"Lia, gue pamit ya?" ucap Arjuna.

Aulia tidak menjawab, namun perlahan suara tangisnya terdengar merintih.

***

Aulia keluar dari taksi dengan keadaan super kacau. Matanya sudah bengkak karena terus menangis, bahkan wajahnya terus basah meski ia sudah mengusapnya berkali-kali.

Arjuna benar-benar pergi. Hubungannya benar-benar berakhir, namun Aulia tidak bisa menyalahkan cowok itu. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

"Aulia."

Amani langsung berdiri ketika Aulia masuk. Ia sudah tau Aulia pergi ke mana dari Mala. Melihat keadaan Aulia yang kacau seperti ini, ia tidak mungkin mengomel karena Aulia pergi ke Thailand tanpa izin.

Aulia langsung memeluk mamanya dan menangis.

"Kamu ketemu sama Arian?"

Gadis itu hanya mengangguk. "Semuanya ... aku yang salah."

"Nggak usah menyalahkan diri sendiri," ucap Amani.

"Arjuna pergi ... hiks," isak Aulia. "Aku bener-bener bodoh banget."

"Sudah." Amani mengusap punggung Aulia, menenangkan putri bungsunya itu.

Ia juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika Arjuna berkata jika ia akan bercerai dengan Aulia—sesuai permintaan Aulia sebelumnya. Meski ia, Athena dan Dean beberapa kali membujuk, namun Arjuna tetap pada pendiriannya.

Arjuna bilang, dia dengan Aulia memang tidak cocok. Sejak awal terlalu memaksakan, percuma jika dilanjut apalagi Aulia yang semakin membenci Arjuna—kala itu.

"Mama ...." Aulia masih terisak, masih berat menerima kenyataan. "Kenapa aku bodoh banget? Kenapa kemarin-kemarin aku nggak percaya?"

"Sudah." Amani mengecup kening Aulia.

Aulia mengurai pelukannya. "Mama tau kalo Arjuna mau pergi ke London?"

"Mama tau kemarin, dia ke sini untuk pamit. Mama pikir kamu ke rumah temen kamu makanya nggak ada di rumah," ujar Amani. "Arjuna mggak ngasih tau kamu kalo dia mau pergi?"

Aulia menggeleng, tangisnya kembali pecah. Ia tidak tau apakah masih ada kesempatan untuknya atau tidak setelah ini. Sikapnya kemarin, sepertinya membuat Arjuna benar-benar menginginkannya pergi jauh. Padahal sebelumnya, Aulia tau jika Arjuna bersikukuh untuk mempertahankan pernikahan mereka.

Seharusnya Aulia tau bahwa akan ada saatnya Arjuna menyerah dan tidak menginginkannya lagi.

***

SUDDENLY GOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang