Aulia memperhatikan Vexia yang sibuk dengan ponsel sambil senyum-senyum sendiri.
"Lo udah bayar uang kemping?" tanya Aulia.
Vexia mengangguk.
"Lo lagi ngapain sih?"
Untuk kali ini, gadis itu menoleh. "Gue lagi chat-an sama Arjuna. Gila, kenapa nggak dari dulu coba gue chat-an sama dia?"
"Lo dapet nomor dia dari mana?" tanya Aulia.
"Dari orangnya langsung." Vexia memekik senang. "Jadi sekitar tiga hari lalu, gue pulang telat, kan, nah ketemu sama dia di parkiran. Gue pikir dia nggak bakalan mau ngasih, anjir!"
Aulia memutar bola matanya malas. Ya iyalah, disamperin gitu mana mungkin Arjuna nolak!
"Ngapain sih, nggak penting amat chat-an sama dia," ujar Aulia.
"Penting, lah!" sahut Vexia. "Sore ini kita mau jalan."
Aulia melotot. "Awas aja kalo lo sampai kenakan rayuan buaya dia! Lo, kan, tau dia orangnya kayak gimana, masih aja demen. Heran gue."
"Ya gimana? Gue suka sama dia udah dari kelas sepuluh, anjir, ya kali gue sia-siain kesempatan ini." Vexia nyengir. "Sahabat lagi seneng kenapa sih, bukannya dukung."
"Gue bakalan dukung lo kok, tapi kalo sama dia gue pikir-pikir dulu," ujar Aulia. "Lo nggak tau dia sih gimana kesehariannya. Bikin enek tau nggak!"
"Emang lo tau dia gimana? Tau dari mana?"
Aulia gelagapan. Aduh, sepertinya ia salah bicara. "A-anu ... kan gue sekelas sama dia, jadi gue tau, lah!"
Vexia mengunci layar ponselnya lalu menatap sahabatnya. "Dia gimana sih di kelas? Pasti rajin belajar, ya? Pinter?"
Aulia menganga, tidak habis pikir pada pemikiran Vexia yang terlalu tinggi itu. "Lo mau tau? Nih ya, dia itu tukang tidur, nggak pernah ngerjain tugas, nggak pinter juga, nggak pernah mau kerja kelompok, setiap ulangan selalu remed."
"Kayak lo dong selalu remedial." Vexia tertawa.
"Ish." Gadis itu memukul bahu Vexia. "Gue remed juga nggak sesering dia. Kalo gue mah ada pelajaran yang nggak pernah remed sama sekali."
"Apa tuh?"
"Bahasa Indonesia dong! Gini-gini gue calon editor." Aulia menaik-turunkan alisnya.
"Idih, calon editor. Giliran disuruh bikin puisi aja nyuruh gue," cibir Vexia.
"Ah, itu, kan, kelemahan gue." Aulia nyengir. "Gue paling bisa bikin puisi tentang ibu doang."
"Dih apaan, kayak puisi anak SD." Vexia menggeleng pelan. "Udah ah. Nanti malem gue mau nginep tempat lo, ya?"
Aulia melotot. "Nginep di rumah gue?"
Gadis itu mengangguk.
"Ngapain? Me-mending di rumah lo aja."
"Bokap-nyokap lagi pergi ke rumah nenek gue. Jadi gue nggak mau sendiri di rumah. Gue nginep di tempat lo ya? Lagian kenapa sih, udah biasa juga."
"Nghh ...." Aulia harus putar otak. Ia tidak mungkin terus menolak Vexia karena Vexia memang sudah sering menginap di rumahnya. Jadi sekarang Aulia harus membuat alasan agar ia bisa terlepas dari ibu mertuanya.
"Pokoknya nanti sore gue ke rumah lo. Kita nonton film. Gue ada film baru, katanya ini seru banget!" ujar Vexia.
Aulia tertawa canggung. "Ya ... yaa ...."
***
"Wah, lo lagi deketin anak kelas sebelah?"
Arjuna menggeleng ketika temannya bertanya. "Nggak deketin, cuma chat-an biasa aja. Lagian dia duluan yang chat gue."
Zaki tertawa. "Pake pelet apaan sih lo? Kok bisa semua cewek jatuh sama lo? Kayaknya soal kaya raya nggak mungkin, gue aja kaya tapi nggak ada yang nemplok sama gue tiap hari kayak lo."
"Lo sih buka kaya raya, tapi kayak monyet," celetuk Indra.
"Bangke!" Zaki menendang bokong Indra.
"Gue pinjem Arjuna bentar." Aulia tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Arjuna.
"Woi!" teriak teman-teman Arjuna.
Sedangkan yang ditarik hanya pasrah sambil menggenggam erat bungkus snack kacang yang sebelumnya sedang dimakan. Hingga pada akhirnya langkah Aulia terhenti di depan sebuah kelas kosong.
"Kalo mau malam pertama nanti aja di rumah, ngapain di kelas kosong begini," celetuk Arjuna. "Ah, lo sih! Kacang gue jadi pada jatoh, kan, isinya."
Aulia mengangkat tangannya hendak menampol mulut laknat cowok itu namun ia langsung mengelus dada dan mengucap istigfar banyak-banyak.
"Bukan waktunya bercanda," ucap Aulia.
"Dih, siapa yang bercanda? Kita udah nikah, yakali gue masih bercanda sama lo."
Aulia menyentil mulut Arjuna. "Bisa diem nggak?!"
"Anjing, sakit!" Arjuna mengusap bibirnya yang super seksi itu. Bisa-bisanya Aulia menyakiti bibirnya, belum aja dia dicipok sampai sehabisan napas, bisa tergila-gila gadis itu pada bibirnya!
"Hayo! Mikir jorok, ya?" tuduh Aulia.
"Suudzon mulu sama suami, nggak baik, Neng."
Aulia kali ini memukul lengan Arjuna. "Bisa nggak sih jangan ngomongin suami-istri di sini?! Sekali lagi ngomongin awas lo, ya!"
Arjuna menyandarkan tubuhnya pada tembok lalu kembali memakan kacang yang ia bawa tadi. "Terus ngapain ngajak gue ke sini kalo bukan buat wikwik?"
"Bahasa lo wikwik!" Aulia menghela napas beberapa kali. "Gini, gue mau lo bilang ke bunda kalo gue mau nginep di rumah orang tua gue malam ini."
"Ngapain nginep?" Arjuna mengernyit. "Tumben amat. Kita hampir sebulan nikah lo baru sekali nginep di rumah orang tua lo."
"Jangan bawa-bawa nikah! Mau gue tendang lo?!"
"Ampun, Sayang."
"Ini lagi!" Lagi, gadis itu menghela napas. "Tadi Vexia bilang kalo dia malem ini mau nginep di rumah gue. Ya gue nggak bisa nolak dong, dia sahabat gue, udah sering nginep di rumah gue juga masa sekarang gue tolak."
"Vexia?" tanya Arjuna. "Males ah. Bilang aja sendiri."
"Atulahhhh," Aulia memegang tangan Arjuna, "kalo lo yang ngomong pasti bunda dengerin. Pleaseeee ...."
"Gue udah bantuin lo biar bisa ikut kemping, lho. Masa sekarang ngebantuin lagi? Gue bukan orang baik, lo tau itu."
Aulia cemberut sambil menghempaskan tangan Arjuna. "Jadi pengin imbalan ceritanya, nih? Yaudah apa? Tapi janji, lho, harus bantuin ngomong ke bunda."
"Kalo gue bilang lo harus putus sama Arian, mau nurutin?"
Aulia terdiam sesaat. "Gila lo? Mana mau, lah!"
"Canda doang, elah."
Arjuna meremas bungkus kacang itu lalu melemparnya ke tempat sampah begitu saja, entah masuk atau tidak.
"Arjuna, serius!" rengek Aulia. "Katanya dia sendirian di rumah. Biasanya kalo dia sendirian emang suka nginep di rumah gue."
"Hmm." Arjuna mengangguk singkat. "Gue masih belum pikirin buat balas budi lo ini, ya. Nanti aja gue pikirin dulu."
"Beneran, ya? Cuma semalem doang kok. Lo bebas mau minta apa pun dari gue, kecuali yang lo tanyain tadi."
"Beneran?"
Aulia mengangguk lalu menepuk bahu Arjuna. "Tancuuu, manuia yang katanya paling ganteng di sekolah ini. Babay!"
Usai mengatakan itu, Aulia langsung pergi meninggalkan Arjuna begitu saja.
"Gue emang ganteng, bukan katanya lagi!" balas Arjuna lalu terkekeh sambil memperhatikan kepergian Aulia. "Cuma lo doang yang nganggep gue nggak ganteng."
***
Spoiler next bab selalu aku posting di instagram @wp__cinde yaa!💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDDENLY GOT MARRIED
Romansa[COMPLETED] Aulia pikir, Marriage by Accident pas SMA itu cuma ada di novel-novel yang selalu ia baca. Namun Aulia tidak menyangka jika hal itu ia alamai tiba-tiba. Iya, menikah dadakan ketika masih SMA, karena insiden pula! Saat baca novel, Aulia g...