Chapter 7
♪: Noah - Cinta bukan Dusta
oOoIqbaal keluar dari kamar mandi sambil menggosok kepalanya dengan handuk, rasanya segar sekali usai mandi dengan rambut basah sehabis diguyur air yang keluar dari shower.
Ia menghentikan aktifitasnya saat ponselnya berdering singkat diatas nakas. Ada sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal, isi pesannya sih tidak begitu penting bagi Iqbaal sehingga Ia tak berniat untuk membalasnya sama sekali.
Tak lama pintu kamarnya terbuka dengan gaduh disusul suara pekikan yang membuat Iqbaal berdecak saat mengetahui ternyata Bastian Bintang. Ya, teman alay-nya itu akan menginap di rumahnya. Bastian bilang kalau di rumahnya sedang tidak ada orang, Ia takut di rumah sendirian makanya memilih untuk menginap di rumah Iqbaal saja.
Bersyukur Iqbaal mengizinkannya, kalau tidak pasti Bastian akan di rumah sendiri ditemani dengan bayang-bayangan halusinasinya tentang hantu-hantu yang menyeramkan ditambah lagi dirinya kemarin menonton film horor disalah satu channel tv. Bastian yang alay ternyata penakut.
"Sendirian aja heboh lo, sama Hanif juga heboh. Maunya apa sih anak orang hah?!" kata Iqbaal melotot.
"Siapa bilang gue sendiri, orang gue sama nih curut" kata Bastian membela diri sambil menarik ujung baju Hanif dari balik dinding.
Haish! Iqbaal mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar begitu melihat wajah Hanif yang tercengir bodoh.
"Gue nginep juga ya" kata Hanif.
Iqbaal mengibaskan tangannya, "Gak! Dikira rumah gue hotel apa!" tolak Iqbaal.
"Yah baal cuma malam ini doang kok, gue home alone. Serem tau gak sih, ntar gue didatengi perampok terus diperkosa. Ih gak mau ih"
Najis!
"Tidur di karpet" kata Iqbaal sambil menunjuk karpet tebal berbahan bulu yang lembut dan sangat nyaman dikulit, bermotif zigzag berwarna marun dengan kombinasi hitam.
Iqbaal pasrah, tak perduli. Ia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang besarnya, lalu membuka laptop. Terserah kedua teman rese' nya itu mau melakaukan apa, Iqbaal nyerah.
"Eh baal, udah dapet info kalo sekolah mau study tour gak?" celetuk Bastian yang nurut tidur di karpet. Buktinya lelaki itu sudah ambil posisi nyaman dikarpet bulu itu. Berbeda dengan Hanif yang memilih menghempaskan tubuhnya di samping Iqbaal. "Lo ikut kan?"
"Gak"
"Lah kenapa? Wajib bego" sambar Hanif. Lelaki ini meraih kantong plastik besar berisi jajanan ringan yang sempat Ia beli di supermarket sebelum kerumah Iqbaal.
"Males gue"
"Eh ga boleh git--"
Suara ketukan pintu kamar Iqbaal dari luar menghentikan Bastian yang hendak bicara. Mereka bertiga saling pandang.
"Bang Iqbaal! Makan malem udah siap, makan dulu yuk. Ajak sekalian temennya, Mama masak banyak" sebuah teriakan dari luar kamar Iqbaal.
Iqbaal sudah sangat hafal dengan suara itu. Salsha, adik perempuannya yang paling Iqbaal sayangi setelah Bundanya. Ia juga menyayangi ayahnya, namun sedikit demi sedikit rasa sayang itu terkikis dikarenakan ayahnya yang jarang sekali berada dirumah, ditambah lagi ayahnya itu cepat sekali membawa ganti bundanya dengan Mama tiri yakni Hanum Meddina itu, membuat Iqbaal sebal bercampur kesal.
Iqbaal bangun dari posisi terlungkupnya dan berjalan menghampiri pintu lalu membukanya. Di sana ada Salsha yang berdiri dengan baju tidur panjang bercorak bunga-bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret | Fanfiction Version
FanfictionSebuah penyesalan yang tiada arti meskipun menangis darah dan meminta maaf untuk kesempatan yang tak akan pernah kau dapat dan ulang kembali. Salahkan berjuang diakhir penyesalan itu? Lantas apa gunanya perjuangan itu jika tiada arti sama sekali? ...