38 - Satu Langkah Lagi

2.7K 189 6
                                    

Arjuna melempar key card apartemennya pada seorang laki-laki bertubuh tinggi di hadapannya. Laki-laki dengan wajah dominan timur tengah itu mengernyitkan dahi bingung.

"Lo mau udahan nyewanya? Padahal lo baru berapa bulan tinggal di sini, kan, lo udah bayar setahun."

Arjuna menyentuh gagang koper miliknya. "Gue cerai sama dia."

"Serius? Gara-gara apa?" tanya Billar, pemilik apartemen yang Arjuna sewa sekaligus tetangganya.

"Hmm ... bosan, mungkin?" Arjuna terkekeh. "Thank you ya, Bang. Di dalem gue udah rapihin kok semuanya, nggak kotor."

Billar mengangguk, tau jika itu bukan alasan yang sebenarnya. Namun ia juga sadar diri untuk tidak bertanya lebih tentang masalah pribadi Arjuna.

"Kalo gitu, sisa uang sewa gue transfer balik nanti malem, ya? Sekalian gue mau keluar juga," ujar Billar.

"Nggak usah."

"Nggak enak gue. Lo, kan, ngasih buat sewa setahun, tapi lo udah keluar sebelum itu."

Arjuna menggeleng. "Nggak perlu. Serius."

"Tap—"

"Udah, gue balik ya, Bang? Thank you semuanya. Bye!"

Arjuna melambaikan tangannya lalu menyeret kedua koper miliknya. Setelah berbicara dengan Aulia kemarin, gadis itu langsung pergi begitu ia selesai mengatakan semuanya.

Kepergian Aulia bisa ia artikan sebagai berakhirnya hubungan di antara dirinya dengan gadis itu. Arjuna hanya bisa marah pada dirinya sendiri karena sejak awal, Arjuna terlalu memaksakan kehendak. Mau bagaimana pun dirinya, dimata Aulia, ia hanyalah sosok laki-laki yang tidak pernah serius pada perempuan.

Arjuna tidak berbohong ketika saat itu ia berkata menjual dua motornya untuk menyewa apartemen ini. Arjuna memang menyewanya selama setahun dari Billar, seseorang yang ia kenal di arena balap sejak satu tahun yang lalu.

Memang tidak semahal apa yang ia katakan pada Aulia, tapi Arjuna benar-benar menjual dua motornya. Selain untuk membayar sewa apartemen, ia menggunakan sebagian uangnya untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk uang jajan Aulia.

Arjuna menghela napas sembari menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil begitu ia sampai di rumah orang tuanya.

Arjuna tidak percaya akan kembali lagi ke sini. Dalam benaknya, ia dan Aulia akan tetap tinggal di apartemen itu sampai hubungan keduanya semakin dekat.

Ya, itu hanya ada di benak Arjuna saja.

"Kakak!" teriak Erika ketika Arjuna keluar dari mobil.

Gadis itu langsung memeluk Arjuna begitu Arjuna membuka bagasi untuk mengeluarkan koper.

"Kata ayah, Kakak mau ke lanjutin sekolah di London? Kenapa nggak di sini aja? Kenapa harus di sana?"

"Kan, di sana ada opa." Arjuna menepuk pelan bahu Erika.

Gadis itu melepas pelukannya dan membiarkan Arjuna mengeluarkan koper. "Tapi kenapa? Kan, bisa di sini aja. Kenapa sih semua orang harus ninggalin rumah? Kemarin Kak Arian, masa sekarang Kak Juna. Pasti gara-gara si Aulia!"

"Erika, nggak boleh ngomong gitu," tegur Arjuna. "Dia lebih tua dari kamu. Dan, ini bukan karena dia."

"Emang bener!" Erika melipat tangannya di depan dada. "Jangan pergi dong. Di sini aja, ya?"

Arjuna tersenyum lalu menyerahkan koper ke tangan Erika. "Nih, mending bawain koper aku. Udah, jangan rewel."

Erika mengembungkan pipinya sebal ketika Arjuna mendahuluinya masuk ke rumah. "Pokoknya jangan pergi. Awas aja!"

***

"Aulia, gue harus gimana sekarang?"

"Lo udah tes?" tanya Aulia sambil mengepalkan tangannya. "Pake test pack atau ke dokter gitu."

"Mana berani gue ke dokter. Gue juga nggak berani pergi ke apotek buat beli test pack-nya," ujar Vexia di sebrang telepon.

Aulia menghela napas panjang sambil melipat pakaiannya di atas kasur. "Mendingan lo tes biar jelas. Lo nggak bisa minta pertanggungjawaban Arjuna sedangkan lo aja nggak tau hamil apa nggak."

"Kemarin lo nyuruh gue buat minta aja sama Arjuna," ujar Vexia.

"Iya kalo lo emang hamil. Kalo nggak, kan, buat apa?"

"Lo marah ya sama gue? Sumpah, Li, gue nggak tau bakalan kayak gini kejadiannya. Gue minta maaf," ujar Vexia. "Malam itu terjadi begitu aja. Gue nggak sengaja ketemu sama dia di jalan dan dia ngajak check in."

Aulia diam.

"Kalo gue tau lo udah nikah sama Arjuna, mungkin gue nggak akan mau waktu dia ngajak," ujar Vexia penuh penyesalan. "Gue bener-bener minta maaf. Gue nggak bermaksud rebut dia dari lo."

"Kalo gue bilang jangan minta Arjuna dari gue, lo bakalan turutin?"

"Hah?"

"Lupain," ucap Aulia.

"Lia ...."

"Udah dulu, ya? Nyokap gue manggil," ucap Aulia lalu memutus panggilannya begitu saja.

Gadis itu menghela napas panjang lalu menatap Mala yang sedari tadi diam di dekatnya, membantunya melipat pakaian untuk dimasukkan ke tas.

"Tadi itu temen kamu yang kamu ceritain kemarin itu?" tanya Mala.

Aulia mengangguk.

"Dia masih bilang kalo dia hamil anak Arjuna?"

Aulia mengangguk lagi.

"Dia emang suka banget ya sama suami kamu? Kenapa kamu nggak bilang aja kalo kamu tau yang sebenarnya. Seenggaknya dia nggak akan macam-macam ke depannya, kayak tiba-tiba bilang ke orang tuanya Arjuna gitu," ujar Mala.

"Aku bakalan bilang setelah aku pulang nanti," ujar Aulia. "Aku tau dia nggak akan seberani itu. Jadi aku mau lihat apa yang bakalan dia lakuin selanjutnya untuk bohongin aku lagi." Aulia tersenyum pedih. "Miris banget ya, Kak? Kupikir Vexia bener-bener sahabat aku."

Mala mengusap bahu Arjuna. "Kalo urusannya udah sama cowok susah, apalagi cowok yang sama," ujarnya. "Kakak juga nggak percaya kok ada orang yang kayak gitu. Kakak pikir yang begitu cuma ada di sinetron doang."

Aulia terkekeh pelan.

"Kamu nggak mau bilang ke mama sama papa kalo kamu mau nyusulin Arian?"

Gadis itu menggeleng. "Aku cuma sebentar kok. Nanti kalo bilang malah nggak dikasih izin."

Mala tersenyum. "Kakak percaya kamu bisa mengatasi semuanya. Sejak awal juga Kakak nggak begitu percaya kalo Arjuna pelakunya, kayak nggak mungkin aja gitu. Cuma yaa, semuanya terlalu rumit untuk dimengerti. Kamu juga pasti berat, apalagi posisinya dia suami kamu."

"Waktu itu ... aku juga ada di antara percaya nggak percaya. Jujur hati kecil aku bilang kalo Arjuna nggak mungkin ngelakuin itu. Tapi dengan bodohnya aku tetap egois," ujar Aulia.

"Kalo Kakak ada di posisi kamu, mungkin kakak juga akan melakukan hal yang sama," ujar Mala.

Aulia menatap Mala lalu tersenyum, matanya sedikit berkaca-kaca. Tinggal satu langkah lagi dan Aulia akan mengakhiri semuanya.

***

SUDDENLY GOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang